Thursday, August 28, 2008

Selamat Datang, Ya Ramadhan…







Akhirnya, tiba saatnya untuk mengucap : “Selamat Datang, ya Ramadhan…”


Puji syukur alhamdulillah ya Allah atas kesempatan yang diberikan kepada hamba untuk bisa bertemu kembali dengan bulan suci Ramadhan…

To @ll…


Bisa jadi selama ini banyak tutur kata terucap yang kurang menyejukkan.

Seandainya pula ada perilaku sehari-hari yang mungkin kurang menyenangkan.

Barangkali selama ini ekspresi diri pribadi ada yang tidak dikendaki.


Seiiring dengan hadirnya bulan penuh berkah…

Tiba saatnya ‘tuk membersihkan jiwa, sekaligus memaknai hikmah penyucian diri.

Selamat menunaikan ibadah Puasa, mohon maaf lahir dan bathin.


Teriring doa…

Semoga ibadah Puasa nanti mempertemukan kita dengan keagungan Lailatul Qadar,

dan membawa kita semua meraih kemenangan hakiki di hari nan fitri.

Amin.

Wednesday, August 27, 2008

Mencermati iklan = belajar bisnis & strateginya




Saat ngobrol sama teman-teman dari production house yang sering menggarap TV commercial, saya sempat membahas bersama mereka tentang iklan TV apa saja sih yang saat ini lagi banyak diproduksi. Mereka semua menjawab bahwa akhir-akhir ini yang sedang proses shooting paling banyak adalah iklan provider handphone, rokok, makanan-minuman dan kendaraan bermotor. Ternyata prediksi saya tentang produk yang sedang laris manis ‘jualan’ [hasil pengamatan dari iklan TV, iklan radio & iklan media cetak] benar adanya.


Lihat saja, sejak perang tariff seluler begitu banyak iklan baru di bisnis seluler dan sejenisnya yang tayang TV swasta kita, radio & media cetak. Baru dari fenomena gencarnya produk seluler yang gencar beriklan saja kita sudah begitu terganggu. Belum lagi produk-produk lain yang juga gencar beriklan seperti makanan-minuman, rokok, kendaraan bermotor, dsb. Seandainya kita melihat fenomena gencarnya persaingan iklan produk-produk tsb. secara ‘apa adanya’ memang terasa begitu menyebalkan dan bikin jengkel. Kok kita ‘dicekoki’ dengan iklan melulu. Tapi pernahkah untuk mencoba melihat gencarnya iklan-iklan tsb. dari kaca mata yang berbeda?


Kalau saya cermati, dari gencarnya iklan produk-produk tsb. kita bisa banyak belajar dan bahkan memperoleh ide atau justru insight baru tentang bermacam peluang bisnis yang sebenarnya bakalan booming. Karena produk yang iklannya tetap gencar tayang di media seperti TV jelas produk tsb. jualannya bagus dan menguntungkan. Kalau produk yang beriklan tsb. nggak bagus ‘jualan’nya, pastinya tayangannya juga sudah distop dari kapan-kapan. Kan kalau nggak menguntungkan pemilik bisnis yang produknya gencar beriklan tidak akan sanggup membayar media placement-nya.


Artinya, di balik gencarnya produk-produk yang gencar beriklan tsb. banyak peluang bisnis yang potensial juga. Dan ini terbukti. Sebagai contoh, dengan gencarnya perang tariff seluler, coba saja hitung berapa banyak keuntungan yang bisa disabet oleh para penjual SIM card, voucher, HP, aksesoris, dan yang berkaitan. Berapa banyak pula yang memanfaatkan bidang usaha ini sebagai peluang bisnis baru.


Salah seorang teman, melihat maraknya iklan kendaraan bermotor, khususnya kendaraan roda dua, akhirnya memutuskan untuk menjajal peruntungan di bisnis bengkel sepeda motor dan aksesoris. Secara logika, memang usaha di bidang ini bakalan ‘nggak ada matinye’. Hitung saja berapa banyak sepeda motor yang saat ini beredar di jalanan kota megapolitan Jabodetabek ini? Beberapa tahun ke depan pastinya akan membutuhkan perawatan di bengkel biasa yang non merek.


Lebih dari itu, selain bisa menambah wawasan tentang ide bisnis yang lagi booming dan bakalan ‘ngejreng’, kita juga bisa belajar banyak tentang strategi marketing di balik gencarnya iklan produk-produk tsb. Yang tentunya juga bisa menjadi masukan berharga bagi pengembangan bisnis yang telah kita tekuni. Simak saja di balik iklan-iklan tsb. selalu mereka mencoba untuk mengkomunikasikan inovasi baru apa yang saat ini punya nilai lebih buat konsumen. Tersirat pula added value yang ditawarkan serta kelebihan produknya dibandingkan produk competitor lainnya. Dari sini bisa kita tarik pelajaran bahwa sebuah produk yang kepingin tetap exist harus selalu punya inovasi baru secara terus menerus. Dan produk benefit atau USP --unique selling preposition-nya yang sudah dikembangkan sedemikian rupa juga harus selalu dikomunikasikan ke konsumen.


Nah, mulai saat ini bila sedang asyik menikmati acara TV kesayangan terus tiba-tiba mendadak terganggu tayangan iklan, sebaiknya jangan menjadi jengkel lalu ambil remote control untuk memindahkan channel. Tapi cobalah untuk mencermati tayangan iklan tsb. dan bertanyalah pada diri sendiri pesan komunikasi dan strategi bisnis apa sih yang sebenarnya ada di baliknya?

Tuesday, August 26, 2008

Rumput tetangga selalu nampak lebih hijau?





Barangkali memang sudah menjadi kodrat manusia tatkala melihat keberhasilan & kesuksesan orang lain selalu merasa bahwa ‘pekerjaan’ ataupun ‘usaha’ orang lain tersebut lebih baik atau lebih enak dibanding dengan yang dimilikinya. Seolah-olah segala sesuatu yang telah diraih & dicapainya nggak ada apa-apanya. Nah lho.


Pernahkah mengalami kejadian seperti ini? Jujur saja perasaan yang seperti ini pernah muncul pula pada diri pribadi saya.


Tatkala berkunjung ke rumah seorang teman yang 5 tahun lalu mulai menekuni usaha sendiri, dan saat ini berhasil menjadi pengusaha yang cukup sukses di mata saya, pepatah ‘rumput tetangga lebih hijau’ begitu menggelitik dan mengusik benak saya. Karena fakta yang ada di depan mata memang di luar bayangan saya sebelumnya. Rumahnya sekarang telah berubah ‘keren’ menjadi 3 lantai dan lebih luas [rumah di sebelahnya telah dibeli] dengan model minimalis terkini. Di garasinya terparkir 4 mobil, yang 2 cukup mewah buat ukuran saya. Bahkan ia bersama istrinya tahun lalu sudah menunaikan ibadah haji [ONH Plus], Shubhanallah! Saya ikut bahagia dengan segala kesuksesan yang telah dicapainya dalam waktu relative singkat ini.


Sesaat saya merasa nggak ada apa-apanya dibandingkan dengan pencapaian teman tsb. Meskipun sebagai karyawan yang juga menjadi business owner, kok saya belum mampu ‘menjadi’ seperti dia. Malah muncul pikiran yang menegasi pencapaian saya selama ini, “jangan-jangan ‘jalan’ yang saya tempuh selama ini salah nich…” Berbagai pikiran macam-macam bersliweran di benak pada saat itu. Maklum aja, siapa sih orang yang nggak kepingin meraih sukses seperti itu?


Tapi kemudian pikiran waras saya berhasil menyadarkan saya. That’s a life! Di dalam kehidupan nyata memang kita harus bersyukur & berlapang dada [legowo] bila all my dreams belum kesampaian. Bersyukur dengan segala pencapaian & kenikmatan yang telah berhasil kita raih selama ‘perjuangan hidup’ kita. Nikmati dan berlapang dada menerima kenyataan bahwa mewujudkan dreams come true tidaklah semudah membalik telapak tangan. Karena pastinya tersirat banyak kerja keras, rintangan dan tantangan yang harus dilalui. Jangan kita melihat pada ‘enaknya’ saat ini saja. Tapi harus difahami pula bahwa sukses seseorang pastinya juga ada behind the scene –nya berupa track record yang berliku, jatuh bangun dan ‘berdarah-darah’.


Dan di dalam hati, saya berjanji pada diri sendiri, bahwa nanti bila ada waktu yang lebih baik saya akan ajak teman saya ini untuk menuturkan kisah perjalanan sukses usahanya, sekaligus jurus-jurus andalan & kiat-kiat yang diterapkan di bidang usahanya. Tentunya, dengan harapan banyak hal yang bisa saya jadikan pelajaran berharga buat diri pribadi saya.


Kalau direnungkan lebih dalam lagi fenomena ‘rumput tetangga lebih hijau’ ini selayaknya justru harus disyukuri. Artinya, kita diingatkan untuk melihat dan memperhatikan ‘rumput yang ada di halaman sendiri’ yang selama ini sudah kita anggap hijau dan subur, ternyata kok kalah sama rumput tetangga. Berarti kan perlu perawatan yang lebih extra lagi.


Hikmahnya, kita disadarkan bahwa seyogyanya harus berusaha lebih keras lagi sekaligus selalu berdoa kehadirat Allah SWT, agar ‘rumput yang ada di halaman rumah kita’ bisa juga ‘sehijau rumput tetangga’ tadi. Berarti harus lebih focus lagi untuk menekuni dan mendalami usaha yang telah ada. So, apapun usaha yang kita tekuni saat ini berarti harus diusahakan semaksimal mungkin agar bisa tumbuh & berkembang lebih maju. Dan jadilah pengusaha sukses yang amanah.


Yang penting juga diingat, janganlah kita sekali-sekali lupa untuk berhenti bersyukur. Dan ingat, tatkala kita merasa lemah dan nggak ada apa-apanya dibandingkan orang lain, alangkah baiknya bila mencoba melihat ke bawah. Lihat faktanya, bahwa masih banyak saudara-saudara kita yang hidupnya masih kurang beruntung bila dibandingkan dengan apa yang telah kita nikmati selama ini.


Maaf ya… kalau jadi ngelantur ngomongin rumput. By the way tulisan ini bener-bener spontanitas saya, makanya sayang kalau nggak cepet-cepet diposting. Semoga bermanfaat.


Selamat berjuang & tetap semangat!

Friday, August 22, 2008

How to start Siput’s business [2]


Melengkapi tulisan sebelumnya, sharing untuk mr. Siput.


Kesulitan untuk memulai usaha dari mana, dan apa ide usahanya, memang wajar adanya. Tapi setidaknya dengan munculnya keinginan untuk memulai bisnis sendiri sudah merupakan langkah pertama yang layak untuk dilanjutkan dengan langkah ke-dua, ketiga, keempat, dst. Ingat bukankah sebuah perjalanan panjang ribuan km selalu diawali dengan langkah pertama? Berikut saya sharing apa yang saya tahu, dengan harapan bisa menambah wawasan.


Selain bersumber dari buku, majalah, referensi, kisah sukses pengusaha [belajar dari pengalaman para pengusaha] dan pengamatan langsung ke para praktisi bisnis, bisa juga ide bisnis itu digali dari apa yang kita tekuni & akrabi dalam kehidupan sehari-hari.


1. Base on pekerjaan


Ide bisnis sebenarnya juga bisa berasal dari yang ada di dekat kehidupan sehari-hari kita. Coba renungkan sejenak apa saja sih kegiatan kita sehari-hari kita? Let say, saat ini waktu kita paling banyak habis untuk bekerja. Nah, bidang ekerjaan apa sih yang saat ini paling dikuasai? Keahlian apa sih yang bisa diandalkan [yang tentunya orang lain nggak semua bisa lakukan]. Mungkinkah keahlian & ketrampilan ini diarahkan menjadi bisnis pribadi. Banyak saya menjumpai teman yang akhirnya menekuni usaha sendiri berangkat dari bidang pekerjaan yang digeluti. Teman saya Tjandra Wibowo yang tadinya seorang penyiar dan produser di salah satu TV swasta, saat ini sudah memiliki Samuan Production House yang mensuplai acara-acara & program di bebarapa TV swasta. Teman lain yang ‘jago IT’ pada akhirnya memiliki usaha sendiri di bidang IT. Teman yang jago akunting juga ada yang membuka usaha sendiri dan memiliki kantor konsultan pajak.


2. Base on hobby


Banyak orang yang akhirnya sukses memiliki usaha sendiri berangkat dari hobi. Logikanya ide bisnis yang ini jelas sangat mungkin dilaksanakan. Bayangkan saja sudah menjadi hobi yang diminati akhirnya bisa menjadi sumber penghasilannya. Ambil contoh, teman saya yang bernama Loddy Korua yang dulunya hobi berat & aktif di kegiatan alam bebas & pecinta alam. Saat ini dia memiliki usaha out bond & arung jeram di Citarik yang setiap week end nggak pernah sepi dari para petualang yang ingin menjajal nyali ber-arung jeram di Sungai Citarik. Teman lain yang bernama Eggy, sewaktu bekerja di advertising agency punya hobi berat di bidang musik. Saat ini, dia telah memiliki usaha sendiri di bidang Audio House bernama Egg production. Usahanya kini termasuk jajaran papan atas di Jakarta dalam hal penyediaan musik ilustrasi film & iklan, termasuk juga pembuatan jingle iklan.


3. Base on pengamatan


Yang ini kayaknya harus berani bercapek ria. Karena mesti banyak melakukan pengamatan di dalam kehidupan sehari-hari. Apa sih yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas yang saat ini belum terpenuhi. Ingat dari pengamatan akan segala sesuatu yang terjadi dikehidupan sehari-hari bisa jadi akan menemukan kebutuhan-kebutuhan pasar yang belum terpenuhi. Bisa jadi akan menemukan sebuah peluang bisnis baru. Salah satu teman saya dari Madiun, Jawa Timur, melihat pentingnya kebutuhan akan jasa keamanan di bank-bank & rumah-rumah pribadi, akhirnya berhasil memiliki usaha pensuplai tenaga keamanan terlatih di beberapa bank papan atas dan perumahan eksklusif.


So mr. Siput, selanjutnya saya yakin bila sudah ada kemauan, kalau direalisasikan dengan take action, pasti keinginan untuk punya bisnis sendiri bisa terpenuhi. Perlu disadari dan diyakini bahwa cara melihat peluang yang dapat dijadikan sebuah bisnis itu bisa dipelajari dan dilatih. Latihlah setiap saat kepekaan Anda untuk mendapatkan peluang usaha. Dan kalau sudah nge-click dengan salah satu peluang usaha yang ingin ditekuni ya langsung aja take action, action dan action! Karena hanya satu syarat paling dasar yang harus dilalui untuk menjadi pengusaha : berani take action!


Monday, August 18, 2008

How to start Siput's business [1]




Tulisan ini sengaja saya buat untuk seorang teman yang menggunakan nama Siput [pengisi buku tamu di blog ini] yang kepingin dibantu untuk memulai bisnis tapi nggak tahu mau bisnis apaan.


Sebenarnya agak sulit juga bagi saya untuk membantunya, karena jujur saja selain masih belajar untuk jadi pengusaha saya nggak tahu passion dan tujuan mr. Siput kepingin bisnis ini ke mana? Tapi saya akan mencoba untuk sharing pengalaman tatkala pertama dulu kepingin punya usaha dan bagaimana saya berpetualang trial & error untuk bisa punya usaha sendiri.


Invest your time before invest your money

Sebaiknya sebelum invest uang Anda ke bisnis, invest dulu waktu Anda Maksudnya, alangkah baiknya membekali diri dengan berbagai pengetahuan dan membuka wawasan di bidang kewirausahaan. Perlu waktu yang cukup banyak untuk mempelajari pengetahuan di bidang yang satu ini.


Banyak kok peluang yang bisa kita coba untuk memulai sebuah usaha. Coba luangkan waktu dan datangi toko buku, lalu cari ke bagian buku-buku, majalah, dan tabloid yang membahas entrepreneurship, saya jamin dari situ wawasan untuk memulai usaha akan mulai terbuka.


Focus to dreams

Untuk menjadi sukses, kita semua memang wajib punya impian. Saat berkutat dengan berbagai bacaan & wawasan bisnis, pastinya akan banyak impian-impian yang bakalan hadir mengganggu pikiran kita. Cobalah untuk memfokuskan segala energi kita ke salah satu impian yang setelah melalui berbagai perenungan, kita yakini akan dapat kita wujudkan. Gali terus ide di sekitar impian yang ingin diwujudkan tsb.


Cara yang paling mudah adalah mencoba membayangkan bisnis yang memang hendak ditekuni. Misal, kepingin punya usaha toko mainan anak-anak [toys store]. Bayangkan mulai dari mana? Modalnya berapa? Sumbernya dari mana? Berapa yang kita mampu sediakan? Bagaimana cara cerdas mencari modalnya? Kalau belum punya toko ya bayangin aja jualan door to door di depan sekolah, atau dititip di kios-kios dekat tempat tinggal, atau datangi kumpulan arisan ibu-ibu TK, dsb. Bayangkan ke mana mesti kulakan barangnya [cari tahu yang paling kompetitif], Bayangkan juga jenis mainan yang berpeluang disukai anak-anak, Bayangkan bagaimana senangnya punya usaha mainan ini. Terus bayangkan lagi nikmatnya memperoleh margin keuntungan dari usaha ini. Pokoknya terus bayangkan… dan bayangkan. Namun jangan lupa untuk menuliskan semua yang dibayangkan tadi, sambil terus digali & dianalisa. Yakin secara perlahan tapi pasti, kita akan memiliki sebuah ‘rencana bisnis’ di bidang mainan anak-anak.


