Thursday, August 28, 2008

Selamat Datang, Ya Ramadhan…







Akhirnya, tiba saatnya untuk mengucap : “Selamat Datang, ya Ramadhan…”


Puji syukur alhamdulillah ya Allah atas kesempatan yang diberikan kepada hamba untuk bisa bertemu kembali dengan bulan suci Ramadhan…

To @ll…


Bisa jadi selama ini banyak tutur kata terucap yang kurang menyejukkan.

Seandainya pula ada perilaku sehari-hari yang mungkin kurang menyenangkan.

Barangkali selama ini ekspresi diri pribadi ada yang tidak dikendaki.


Seiiring dengan hadirnya bulan penuh berkah…

Tiba saatnya ‘tuk membersihkan jiwa, sekaligus memaknai hikmah penyucian diri.

Selamat menunaikan ibadah Puasa, mohon maaf lahir dan bathin.


Teriring doa…

Semoga ibadah Puasa nanti mempertemukan kita dengan keagungan Lailatul Qadar,

dan membawa kita semua meraih kemenangan hakiki di hari nan fitri.

Amin.

Wednesday, August 27, 2008

Mencermati iklan = belajar bisnis & strateginya




Saat ngobrol sama teman-teman dari production house yang sering menggarap TV commercial, saya sempat membahas bersama mereka tentang iklan TV apa saja sih yang saat ini lagi banyak diproduksi. Mereka semua menjawab bahwa akhir-akhir ini yang sedang proses shooting paling banyak adalah iklan provider handphone, rokok, makanan-minuman dan kendaraan bermotor. Ternyata prediksi saya tentang produk yang sedang laris manis ‘jualan’ [hasil pengamatan dari iklan TV, iklan radio & iklan media cetak] benar adanya.


Lihat saja, sejak perang tariff seluler begitu banyak iklan baru di bisnis seluler dan sejenisnya yang tayang TV swasta kita, radio & media cetak. Baru dari fenomena gencarnya produk seluler yang gencar beriklan saja kita sudah begitu terganggu. Belum lagi produk-produk lain yang juga gencar beriklan seperti makanan-minuman, rokok, kendaraan bermotor, dsb. Seandainya kita melihat fenomena gencarnya persaingan iklan produk-produk tsb. secara ‘apa adanya’ memang terasa begitu menyebalkan dan bikin jengkel. Kok kita ‘dicekoki’ dengan iklan melulu. Tapi pernahkah untuk mencoba melihat gencarnya iklan-iklan tsb. dari kaca mata yang berbeda?


Kalau saya cermati, dari gencarnya iklan produk-produk tsb. kita bisa banyak belajar dan bahkan memperoleh ide atau justru insight baru tentang bermacam peluang bisnis yang sebenarnya bakalan booming. Karena produk yang iklannya tetap gencar tayang di media seperti TV jelas produk tsb. jualannya bagus dan menguntungkan. Kalau produk yang beriklan tsb. nggak bagus ‘jualan’nya, pastinya tayangannya juga sudah distop dari kapan-kapan. Kan kalau nggak menguntungkan pemilik bisnis yang produknya gencar beriklan tidak akan sanggup membayar media placement-nya.


Artinya, di balik gencarnya produk-produk yang gencar beriklan tsb. banyak peluang bisnis yang potensial juga. Dan ini terbukti. Sebagai contoh, dengan gencarnya perang tariff seluler, coba saja hitung berapa banyak keuntungan yang bisa disabet oleh para penjual SIM card, voucher, HP, aksesoris, dan yang berkaitan. Berapa banyak pula yang memanfaatkan bidang usaha ini sebagai peluang bisnis baru.


Salah seorang teman, melihat maraknya iklan kendaraan bermotor, khususnya kendaraan roda dua, akhirnya memutuskan untuk menjajal peruntungan di bisnis bengkel sepeda motor dan aksesoris. Secara logika, memang usaha di bidang ini bakalan ‘nggak ada matinye’. Hitung saja berapa banyak sepeda motor yang saat ini beredar di jalanan kota megapolitan Jabodetabek ini? Beberapa tahun ke depan pastinya akan membutuhkan perawatan di bengkel biasa yang non merek.


