Friday, December 14, 2007

"Kenapa sih kepingin jadi pengusaha? Kepingin cepat kaya, ya?"


Pertanyaan inilah yang dilontarkan seorang teman tatkala ngobrol santai tapi serius seputar masalah kewirausahaan yang sering saya share bersamanya. Lalu ia pun menyela, “Belum tentu kalau sudah nyemplung jadi pengusaha, cita-cita kepingin kaya bisa diraih dengan mudahnya. Memang logikanya jadi pemilik bisnis atau pengusaha akan bisa mengantarkan kita untuk meraih kekayaan yang berlebih.”

Teman saya pun menyitir pendapat Handy Irawan pendiri Frontier Consulting Group, bahwa dari 200 ribu orang kaya Indonesia yang memiliki dana likuid di perbankan sejumlah Rp 1Milyar ke atas tediri dari :

- 50-55 % adalah pedagang
- 8-10 % adalah kaum professional [pengacara, dokter, konsultan papan atas]
- 9-10 % adalah karyawan top level [para manajemen, eksekutif puncak]
- 5-7 % adalah pemilik biro jasa
- sisanya adalah pemilik korporat raksasa, importer/exporter raksasa, investor kakap, dsb.

“Memang dari penjelasan tsb”., lanjut teman saya, “jumlah terbesar orang kaya adalah para pedagang dan para pemilik usaha, tapi alangkah baiknya juga kita melihat fakta sebenarnya yang ada di sekitar kita, bahwa di negeri ini, lebih banyak pedagang & pemilik bisnis [kecil-menengah] yang tidak kaya [pas-pasan] ketimbang yang sungguh-sungguh kaya”. Demikianlah teman saya memberikan semacam warning, agar saya juga mau belajar dari ilustrasi yang diberikannya. Jadi maksudnya kalau mau jadi pengusaha jangan yang ‘nanggung’ gitu.

Setelah merenung sejenak untuk mencerna ilustrasi di atas, saya pun mencoba untuk memberikan pandangan & pendapat saya pribadi. Bahwa keinginan saya untuk jadi pengusaha bukanlah karena kepingin kaya semata. Kekayaan bukanlah tujuan utama, tapi seandainya setelah punya usaha akhirnya menjadi kaya, ya itu kan namanya barokahnya. Dan bukankah sebagai umat Islam kita wajib dan harus kaya? Kalau nggak kaya kan nggak bisa berzakat/beramal/bersedaqoh, nggak bisa menyantuni anak yatim/piatu/dan yatim piatu, nggak bisa ber-qurban, nggak bisa menjalankan ibadah haji, nggak bisa membantu pemberdayaan umat, dsb. Tetapi, terlepas dari uraian di atas, ada banyak hal lain yang meyakinkan langkah saya untuk tetap mantap kepingin menjadi pengusaha.

- Let say, bahwa untuk untuk menjadi pengusaha sukses & kaya memang tidak ada jalan yang mudah dan mulus. Tetapi setidaknya jalan tersebut harus kita coba untuk lewati. Ingat bahwa semua pengusaha & pemilik bisnis yang sukses saat ini, dulunya kan juga berangkat dari usaha kecil-menengah. Siapa tahu nantinya kita dapat masuk ke golongan yang 50-55 % tadi.
- Jadi pengusaha itu ada peluang untuk lebih mandiri dan mapan secara financial sekaligus berpeluang pula memperoleh penghasilan yang besar. Beda dengan karyawan yang di jaman sekarang begitu sarat dengan ketidakpastian.
- Jadi pengusaha memungkinkan kita bebas mengatur waktu sesukanya, tidak terikat dengan jam kantor eight to five, dan tidak menjadi bawahan orang lain. Kayaknya rasanya bisa menikmati waktu untuk kegiatan yang lebih bermanfaat baik untuk ibadah, diri pribadi dan keluarga.
- Jadi pengusaha membuat kita lebih mulia dan secara otomatis mengantar kita menjadi golongan Tangan di Atas, yang dapat banyak memberi [menggaji karyawan] dibanding karyawan yang masih menengadah untuk menrima gaji [Tangan di Bawah] dari para pemilik usaha.
- Jadi pengusaha juga berarti menjalani hidup sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan umatnya untuk berniaga [jadi pengusaha]. Beliau pun mengingatkan bahwa 9 dari 10 pintu rejeki itu berasal dari berniaga [pengusaha].

Terlepas dari diskusi di atas, yang sempat membuat saya me-review kembali niat untuk menjadi business owner, barangkali lebih enaknya kalau pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada kita sifatnya lebih jauh ke depan. Misal: “kalau sudah jadi pengusaha apa sih manfaat yang bisa kita berikan kepada orang banyak?” Atau “berapa banyak tenaga kerja yang kita bisa serap, biar para pencari kerja nggak pada jadi TKI di manca negara?”, atau “kalau bisnis sukses & sudah kaya, bagaimana mengusahakan agar Indonesia di tahun 2020 terbebas dari kemiskinan?”.

Tentunya dengan harapan yang positive thinking agar kita lebih semangat, lebih tertantang untuk berkembang maju terus, dan bersama menebar rahmat, daripada hanya berkutat pada persoalan mau jadi pengusaha [TDA] atau tetap menjadi karyawan [TDB]. Okay?

1 comment:

Anonymous said...

assalamualaikum

subhanallah om ini ya,,,keinginan sy untuk jadi pengusaha muda semakin termotivasi,,,makasih blognya ya om,,
nanti sy maen lagi k sini...n_n,, chandra mahsiswa math UPI..