Jangan lupa pula untuk memperbanyak pengetahuan dari pengalaman para pebisnis yang sudah sukses di bidang tsb. Tentunya, bisa dipelajari dari berbagai tulisan maupun buku kisah sukses para entrepreneur yang ada. Banyak contoh para pengusaha sukses yang menekuni bisnisnya secara focus, konsisten, sabar, ulet dan terus belajar dari kesalahan yang muncul.


Be follower

Banyak juga pengusaha yang sukses dengan metode ATM [amati, tiru, dan mulai]. Saat memulai bisnis kontrakan, saya amati & pelajari hampir semua rumah kontrakan yang ada di dekat kompleks tempat tinggal saya. Saya pelajari kelebihan dan kekurangan masing-masing, sistemnya, sampai bentuk bangunannya. Akhirnya, saya membangun rumah kontrakan saya dengan berbagai kelebihan jika dibanding dengan rumah kontrakan lain yang ada di sekitarnya.


Jadi nggak perlu merasa malu untuk menjadi follower, asalkan kita mampu untuk bersaing dan keluar dari kerumunan. Banyak contoh bagaimana orang memulai usaha jualan voucher & pulsa isi ulang yang akhirnya mampu menjadi pengusaha sukses.


Take action, miracle happens

Kalau sudah yakin dengan bidang usaha yang akan ditekuni, ya langsung aja take action. Karena hanya satu resep sukses untuk berbisnis : Action.....action...dan action. Namun mulailah dari yang kira-kira disukai, dengan modal semampunya. Ingat, tanpa memulai take action, kita tidak akan pernah belajar. Dan banyak kok pengusaha yang setelah mencoba take action ternyata akhirnya menemukan ‘keberuntungan’ yang tadinya tidak pernah terbayangkan sama sekali.

Silakan segera take action mr. Siput. Kalau sudah ada keinginan pasti ada jalan. Jangan sampai kelamaan 'mikir' akhirnya jalannya lambat merayap seperti siput beneran, hehehe... just kidding lho!


Demikian sharing kali ini. Mohon maaf buat temans yang mungkin sudah bosan membaca isi tulisan yang seperti ini. Semoga sharing saya buat mr. Siput dapat bermanfaat. Bukan maksud saya untuk mengajari atau menggurui lho, truly apa yang saya sharing berangkat dari niat baik dan ajang tukar pengalaman.

Sunday, August 17, 2008

Katanya & Faktanya 63 tahun Merdeka









Katanya… 63 tahun bangsa Indonesia merdeka

Tapi bangsa Indonesia yang mana ya??


Katanya …negeri kita tampak indah

dalam untaian mutiara Nusantara...

jajaran gunung begitu perkasa,
gambaran nyata betapa kaya Indonesia kita...

Tapi siapakah yang menjadi kaya??


Katanya… 63 tahun pembangunan Indonesia

Menjadikan bangsa ini bermartabat di mata dunia

Mewujudkan impian para pejuang saat memekikkan kata merdeka!

Adil makmur dan sejahtera menjadi cita-cita bersama

Tapi sudah berasakah kita melihat hasilnya?


Faktanya… kian banyak kaum papa di bumi tercinta

Setiap hari menunggu uluran tangan kita semua

Ironisnya, saat ini bertubi-tubi kita hanya dipameri bukti nyata

Bagaimana para penguasa yang seharusnya peduli rakyat jelata

Justru sebaliknya berulah mengatasnamakan Indonesia

‘tuk kepentingan diri pribadi, keluarga dan kelompoknya…


Masih adakah makna kata sakral ‘merdeka’ bagi kita semua??

Haruskah kita berkutat selamanya menggugat makna merdeka??


Atau lebih baik kita lupakan persoalan itu semua…

Bersyukur dan bersyukur dengan kondisi yang ada

Lalu berpikir dan bertindak ‘bijaksana’
Menikmati deru debam keramaian kota..
Larut bersama hiruk pikuk rutinitas keseharian..
Menjadi saksi compang camping negeri ini..
Sambil memotret memudarnya merah putih yang berkibar


Tidak! Tidak! Dan Tidak!

Tidak seharusnya kita mudah menyerah & pasrah…


Apapun yang terjadi… hari ini dan nanti…

Kita buktikan Cinta Tanah Air Indonesia
Bersama berkarya membuka usaha
Ciptakan lapangan pekerjaan sebanyak yang kita bisa

Mulai dari lingkungan terdekat kita


Seiring doa kepada Allah SWT…
Kita sebarkan semangat dan cita-cita mulia

Menjadi TDA [tangan di atas] untuk bersama menebar rahmat!


Inilah makna Merdeka yang seharusnya menjadi cita-cita mulia!

Friday, August 15, 2008

Dying by viruses



Wuih serem juga ya judulnya… Tapi apa yang tersirat dari judul tsb. maknanya bukanlah seperti yang tersurat. Biar lebih jelas sebaiknya ikuti terus sharing saya kali ini.


Temans semua, kurang lebih hampir 2 bulan saya memang tidak menulis & mengupdate blog ini. Kenapa? Ini semua gara-gara computer di rumah & laptop terinveksi virus. Bener-bener bikin frustasi. Hampir semua tulisan yang basicnya MS Word corrupt dihajar sama anti virus yang ada. So banyak file & data penting yang akhirnya tak terbaca alias ‘hilang percuma’. Dan konyolnya lagi, banyak juga yang nggak ada back-up nya.


Sekitar sebulan saya merenungi kejadian ini. Trauma. Jadi kapok saya dibuatnya. Ibarat pertandingan tinju, saya betul-betul dibuat “KO gara-gara virus” tsb. Komputer & laptop tak biarin aja jadi seperti barang tak berguna. Malas mau benerinnya. Maklum aja untuk urusan computer saya termasuk yang ‘gaptek’ [gagap teknologi]. Mau ngeblog & berinternet di warnet koq susah nyari waktu buat ‘kelayapan’. Lagian feelnya masih ‘males’ urusan sama computer. Ya wis, ‘diam’ adalah emas! Tadinya mikirnya mau beli computer baru aja biar bebas dari masalah dan mencoba memulai dari awal . Tapi mikir lagi, lha yang ada sekarang mau diapain?


Pas, anak-anak mulai complain, akhirnya minta tolong teman yang cukup ‘jago’ minta dibenerin. Dan sebenarnya para computer tsb. sudah lama siap ‘dipakai’. Tapi selama waktu itu pula, saya pribadi juga mempersiapkan mental untuk ‘bergairah’ menyalakan computer atau pun laptop lagi. Perlahan tapi pasti. Hasilnya, saya mulai bangkit & ‘percaya diri’ lagi untuk berhubungan dengan para computer tsb. Kalau tulisan ini berhasil diposting di blog ini, berarti saya sudah siap untuk berbagi cerita dengan Anda semua.

Friday, August 8, 2008

Di TDA, ‘menjadi katak’ pun kita harus memilih ‘katak yang mana’, ya…?


Ngomong-ngomong soal katak [maklum lagi ngecek pelajaran peribahasa anak saya] ternyata ada peribahasa menarik buat pelajaran kita bersama yaitu ‘bagaikan katak di bawah tempurung’.

Lho kok jadi ngomongin katak? Apa nggak salah? Benar kok, tulisan ini memang berangkat dari pepatah ataupun peribahasa yang menyangkut katak. Hal ini terkait erat dengan status saya dan banyak teman-teman lain yang kalau di komunitas TDA[tangan di Atas] disebut sebagai Amfibi. Dalam kamus bahasa Indonesia amfibi adalah binatang yang bisa hidup di air dan di darat, misalnya: katak. Berarti amfibi identik dengan katak juga kan? Nah, karena mencari penghasilan di dua quadrant [employee & entrepreneur] maka anggota komunitas TDA yang seperti ini disebut Amfibi.

Kembali ke peribahasa ‘bagaikan katak di bawah tempurung’. Peribahasa ini menjadi perumpamaan bagi karakter manusia yang sudah puas diri dengan pengetahuan yang dimilikinya sehingga menjadi picik & kurang luas pandangannya. Singkatnya, manusia yang begini sudah tak mau belajar lagi, karena sudah merasa pintar. Karena dunianya hanya seputaran di bawah tempurung saja maka tidak pernah punya pembanding dengan katak-katak lainnya.

Karakter manusia yang seperti diumpamakan dalam peribahasa di atas mudah-mudahan dan sudah seharusnya tidak terdapat di komunitas TDA kita ini. Karena saya yakin yang tergabung dalam komunitas hebat TDA ini adalah para manusia pembelajar semuanya.

Masih seputar katak, ada pepatah lain yang juga menarik, ‘lebih baik menjadi katak kecil di kolam yang besar daripada menjadi katak besar di kolam yang kecil’. Saya tafsirkan secara bebas maksudnya, kalau menjadi katak kecil di kolam yang besar, nggak bakalan akan kekurangan makanan dan akhirnya juga bisa tumbuh menjadi besar, dibanding menjadi katak besar di kolam yang kecil yang akhirnya lama-kelamaan kehabisan makanan lalu ‘modar’ juga.

Terkait dengan sumber ilmu pengetahuan bagi kita, ilmu yang bisa dipelajari akan lebih banyak diperoleh di ‘dunia’ yang lebih luas daripada di ‘dunia’ yang lebih kecil. Kalau di ‘dunia’ yang kecil, begitu ilmunya sudah habis diserap dan nggak ada tambahan lagi, akhirnya menjadi seperti ‘katak di balik tempurung’ tadi. Intinya, kita sudah seharusnya membuka diri seluas mungkin untuk belajar segala hal dari mana saja sumbernya, dibanding bila kita hanya diam dan membatasi diri.

Dalam hal belajar untuk menjadi pengusaha, karakter katak manakah yang akan dipilih oleh para anggota TDA seperti saya ini? Pastinya semua akan memilih untuk menjadi katak yang ada di pepatah atau peribahasa yang kedua.

Di dunia nyata yang berkaitan dengan bidang kewirausahaan, kolam besar itu adalah simbolisme tentang ‘pengetahuan yang tak terbatas’. Dan kolam besar itu bisa berisi dan tediri dari berbagai seminar tentang kewirausahaan, sekolah entrepreneur, internet, milis-milis kewirausahaan, buku-buku, referensi, kisah sukses pengusaha & segala bacaan tentang kewirausahaan, komunitas-komunitas bisnis, dsb.

Anggap saja diri kita ini katak kecil yang masih belajar ‘survive’ untuk ‘hidup’ kan butuh makanan, suplemen & vitamin untuk tumbuh menjadi katak besar. Komunitas TDA adalah gambaran dari ‘habitat tersendiri’ atau sub bagian dari kolam yang besar tadi [salah satu pojoknya kali ye?]. Mengingat, di komunitas TDA ini, khususnya bagi yang mau belajar, segalanya juga sudah ada dan tersedia. Ibarat katak kecil tadi, mau makanan apa saja ada, suplemen & vitaminnya juga banyak tersedia, seringkali malah gratis lho. Jadi seharusnya para katak kecil seperti saya ini bisa cepat tumbuh dan berkembang.

Dan memang terbukti, di komunitas TDA kita semua bisa belajar langsung dari para senior yang bisnisnya sudah maju [bahkan dari pak H. Allay lho…]. Juga bisa ikutan seminar-seminarnya yang seringkali gratisan dan kalau membayar pun nggak mahal kok. Bisa copy darat dan saling berbagi pengalaman take action hingga ke cerita sukses. Bisa memiliki kelompok kecil yang lebih intens membahas perkembangan bisnis kita [kelompok mastermind]. Ada kesempatan belajar take action dengan buka usaha bersama kalau pas ada tawaran kios gratis dari Mall-Mall yang besar. Bisa saling bekerja sama dalam bisnis. Bisa saling berbagi ilmu melalui milis, web & blog. Dan masih banyak lagi.

Persoalannya, kembali ke diri kita masing-masing. Sudahkah kita memanfaatkan potensi yang ada di komunitas TDA ini secara optimal? Sudahkah kita memanfaatkan jaringan komunitas TDA yang tersebar di Indonesia ini? Sudahkah kita belajar dan belajar terus secara maksimal dari bisnis yang akan kita tekuni, atau yang sudah kita tekuni? Tentunya, sambil membuka seluas mungkin cakrawala berpikir dengan berbagai pengetahuan entrepreneurship? Berusaha menghilangkan mental block yang ada. Merubah mindset kita yang selama ini berada di comfort zone ke arah action oriented. Dan akan take action dengan berbagai peluang yang ada di depan mata, tentunya yang sesuai dengan minat atau passion kita.

