Monday, June 6, 2011

Sukses, ‘jadi orang’, banyak uang...




Gara-gara jejaring sosial macam facebook dan twitter, yang ternyata mampu menyambungkan kembali tali silaturahim antar kawan lama, akhir-akhir ini banyak banget kegiatan ‘reunian’ yang mesti kita hadiri. Konsep ketemuannya sih oke banget, tapi rasanya kok ada juga beberapa teman yang menggunakannya untuk ajang ‘pamer kesuksesan’. Nah biasanya, berdasarkan pengalaman, kalau yang kebetulan yang ikutan ngumpul ‘merasa kurang sukses’, pada ketemuan berikutnya bisa dipastikan nggak bisa hadir drngan berbagai alasan.

Begitulah, pada salah satu ‘reunian’ ada teman saya Dody yang tiba-tiba nyeletuk,
“ Wuah sekarang si Indra sudah ‘jadi orang’ ya... sudah sukses... sudah kaya...”.
Dan akhirnya, pembicaraan memang jadi berbelok ke arah pencapaian sukses dari teman-teman yang lain. Yang begini ini yang kurang menarik dalam acara reunian. Bukannya ngomongin cerita yang dulu-dulu dan yang lucu-lucu biar kita semua bisa bernostalgia, eh kok malah jadi ngomongin harta kekayaan, punya ini, punya itu, dsb. Kalau kekayaan tsb. diperoleh dengan ‘berniaga’, punya bisnis atau usaha yang syariah, pastinya saya salut 1000%. Tapi kalau yang ngomongin kekayaan tsb. adalah mereka yang berkiprah sebagai pejabat pemerintah, maaf saja... temans, saya langsung kepingin muntah. Topik pembicaraan yang seperti inilah yang biasanya bikin saya males untuk ikutan nimbrung.

Padahal, konsep ‘jadi orang’ jaman para orang tua dulu tuh mengacu ke suatu pencapaian hidup yang mengandung makna sangat dalam, nggak hanya sekadar terjebak ke pencapaian kekayaan tertentu. Atau dengan kata lain, istilah ‘jadi orang’ atau ‘sukses’ itu tidak identik dengan ‘jadi orang kaya’. Misal, menjadi seorang staff pengajar di perguruan tinggi atau guru di sebuah SMA, dengan gaya hidup yang sederhana, pun boleh dibilang juga ‘jadi orang’ atau ‘sukses’.

Menurut aku, seseorang bisa dikatakan ‘sukses’ bila dalam hidupnya ia berusaha dan berjuang hingga akhirnya mampu meraih prestasi tertentu yang membanggakan. Dan mampu memanfaatkan semua kapasitas yang ada dalam dirinya untuk kebaikan orang lain dan masyarakat, tidak hanya sekadar untuk kepentingan diri pribadinya saja. Tingkat kepribadiannya berkembang menjadi lebih berkarakter dan lebih matang dalam menghadapi segala permasalahan di dalam kehidupannya.

Ironisnya, jaman sekarang ini, banyak orang beranggapan kalau ‘jadi orang’ atau ‘sukses’ itu identik dengan ‘jadi orang kaya’. Padahal betapa banyak saat ini, ‘orang jadi kaya’ yang hartanya diperoleh dengan cara yang tidak benar [alias korupsi], tidak melalui proses kerja keras dan berjuang di ‘jalan yang benar’. Mereka yang berada dalam kelompok ini biasanya memang memperoleh kekayaannya dengan cara gampang, sehingga tidak melalui proses berdialog dengan hati nuraninya. Juga tidak pernah ada proses pematangan di dalam kepribadiannya, baik melalui perenungan maupun kontemplasi pemikiran. Yang ada dalam pikirannya hanyalah spirit ‘jalan pintas’ dan keinginan untuk mendapatkan segalanya dengan instan, termasuk menghalalkan segala cara dan bahkan seringkali ada pihak lain yang dirugikan. Lha terus apakah yang seperti ini masih bisa dibilang ‘jadi orang’ atau ‘meraih sukses’???

Fenomena saat ini, memang begitu banyak orang yang tergila-gila pada uang. Mereka yang wara-wiri dengan mobil keren, memakai pakaian ‘branded’, hobi shopping ke luar negeri, pada kenyataannya memang diperlakukan dengan lebih terhormat dibanding dengan mereka yang tampil sederhana dan ‘biasa-biasa’ saja. Barangkali inilah yang membuat definisi tentang ‘jadi orang’ atau pun ‘sukses’ bergeser artinya. Saat ini, sukses = banyak uang. Konyolnya, semakin banyak uangnya semakin banyak pula kebutuhan yang harus dipenuhinya. Bahkan seringkali kita mendengar keluhan teman dan kolega kita bahwa mereka selalu merasa kekurangan uang terus, kebutuhan yang harus dipenuhi koq selalu nggak ada habisnya. Nah lho... jadi terjebak dan diperbudak oleh uang kan?

Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia hidup itu memang tidak bisa lepas dari uang. Semua orang butuh uang untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Semua orang memang kepingin punya rasa aman dengan punya tabungan, punya rumah, punya kendaraan yang mampu mendukung transportasinya, kepingin meningkatkan kualitas hidupnya, dsb. Tapi alangkah baiknya bila kita tidak terjebak ke arah semangat untuk ‘mendewakan uang’ alias uang menjadi prioritas utama dengan menisbikan begitu saja apa sejatinya makna hidup kita. Bahkan banyak yang melupakan bahwa sebenarnya untuk apa sih tujuan hidup kita ini? Apakah kebahagiaan hidup itu hanya bisa diraih dengan cara kita memiliki banyak uang?

Semoga sharing kali ini dapat menjadi bahan renungan... yang tentunya dengan harapan dapat memperkaya kualitas hidup kita semua.

No comments: