Sadarkah kita bahwa krisis ekonomi yang berkepanjangan, ternyata juga mengajarkan kepada kita semua bahwa menggantungkan sumber penghasilan hanya dari pekerjaan kantoran [bekerja kepada orang lain], sebaiknya jangan dijadikan pilihan utama lagi. Meskipun selama ini, sejak kita duduk di bangku sekolah dasar hingga lulus menjadi sarjana, para orang tua selalu berharap agar kita menjadi karyawan kantoran yang mapan.
Paradigma lama tsb. memang layak ditinggalkan. Lihat saja, tatkala Indonesia terseret krisis ekonomi yang disusul dengan gelombang pemutusan hubungan kerja [PHK] yang menimpa jutaan karyawan, tiba-tiba menyadarkan kita semua bahwa menjadi pekerja itu ternyata sangat riskan dan rentan terhadap ‘gonjang-ganjing’ perekonomian global. Saat itu, angka pengangguran pun melonjak drastis. Ada yang menganggur karena belum juga dapat pekerjaan, baru lulus kuliah, maupun yang berasal dari dampak PHK tadi.
Berita baiknya, krisis ekonomi ternyata ada dampak positifnya pula, yaitu dengan lahirnya para pengusaha baru. Mereka adalah yang jeli melihat peluang, dan tak gamang menghadapi kesulitan-kesulitan. Tatkala sebagian meratapi nasib malangnya akibat terkena PHK dan tak juga dapat pekerjaan, mereka justru mengarahkan segenap daya dan upaya untuk membuka lapangan kerja bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Ilmu ‘kepepet’ mampu mengantar mereka menuju sukses.
Mulailah muncul kesadaran baru bahwa jalan untuk meraih sukses, kekayaan maupun kebahagiaan ternyata bisa dicapai tidak hanya dengan kerja kantoran, melainkan dengan menjadi pengusaha. Apalagi diperkuat dengan sabda Nabi Muhammad SAW, bahwa. 9 dari 10 pintu rejeki itu berasal dari berniaga. [Ini juga menunjukkan bahwa 9 dari 10 orang kaya adalah para pengusaha.] Sedangkan sisanya yang hanya satu bagian diperebutkan oleh sekian banyak orang yang lebih memilih menjadi karyawan atau pekerja.
Menariknya, yang namanya kewirausahaan tiba-tiba menjadi sangat diminati oleh siapapun juga yang ingin berubah untuk maju secara ekonomi. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya muncul training, seminar, kursus & sekolah yang dilabeli dengan entrepreneurship. Berbagai buku yang berbau entrepreneurship mulai yang terbitan luar hingga local pun banyak diminati. Berbagai kelompok dan organisasi bisnis juga bermunculan hampir di setiap kota besar Indonesia. Dunia maya dengan mailing list-nya pun juga tak luput ikut meramaikan euphoria ini. Tidak heran pula bila yang namanya milis komunitas & jaringan kerja TDA [Tangan di Atas] ini akhirnya memang menarik minat hingga 1000 lebih anggota.
Fenomena di atas bisa dimaknai bahwa masalah wirausaha menjadi penting untuk dikembangkan di negeri ini. Jadi kalau di komunitas TDA [tangan di atas] kita ‘diajak’ dan 'diprovokasi' untuk bisa menjadi pengusaha, sudah benar adanya. Hebatnya komunitas TDA ini, yang juga menjadi jaringan kerja para membernya, benar-benar dikembangkan dari semangat dan niat tulus para founder-nya untuk saling berbagi ilmu tentang dunia usaha tanpa pernah ada unsur komersialisasinya. Ditambah lagi, banyaknya kegiatan ‘kopdar’ berupa seminar, training berbiaya murah yang secara spesifik menjawab kebutuhan para membernya, baik yang sudah punya usaha maupun yang hendak take action. Kelebihan lainnya, di TDA juga sering ada tawaran kios gratis di mal-mal yang juga dapat berfungsi sebagai ajang pembelajaran bersama memulai set-up sebuah toko. Dahsyat kan!
Marilah melalui komunitas TDA ini, bersama kita kembangkan semangat untuk berani menjadi pengusaha di berbagai bidang, agar kita mampu mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi, baik di negeri ini maupun di percaturan dunia. Kalau selama ini kita hanya menjadi ‘penonton’, sudah saatnya kita bangkit dan ikut berperan menjadi ‘pemain’ di dunia usaha. Ingat, untuk menjadi pengusaha tidak diperlukan bakat khusus, karena pada dasarnya semua orang itu mampu untuk menjadi pengusaha. Asalkan menyadari potensi yang dimiliki dan mau bekerja keras dan cerdas, diiringi dengan doa dan kesabaran [tentunya] nantinya akan bisa menjadi pengusaha yang berhasil.
Semoga cita-cita bersama agar Indonesia nantinya menjadi bangsa yang bermartabat secara ekonomi [tidak mengekspor TKI lagi], dan di tahun 2020 terbebas dari kemiskinan dapat terlaksana. Amin.
Endro Wahyu M
[TNM-E20, mastermind JakTim]
No comments:
Post a Comment