Ironisnya, sebagai amfibi atau yang masih berstatus employee seperti saya ini, seringkali menghadapi banyak kendala terutama di dalam proses pembelajaran. Acapkali kurang total dan kurang mendalam terlebih lagi saat harus menjalankan praktek dan terjun langsung membuka usaha. Kalau toh sudah punya usaha, kebanyakan didelegasikan kepada orang kepercayaan atau bahkan keluarga. Memang hal ini nggak salah-salah amat. Kan bisnis itu harus ada sistemnya. Tapi kalau kita bicara percepatan hasil usahanya, akan nampak beberapa kekurangannya. Hal ini terkait keterbatasan komitmen dan juga waktu yang disediakan untuk mengurus bisnis. Hasil akhirnya ya ‘biasa-biasa’ saja dan malah cenderung merosot dan ujung-ujungnya ya bubar. Hal ini pernah saya alami saat buka toko seluler.

Beda dengan yang sudah terjun full sebagai pengusaha. Mereka bisa setiap hari praktek dan terjun langsung secara total dalam usaha yang ditekuninya. Proses trial & error dan proses dialektika berjalan terus setiap saat, sehingga hasil usahanya pun seringkali ‘dahsyat’ dan fantastic.

Kendala lain yang juga sering ditemui oleh para amfibi seperti saya adalah keterbatasan waktu yang ada. Terkadang mau ikutan copy darat, seminar atau ketemuan membahas peluang usaha seringkali bentrok dengan jadwal pekerjaan. Mau gabung dengan kelompok mastermind juga nunggu jam pulang kantor atau harus nunggu Sabtu dan Minggu, yang notabene seharusnya hari untuk keluarga. Itupun kalau nggak ada tugas ke luar kota dari kantor.

Kembali ke awal tulisan yang berangkat dari tamsil katak, kalau hingga saat ini, komunitas TDA masih banyak dijumpai para katak yang masih tetap menjadi katak kecil yang ‘diam di tempat’ dan belum ‘berani’ melompat-lompat di habitat kolam besar bernama komunitas TDA, bukanlah salah habitatnya. Namun lebih ke kemampuan para katak kecil itu sendiri, yang memang belum mampu ‘survive’ memanfaatkan secara maksimal & optimal makanan, suplemen & vitamin yang ada agar bisa tumbuh menjadi katak kecil yang gesit & berlompatan di kolam yang besar [apalagi mau menjadi katak besar?]. Jadi mohon kepada para anggota komunitas TDA yang bisnisnya telah ‘berlari’ untuk bersabar dalam mengahadapi fenomena ‘katak kecil yang masih diam di tempat’ ini, karena yang namanya proses dialektika itu akan terus bergulir dan berlanjut. Waktulah nanti yang akan membuktikannya.

Bagi saya pribadi, kekurangan dan kelemahan di atas justru harus dijadikan tantangan tersendiri, agar bisa diperoleh jalan keluar terbaiknya. Kan kita tidak boleh gampang menyerah dengan keadaan. Dan harus tetap ingat bahwa yang mampu merubah kelemahan kita menjadi kekuatan adalah diri kita sendiri. Kita harus mampu mengalahkan kelemahan diri yang ada, untuk keluar menjadi pemenang. Jadi ya harus positive thinking bahwa kita bisa sukses dan mampu menjadi pengusaha yang mengutamakan filosofi TDA.

Big dream saya atau LoA-nya [Law of Attraction], kalau nantinya sukses meninggalkan dunia amfibi kepinginnya saya bisa ‘menjadi katak besar di kolam yang besar’. Tafsir bebasnya adalah ‘menjadi pengusaha besar yang bisnisnya mendunia’.

Seiring dengan itu, terselip pula harapan besar untuk komunitas TDA kita ini. Alangkah indah dan mulianya bila beberapa tahun ke depan komunitas TDA ini berhasil membesarkan ribuan katak-katak kecil menjadi ‘katak-katak besar di kolam yang besar buanget’. Tentunya yang memahami sepenuhnya filosofi mulia TDA kita, maksudnya bukan sekadar jadi pengusaha yang bisa menggaji orang saja [kan banyak kita jumpai contoh pengusaha yang nggak TDA]. Tapi lebih dari itu, yang tidak semena-mena, yang mau banyak memberi & banyak berbagi, memiliki kepedulian tinggi terhadap sesama. Semoga. Amin.

Maaf ya? Kok dari katak jadi ‘curhat’ tentang kesan, pengalaman dan harapan saya selama bergabung dengan komunitas TDA. Any way, mudah-mudahan sharing ini bisa bermanfaat bagi saya pribadi & Anda semuanya.


Endro Wahyu

TNM-E20 [mastermind Jakarta Timur]

“Sedang berusaha untuk selalu dapat memberi, memberi, dan memberi… tapi tidak pernah kehabisan, daripada harus mencari, mencari, dan mencari… tapi tidak pernah merasa cukup. Semoga Amin.”