Wednesday, March 19, 2008

Rasa puas diri = ancaman terbesar kemajuan?


Tulisan ini memang bertolak dari pengalaman pribadi. Sekedar mengingatkan ke diri pribadi, bahwa yang namanya rasa puas diri itu ternyata betul-betul membuat kita tidak kepingin bergerak untuk maju. Hal ini, pernah membelenggu diri pribadi saya bertahun-tahun lamanya.

Tatkala merasa telah memiliki pekerjaan yang mapan dengan penghasilan yang cukup, rasanya diri kita seperti terbuai dengan kenyamanan. Bayangkan, setiap bulan sudah jelas, ada income yang bakal masuk ke rekening dari hasil kerja sebagai karyawan. Serasa hidup mengalir begitu saja, tanpa berpikir bahwa ternyata yang namanya menjadi karyawan itu selalu ada resiko ketidakpastian pula. ‘Terlena dalam comfort zone’, inilah istilah yang tepat untuk menggambarkan situasi nyaman dan nikmat sebagai karyawan tadi.

Begitu gelombang krisis moneter melanda di tahun 1997 lalu, yang berdampak banyaknya karyawan terkena PHK, kemudian melonjaknya harga-harga kebutuhan hidup sehari-hari, tiba-tiba berbunyilah ‘alarm’ kehidupan. Seolah berkata, “Hei waspadalah, kondisi perekonomian yang tak kunjung membaik bisa berdampak merubah comfort zone Anda menjadi zona ketidakpastian. Saatnya bersiap diri. Back-up your life with another incomes.” Yang namanya daya beli langsung merosot tajam. Kalau tadinya, incomes yang ada masih dapat dinikmati bahkan ada sisa yang bisa ditabung, kini mesti pintar-pintar mengatur pengeluaran agar ‘dapur tetap ngebul’.

Sadar dengan perubahan mendadak yang begitu cepat tsb., mulailah memikirkan yang namanya penghasilan lain di luar income tetap sebagai karyawan. Mencoba menjadi pemilik usaha adalah salah satu pilihan yang harus dicoba. Begitulah, akhirnya mulai tahun 2003 saya pun baru berani take action dan memiliki predikat baru sebagai pengusaha [rumah kontrakan, rental mobil, toko, warnet, dan rental excavator] yang berjalan hingga hari ini. Dan saya pribadi juga harus tetap waspada bahwa rasa puas diri dapat menghambat kemajuan.

Nah bagi Anda yang masih pure hanya mengandalkan income sebagai karyawan, usahakan agar jangan sampai kelamaan terbelenggu dengan rasa puas diri berada di comfort zone. Karena kita tidak pernah tahu sampai kapan perusahaan tempat Anda bekerja tetap nyaman, tenang dan damai. Mulailah kondisikan dan biasakan diri Anda berpikir ‘kepepet’ seolah-olah status karyawan tsb. hanya tinggal beberapa hari lagi. Apa yang bisa dilakukan sebagai jalan keluarnya? Mau nggak mau kan juga harus memulai mencoba menjajagi peluang di bidang usaha.

Bagi para pemilik usaha pun, sebaiknya juga jangan terlena dengan rasa puas diri. Kita harus terus menerus berpikir untuk mengembangkan usaha yang ada sekaligus mencari terobosan-terobosan baru, kalau perlu menjajagi berbagai peluang baru. Ingat para competitor juga tidak berdiam diri untuk memenangkan pertarungan di ‘market’ yang serba kompetitif. Karena yang namanya faktor ketidakpastian juga selalu ada di dalam dunia usaha. Belum lagi ketidakpastian usaha yang berasal dari berubahnya perilaku konsumen yang disebabkan adanya kebijakan pemerintah.

Di dalam kehidupan nyata banyak kita jumpai bagaimana sebuah usaha yang tadinya nampak mapan tetapi mendadak berubah menjadi sebaliknya gara-gara perubahan yang tidak pernah diantisipasi sebelumnya. Saya pernah ngobrol dengan supir angkutan umum yang mengeluh penghasilannya menurun gara-gara sepinya penumpang. Padahal kebutuhan hidup keluarganya justru semakin meningkat. [konon, banyak penumpang yang berpindah naik sepeda motor untuk mengirit pengeluaran transportasi yang kian mahal gara-gara kenaikan BBM, kan uang transportnya bisa untuk kredit sepeda motor].

Begitu juga terjadi pada penjual minyak tanah keliling dan pemilik usaha pangkalan minyak tanah se-Jabodetabek, yang harus segera berganti usaha, gara-gara kebijakan pemerintah mengganti minyak tanah menjadi gas. Contoh lain, yang kita semua tahu, berapa banyak pemilik usaha kuliner di Jl. Panjang [yang tadinya bisnisnya mapan], tiba-tiba serentak ‘koor’ menyuarakan menurunnya penghasilan secara drastis gara-gara dibangunnya jalur busway di jalan tersebut. Karena tidak ada lagi yang boleh parkir di ruas jalan yang tinggal satu jalur tsb.

Mungkin ada baiknya bila kita juga belajar memaknai terjadinya perubahan di dunia usaha ini dengan the powerful words berikut : “Peluang itu selalu berada di balik tantangan, dan juga di balik kesulitan…” Dan yang penting jangan pernah menyerah dengan keadaan, karena “di mana ada kesulitan, pasti ada jalan keluarnya…”

1 comment:

Anonymous said...

Hello. This post is likeable, and your blog is very interesting, congratulations :-). I will add in my blogroll =). If possible gives a last there on my blog, it is about the Wireless, I hope you enjoy. The address is http://wireless-brasil.blogspot.com. A hug.