Lebih dari itu, selain bisa menambah wawasan tentang ide bisnis yang lagi booming dan bakalan ‘ngejreng’, kita juga bisa belajar banyak tentang strategi marketing di balik gencarnya iklan produk-produk tsb. Yang tentunya juga bisa menjadi masukan berharga bagi pengembangan bisnis yang telah kita tekuni. Simak saja di balik iklan-iklan tsb. selalu mereka mencoba untuk mengkomunikasikan inovasi baru apa yang saat ini punya nilai lebih buat konsumen. Tersirat pula added value yang ditawarkan serta kelebihan produknya dibandingkan produk competitor lainnya. Dari sini bisa kita tarik pelajaran bahwa sebuah produk yang kepingin tetap exist harus selalu punya inovasi baru secara terus menerus. Dan produk benefit atau USP --unique selling preposition-nya yang sudah dikembangkan sedemikian rupa juga harus selalu dikomunikasikan ke konsumen.


Nah, mulai saat ini bila sedang asyik menikmati acara TV kesayangan terus tiba-tiba mendadak terganggu tayangan iklan, sebaiknya jangan menjadi jengkel lalu ambil remote control untuk memindahkan channel. Tapi cobalah untuk mencermati tayangan iklan tsb. dan bertanyalah pada diri sendiri pesan komunikasi dan strategi bisnis apa sih yang sebenarnya ada di baliknya?

Tuesday, August 26, 2008

Rumput tetangga selalu nampak lebih hijau?





Barangkali memang sudah menjadi kodrat manusia tatkala melihat keberhasilan & kesuksesan orang lain selalu merasa bahwa ‘pekerjaan’ ataupun ‘usaha’ orang lain tersebut lebih baik atau lebih enak dibanding dengan yang dimilikinya. Seolah-olah segala sesuatu yang telah diraih & dicapainya nggak ada apa-apanya. Nah lho.


Pernahkah mengalami kejadian seperti ini? Jujur saja perasaan yang seperti ini pernah muncul pula pada diri pribadi saya.


Tatkala berkunjung ke rumah seorang teman yang 5 tahun lalu mulai menekuni usaha sendiri, dan saat ini berhasil menjadi pengusaha yang cukup sukses di mata saya, pepatah ‘rumput tetangga lebih hijau’ begitu menggelitik dan mengusik benak saya. Karena fakta yang ada di depan mata memang di luar bayangan saya sebelumnya. Rumahnya sekarang telah berubah ‘keren’ menjadi 3 lantai dan lebih luas [rumah di sebelahnya telah dibeli] dengan model minimalis terkini. Di garasinya terparkir 4 mobil, yang 2 cukup mewah buat ukuran saya. Bahkan ia bersama istrinya tahun lalu sudah menunaikan ibadah haji [ONH Plus], Shubhanallah! Saya ikut bahagia dengan segala kesuksesan yang telah dicapainya dalam waktu relative singkat ini.


Sesaat saya merasa nggak ada apa-apanya dibandingkan dengan pencapaian teman tsb. Meskipun sebagai karyawan yang juga menjadi business owner, kok saya belum mampu ‘menjadi’ seperti dia. Malah muncul pikiran yang menegasi pencapaian saya selama ini, “jangan-jangan ‘jalan’ yang saya tempuh selama ini salah nich…” Berbagai pikiran macam-macam bersliweran di benak pada saat itu. Maklum aja, siapa sih orang yang nggak kepingin meraih sukses seperti itu?


Tapi kemudian pikiran waras saya berhasil menyadarkan saya. That’s a life! Di dalam kehidupan nyata memang kita harus bersyukur & berlapang dada [legowo] bila all my dreams belum kesampaian. Bersyukur dengan segala pencapaian & kenikmatan yang telah berhasil kita raih selama ‘perjuangan hidup’ kita. Nikmati dan berlapang dada menerima kenyataan bahwa mewujudkan dreams come true tidaklah semudah membalik telapak tangan. Karena pastinya tersirat banyak kerja keras, rintangan dan tantangan yang harus dilalui. Jangan kita melihat pada ‘enaknya’ saat ini saja. Tapi harus difahami pula bahwa sukses seseorang pastinya juga ada behind the scene –nya berupa track record yang berliku, jatuh bangun dan ‘berdarah-darah’.


