Thursday, March 13, 2008

Perang tanding tarif ponsel, siapa sih yang untung?

Kalau kita amati, sebagai pengguna ponsel, akhir-akhir ini ada fenomena menarik
tentang perang tarif yang sedang gencar dilakukan oleh beberapa provider. Iklan pun juga menjadi ajang ‘perang tanding’ ini. Lihat saja iklan yang ditayang di beberapa TV swasta nasional. Iklan XL yang ‘kawin dengan monyet’ menjanjikan tarif 0,1 per detik, belum lama tayang sudah dibalas dengan iklan IM3-nya Indosat versi ‘pantai’, yang menjanjikan 0,0001 per detik. Lucu banget. Kayak anak kecil aja, ‘dicubit’ eh cepet-cepet mbales ‘nyubit’. Hehehehe…

Seandainya tarif baru yang diberlakukan oleh para operator itu benar adanya, berarti kan selama ini konsumen dibohongi [dikenai tarif mahal], buktinya kok sekarang mereka berani pasang tarif yang jauh lebih murah daripada yang berlaku sebelumnya??? Sama dengan, selama ini para provider tsb. sudah menikmati untung ‘gede’.

Kali ini, saya nggak mau membahas apakah tarif-tarif tsb. bener atau tidak [karena saya nggak pakai XL maupun IM3], tapi lebih kepingin menyoroti siapa-siapa saja yang sebenarnya diuntungkan dengan adanya ‘perang tarif’ ini.

1. Paling untung ya pastinya si pemilik bisnis tsb. Semakin ‘menjanjikan’ tarif murah akan semakin banyak jumlah pelanggan yang bakalan masuk ke jaringan mereka. Dan tentunya akan lebih banyak lagi fulus masyarakat yang bakal ‘disedot’.
2. Stasiun TV dan media iklan lainnya, yang jelas bakalan gembira karena bisa memperoleh gelontoran ‘jor-joran’nya budget iklan yang tentunya untuk perang iklan ini spending-nya ‘gede’ juga.
3. Advertising agency yang meng-handle Client yang lagi asyik ‘perang iklan’ tsb. As a marketing & communication consultant sudah pasti banyak pula meraup untung. Jaman gini ada yang jor-joran iklan, asiik buaaanget!
4. Public Relation Consultant-nya juga pasti ikutan dibayar untuk membangun image yang diinginkan.
5. Production House, Director Film [sutradara iklannya], dan jajaran tim produksi iklannya. Bayangin aja, nggak sampai sebulan sudah bikin iklan dua kali. Bayangkan, Budget produksi iklan TV paling murah saat ini sekitar 500 jt-an.
6. Para penjual product para provider tsb. [mulai dari grosir, agen, sub agen, outlet, dst.], karena semakin gencar diiklankan akan semakin banyak yang kepingin membelinya. Pastinya kan ada untungnya.
7. Para konsumen atau end user-nya. Kalau memang tarif murah ini benar adanya, jelas masyarakat akan menikmati. Bisa bertelepon-ria sepuasnya dengan tarif yang ‘miring’.

Hanya saja, untuk masyarakat konsumen, kok feeling saya meragukan akan ‘tarif murah’ yang dijanjikan tsb. Pengalaman selama ini, kalau ada fihak yang dirugikan adalah selalu konsumen. Merekalah sebenarnya yang akhirnya ‘membiayai’ semua budget yang telah dikeluarkan untuk ‘perang tanding’ iklan tsb. Ingat, mana ada di dunia ini orang bisa menikmati ‘kenyamanan’ tanpa dipungut bayaran??? Yang namanya promosi, iklan & sejenisnya, kan selalu pada akhirnya dibebankan ke konsumen atau end user. Ini kan pinter-pinternya mereka mengemas dengan trick-trick promosi yang canggih. Betul nggak?

Pertanyaannya, apa saja syarat & ketentuan yang berlaku untuk tariff Rp 0,0001 /detik tsb? Kan tidak pernah dijelaskan secara ‘gamblang’ saat penayangan iklan tsb. Alasannya, tidak tersedianya ruang & waktu [lagu lama ah..] Padahal informasi ini jelas penting.

Yang saya juga heran, kok sepertinya ‘perang iklan’ tsb. bermuara ke ‘perang kreativitas kata-kata’ yang ‘takutnya’ berujung kepada pembohongan & pembodohan masyarakat konsumen Indonesia.

Dalam menyikapi fenomena ini jelas sikap kritis kita diuji. Jangan mau menjadi korban iklan. Dan jangan mudah terjebak dengan bujuk rayu ‘perang iklan’ tsb. Kalau dulu usai penayangan iklan di TVRI [Siaran Niaga] selalu diperingatkan kepada para pemirsa agar ‘teliti sebelum membeli’, alangkah baiknya sekarang dalam menyikapi tawaran tarif murah tsb., konsumen juga dapat memahami sejelas-jelasnya mekanisme & cara kerja sejatinya tarif murah tsb. Tentunya, agar dapat memanfaatkan secara ‘cerdas’ tarif murah tsb.

Saat ini sebenarnya apa sih yang diharapkan konsumen di Indonesia? Apakah benar tarif murah atau Bonus? Atau lebih jauh lagi, misal pelayanan yg baik? Karena biasanya kalau pelanggannya sudah ‘membludak’, urusan pelayanan ke konsumen menjadi amburadul. Nah loh…

Mudah-mudahan temen-temen semua berada di pihak yang diuntungkan.

No comments: