Orang tua mana sich yang ‘gak sayang anak? Saya yakin sebagai orang tua yang sayang anak, pasti selalu berusaha untuk menyenangkan buah hatinya. Namun sadarkah kita, rasa sayang kita terhadap anak ini ternyata menjadi salah satu bahan pertimbangan utama bagi sebagian produsen yang memang sengaja menyasar anak-anak sebagai target market-nya.
Contoh paling gampang, yang terjadi dalam keseharian kita, begitu ada suara tet tot- tet tot tukang balon, anak pun langsung merengek untuk minta dibelikan. Tukang balon pergi, terdengar lagi, suara penjual es krim keliling dengan musiknya yang khas, anak-anak pun langsung merengek lagi. Tidak lama kemudian, muncul tukang odong-odong yang berkeliling sambil memperdengarkan lagu anak-anak.
Begitu seterusnya, dalam satu hari kalau dihitung bisa ada puluhan pedagang keliling di sekitar rumah kita yang target marketnya adalah anak-anak. Pesan atau ‘jualan’ mereka pun secara langsung dapat dengan mudahnya ditangkap oleh anak-anak. Dan langsung ada action, yaitu rengekan anak-anak untuk dibelikan. Sama halnya, tatkala kita berada di Mall, di terminal, di stasiun, di kereta, di bus, di halte, begitu banyak pedagang yang mebidik anak-anak sebagai target market. Pastinya Anda semua sering mendengar pedagang yang menjajakan dagangannya secara persuasif , “sayang anak… sayang anak…”
Dari TV yang ditonton pun ada ratusan pesan iklan dari produk yang diperuntukkan anak-anak memborbardir setiap harinya. Mulai dari snack, permen, susu, vitamin, suplemen, shampoo, minuman ringan, sepatu, sandal, pakaian, tempat hiburan, dsb. Dan hebatnya, pesan iklan yang sering mereka dengar ternyata bener-bener ‘nancep’ di kepala anak-anak.
Coba, ajak anak-anak ke Indomart terdekat, dan biarkan mereka ambil yang mereka mau, pastinya yang akan diambil adalah produk-produk yang iklannya telah tertanam secara tidak sadar di kepala mereka. Artinya, tugas iklan sebagai penyampai pesan ke target yang diinginkan si produsen betul-betul sampai, dan si target pun ingin membelinya tatkala melihat produknya ada di depan mata..
Namun seringkali, banyak iklan yang targetnya bukan anak-anak bias dan menyasar ke anak-anak. Ini yang harus kita waspadai bersama. Contoh paling gampang ya iklan hand-phone yang seringkali membuat anak-anak sebentar-sebentar minta untuk mengganti hand-phone -nya dengan.model keluaran terbaru. Kalau sudah begini sebagai orang tua, kita harus mampu memberikan pencerahan untuk mereka.
Dari paparan di atas, secara tidak kita sadari ternyata anak-anak usia 4 hingga 13 tahun, saat ini sudah mulai dianggap sebagai konsumen yang prospektif dan potensial. Dan ternyata yang namanya market dengan segmentasi khusus anak-anak itu ada dan besar sekali.
Memangnya anak-anak punya uang untuk membeli itu semua, kok dianggap sebagai target market yang ‘empuk’?
Jangan salah, yang namanya anak-anak itu ternyata mampu mempengaruhi orang tuanya [ibunya] untuk membeli yang mereka mau [ingat, sayang anak… sayang anak]. Selain itu, biasanya, anak-anak kalau menginginkan sesuatu akan membelanjakan seluruh uang yang dimilikinya, bahkan rela memecah ‘celengan’-nya.
Nah berbahagialah bagi mereka yang telah memiliki usaha dengan target market anak-anak. Berarti Anda telah berada di jalur yang potensial. Tinggal bagaimana belajar dari perilaku anak-anak tsb. agar mampu menciptakan terobosan-terobosan baru tatkala menjual produk Anda ke anak-anak yang menjadi target market.
Dan yang juga penting untuk diperhatikan, produk yang Anda jual harus mampu menyentuh emosi dan tataran psikologis si Ibu. Setidaknya ibu harus merasa bahwa produk yang ditawarkan tsb memang pantas dibeli. Karena, pada kenyataanya ibulah yang memutuskan produk tsb. layak dikonsumsi atau dipakai oleh anak-anaknya.
Selebihnya, produk yang Anda tawarkan harus dapat menjamin kesehatan, keselamatan, bikin anak-anak jadi lebih cakep, dapat membantu mereka tambah pintar, dapat menjadikan mereka happy. Karena hampir semua ibu selalu mendambakan anaknya tumbuh pintar, sukses, dan juga happy.
Ingat, tatkala seorang ibu membelikan pakaian yang bagus, makanan dan minuman yang sehat, mainan yang mendidik, bacaan yang menambah wawasan, dsb. ia akan merasa telah melakukan sesuatu yang sangat berharga bagi anak-anaknya sebagai curahan kasih sayangnya.
Adakah pendapat lain yang bisa kita sharing dan diskusikan bersama?
No comments:
Post a Comment