Saat hendak take action buka usaha grosir sepatu di Pusat Grosir Metro Tanah Abang, September 2006 yang lalu, istri saya adalah orang meragukan prospek ke depan usaha ini. Maklum, ketika gagal dengan toko seluler, ia masih merasa trauma untuk memulai usaha baru yang harus jualan di toko. Apalagi kita memulai dengan nol besar, tanpa pengetahuan sedikitpun di bidang bisnis persepatuan, ke mana harus mencari sumber barangnya, bagaimana pricingnya, mesti sedia stock barang seberapa banyak, model sepatu seperti apa saja yang lagi trend dan disukai, terus bagaimana kalau ternyata barang tsb. tidak habis, bagaimana sistem pembukuannya agar memudahkan pengontrolan, dan yang lebih penting lagi pertanyaan klasik namun mendasar, bagaimana kalau modalnya nanti amblas dan tidak kembali?
Saya pun sempat terpengaruh dan agak gamang melangkah untuk usaha yang satu ini. Biasanya, kalau saya mulai ragu, mulailah saya buka email, browsing internet, membaca ulang buku bisnis & cari tulisan-tulisan yang memberi semangat. Biarkan segala masalah tersebut ‘mengendap’ dulu sambil merenung ulang jejak langkah belajar usaha selama ini.
Namun, karena berjualan di mal adalah salah satu cita-cita dan keinginan yang lama terpendam, maka saya putuskan harus maju terus pantang mundur. Apapun nanti hasilnya, ini adalah sebuah pembelajaran bagi diri saya pribadi. Langkah berikutnya, segala macam masalah di atas saya coba bikin listnya. Sambil berjalan & take action, semua masalah di atas akan menjadi PR saya untuk dipelajari dan dicarikan solusinya.
Dari salah satu tulisan yang saya baca, saya mendapatkan sedikit pencerahan yang membuat ‘tetap semangat’. Dalam tulisan tsb dijelaskan bahwa pada dasarnya manusia itu adalah ‘makhluk kebiasaan’, yang biasanya hanya bersedia melakukan apa-apa yang biasa dilakukannya. Kalau saat ini kita menulis dengan tangan kanan, itu karena kita sudah terbiasa melakukannya dari sejak lama. Kalau tiba-tiba terjadi sesuatu sehingga tangan kanan tidak bisa digunakan, maka akan sangat sulit sekali apabila kita ingin menggunakan tangan kiri untuk menulis. Jadi, sebagai seorang pemula dalam bisnis, dan bila merasa ragu-ragu, itu adalah hal yang umum terjadi. Karena memang diperlukan keberanian ekstra bagi kita untuk keluar dari kebiasaan lama (kemapanan dan kejelasan) dan memulai kebiasaan baru (yang belum jelas bagaimana prospek ke depannya).
Kalau mau memulai bisnis sepatu, ya mulailah melakukan kebiasaan-kebiasaan baru yang berkaitan dengan dunia bisnis persepatuan, termasuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan bisnis yang ingin ditekuni. Mulailah mengamati di mal-mal bagaimana kegiatan yang ada di toko sepatu. Saya coba mendatangi beberapa toko sepatu yang ada di Jatinegara dan Bogor untuk mendapatkan insight. Meskipun hanya sekedar bertanya-tanya dan ngobrol dengan para pembeli dan pemilik toko kita dapat merasakan atmosfir bisnisnya.
Ternyata, untuk mengubah kebiasaan adalah sebuah proses yang sangat berat. Tidak bisa berhasil dalam sekejap. Perlu cukup waktu untuk bisa masuk dan merasakan nikmatnya menjadi pengusaha.Untuk sumber sepatu dengan harga termurah, saya mulai bertanya ke sana ke mari, juga cari di internet. Mulailah saya mendatangi pusat perkulakan sepatu di daerah Jatinegara dan Bogor. Sambil belanja barang saya berusaha bertanya pada orang yang tepat dan terus-menerus berusaha. Pokoknya, semangat pantang mundur dan terus menambah wawasan persepatuan, sambil juga belajar bagaimana pricingnya, mesti sedia stock barang seberapa banyak, model sepatu seperti apa saja yang lagi trend dan disukai (melakukan pengamatan dan bertanya ke siapa saja), bagaimana sistem pembukuannya agar memudahkan pengontrolan, dsb.
Lalu bagaimana kalau nantinya modal tidak kembali? Tentu saja banyak pilihan. Bisa saja nantinya saya menangis dan berhari-hari menyesali amblasnya modal usaha. Atau mengambil hikmahnya sebagai pelajaran berharga, sehingga perlu dicari berbagai penyebab kegagalan usaha tersebut, sampai akhirnya kita bangkit dan berusaha kembali. Karena terjun di bidang usaha itu resikonya cuma ada dua, untung atau buntung. Kalau kita siap untuk meraih sukses, kita juga harus siap menderita kerugian. Ini sudah menjadi hukum dalam menjalani usaha. Sepengetahuan saya, sampai saat ini hanya ada satu cara untuk menghindari modal tidak kembali, yaitu JANGAN BERINVESTASI alias JANGAN BUKA USAHA. Tetap semangat dan maju terus pantang mundur.
Salam,
Endro WM
TNM-E20
08161996348
endowm@yahoo.com
begitu niat jadi pengusaha, ya take action lah! kalau sudah take action, ya harus niat lah!
No comments:
Post a Comment