Monday, March 24, 2008

Pentingnya brand name untuk produk kita



Bagi pemilik produk, terutama yang baru mulai start memulai usaha, nama brand atau merek adalah juga doa agar ‘nantinya’ bisa meraih kesuksesan. Itulah sebabnya, mencipta nama brand untuk produk menjadi sebuah kegiatan awal yang sangat penting. Dan seyogyanya harus melalui berbagai pertimbangan yang matang. Mengingat brand tsb. kan untuk jangka panjang. Dasar pertimbangan utama, kita harus sadar sepenuhnya bahwa produk tsb. adalah ‘baby’ kita, jadi kalau salah memberi nama akan menyesal ke depannya.

Kalau ditelisik lebih jauh, sepertinya menciptakan nama brand untuk produk kita kok gampang ya… Benarkah demikian? Saya kok merasa justru sebaliknya. Banyak pertimbangan filosofis yang tersirat pada kegiatan mencipta brand name ini. Setidaknya ada unsur logika di sana. Kecuali jika kita cukup dipuaskan dengan menciptakan brand name dengan bermodalkan good feeling dan perasaan hati ‘suka’ dan ‘tidak suka’. Memang nggak salah sih, karena terkadang feeling kita kan so good juga. Hehehe…

Lebih dari itu, brand name kan juga harus ada rationale-nya, memiliki visi, asal-usul dan relevansi dengan produk

Yang sering terjadi, saat menciptakan brand name situasinya adalah dikejar dead line karena kepinginnya produk tsb. cepat di-launch. Akhirnya, brand name-nya berangkat dari nama si owner, nama anak, nama lokasi, nama jalan, singkatan. Atau nama yang berangkat dari doa atau harapan kita seperti ‘rizki’, ‘anugerah’, ‘subur’, ‘barokah’, dan masih banyak lagi. Nggak salah juga sih… Hanya kalau diamati, banyak banget brand name yang sama atau mirip-mirip seperti itu. Jadinya, brand name kita nggak stand out, nggak catching, nggak get attention, nggak nyleneh dan nggak keluar dari pakem yang dianut ‘orang kebanyakan’, ujung-ujungnya nggak memorable.

Pengalaman di atas, juga pernah terjadi pada beberapa usaha saya. Saat membuka toko seluler, karena sudah ditunggu oleh supplier yang akan membuat papan nama toko, cap, nota, dan kwitansi, saya terjebak dengan pola kepepet deadline tadi. Akhirnya, setelah berpikir cepat dan simple, nama yang keluar adalah ‘ma-ju’ seluler. Yang saya maksud dengan ‘ma-ju’ adalah 2 meaning. Pertama, ma-ju = lima tujuan [bisnis, belajar, buka lapangan kerja, berkah, bersedekah]. Kedua, ma-ju = berharap usaha tsb. bisa berkembang. Pas sudah berjalan kok ternyata feel-nya biasa banget ya? Singkatannya pun secara filosofis kok cuma owner-nya yang tahu. Hehehe… namanya juga memulai usahanya ‘terjun bebas’…

Kejadian yang sama juga terulang lagi. Saat memulai bisnis rental excavator, kami juga dikejar deadline. Ditambah lagi ada 4 ‘kepala’ yang harus disatukan pendapatnya. Akhirnya, jadilah nama perusahaan kami menggunakan nama PT Duta Perdana. ‘Duta’ kurang lebih mengandung makna ‘DUit kiTA’ & ‘perwakilan’. ‘Perdana’, untuk menggambarkan usaha bersama kami yang pertama. Jadi filosofi yang tersirat, perusahaan yang pertama ini dibangun dari ‘duit rame-rame’ para ‘wakil keluarga’. So simple. Dan lagi-lagi feel-nya biasa banget kayak perusahaan kebanyakan. Padahal, saya pribadi kepinginnya brand name lebih ‘oke’ dari yang itu. Any way, apalah arti sebuah nama. Karena, saat menangkap peluang usaha rental excavator tsb. praktis waktu yang ada memang ‘mepet banget’. Saat itu, yang penting kan semangat untuk segera ‘take action’!

Ada bagusnya bila saat kita mencipta brand name juga punya bekal yang cukup tentang konsep produknya, latar belakang produk tsb., siapa target marketnya, peta persaingan di pasar seperti apa, nama apa saja yang telah digunakan dalam kategori produk yang sama, serta tone & manner yang sesuai dengan karakter produk.

Penciptaan brand name, kadangkala dipengaruhi juga oleh problematika spesifik yang terjadi di pasar pada saat itu. Sebut saja, sebuah TV swasta yang kurang laku [La TV], kemudian ada pemodal baru masuk, lalu dirubah nama serta konsep produknya [TV One] agar bisa di re-'launch' dan dilirik pasar kembali.

Selain contoh di atas, sebagai alternative lain, pemberian nama produk juga bisa diambil dari segala arah misal : product content/ingredient [Teh botol Sosro, Green Tea], product concept [Bukafe, book store & café], product location [Soto Ambengan, Bakmi Gajah Mada], product vision and mission [Mastermind TNM-E20], customer’s dream [Kota Wisata], customer’s preference [Rawon Setan], dan random.

Yang penting pula, kita jangan pernah takut menciptakan brand name yang aneh-aneh, yang keluar dari pakem. Lebih baik membuat dulu ratusan nama, termasuk nama ‘nyleneh’, baru kemudian dipilah-pilah, dipilih beberapa puluh atau belasan untuk kita jagokan atau unggulkan. Dari nama-nama unggulan nantinya kita pilih lagi menjadi lebih sedikit, sampai akhirnya nanti kita pilih yang paling kita sukai. Tentunya, yang menurut kita paling cocok dengan karakter produknya. Dalam tahap ini, mungkin sebaiknya kita minta pendapat dari orang-orang terdekat kita, agar ada second opinion.

Tapi, jujur saja untuk ‘pengetahuan’ tentang brand name ini saya belum ‘berhasil’ mempraktekkannya dengan baik & benar, khususnya untuk bisnis pribadi. Kalau sekadar dimintai tolong oleh beberapa teman sudah sering saya praktekkan. Hasilnya, banyak dari mereka yang merasa puas dan menerapkannya untuk nama produknya.

Demikian sharing kali ini, semoga ada manfaatnya untuk Anda semua. Seandainya dirasa tidak ada manfaatnya abaikan saja, karena memang tulisan ini berangkat dari keisengan saya semata untuk ‘memuntahkan’ uneg-uneg yang ada di kepala. Ya wis lah!


1 comment:

Anonymous said...

setuju Paaaakk!! saya sdh berbulan2 msh blm dapat nama yg "nusuk" di hati :) apalg sy ini seorg perfeksionis papan atas!! jadi semuanya hrs sesempurna mungkin, membuang waktu sia2..
sampai kepikiran mau kasih nama "dizzy" atau "confused" (pusing/bingung) hehe..