Dan di dalam hati, saya berjanji pada diri sendiri, bahwa nanti bila ada waktu yang lebih baik saya akan ajak teman saya ini untuk menuturkan kisah perjalanan sukses usahanya, sekaligus jurus-jurus andalan & kiat-kiat yang diterapkan di bidang usahanya. Tentunya, dengan harapan banyak hal yang bisa saya jadikan pelajaran berharga buat diri pribadi saya.


Kalau direnungkan lebih dalam lagi fenomena ‘rumput tetangga lebih hijau’ ini selayaknya justru harus disyukuri. Artinya, kita diingatkan untuk melihat dan memperhatikan ‘rumput yang ada di halaman sendiri’ yang selama ini sudah kita anggap hijau dan subur, ternyata kok kalah sama rumput tetangga. Berarti kan perlu perawatan yang lebih extra lagi.


Hikmahnya, kita disadarkan bahwa seyogyanya harus berusaha lebih keras lagi sekaligus selalu berdoa kehadirat Allah SWT, agar ‘rumput yang ada di halaman rumah kita’ bisa juga ‘sehijau rumput tetangga’ tadi. Berarti harus lebih focus lagi untuk menekuni dan mendalami usaha yang telah ada. So, apapun usaha yang kita tekuni saat ini berarti harus diusahakan semaksimal mungkin agar bisa tumbuh & berkembang lebih maju. Dan jadilah pengusaha sukses yang amanah.


Yang penting juga diingat, janganlah kita sekali-sekali lupa untuk berhenti bersyukur. Dan ingat, tatkala kita merasa lemah dan nggak ada apa-apanya dibandingkan orang lain, alangkah baiknya bila mencoba melihat ke bawah. Lihat faktanya, bahwa masih banyak saudara-saudara kita yang hidupnya masih kurang beruntung bila dibandingkan dengan apa yang telah kita nikmati selama ini.


Maaf ya… kalau jadi ngelantur ngomongin rumput. By the way tulisan ini bener-bener spontanitas saya, makanya sayang kalau nggak cepet-cepet diposting. Semoga bermanfaat.


Selamat berjuang & tetap semangat!

Friday, August 22, 2008

How to start Siput’s business [2]


Melengkapi tulisan sebelumnya, sharing untuk mr. Siput.


Kesulitan untuk memulai usaha dari mana, dan apa ide usahanya, memang wajar adanya. Tapi setidaknya dengan munculnya keinginan untuk memulai bisnis sendiri sudah merupakan langkah pertama yang layak untuk dilanjutkan dengan langkah ke-dua, ketiga, keempat, dst. Ingat bukankah sebuah perjalanan panjang ribuan km selalu diawali dengan langkah pertama? Berikut saya sharing apa yang saya tahu, dengan harapan bisa menambah wawasan.


Selain bersumber dari buku, majalah, referensi, kisah sukses pengusaha [belajar dari pengalaman para pengusaha] dan pengamatan langsung ke para praktisi bisnis, bisa juga ide bisnis itu digali dari apa yang kita tekuni & akrabi dalam kehidupan sehari-hari.


1. Base on pekerjaan


Ide bisnis sebenarnya juga bisa berasal dari yang ada di dekat kehidupan sehari-hari kita. Coba renungkan sejenak apa saja sih kegiatan kita sehari-hari kita? Let say, saat ini waktu kita paling banyak habis untuk bekerja. Nah, bidang ekerjaan apa sih yang saat ini paling dikuasai? Keahlian apa sih yang bisa diandalkan [yang tentunya orang lain nggak semua bisa lakukan]. Mungkinkah keahlian & ketrampilan ini diarahkan menjadi bisnis pribadi. Banyak saya menjumpai teman yang akhirnya menekuni usaha sendiri berangkat dari bidang pekerjaan yang digeluti. Teman saya Tjandra Wibowo yang tadinya seorang penyiar dan produser di salah satu TV swasta, saat ini sudah memiliki Samuan Production House yang mensuplai acara-acara & program di bebarapa TV swasta. Teman lain yang ‘jago IT’ pada akhirnya memiliki usaha sendiri di bidang IT. Teman yang jago akunting juga ada yang membuka usaha sendiri dan memiliki kantor konsultan pajak.


2. Base on hobby


Banyak orang yang akhirnya sukses memiliki usaha sendiri berangkat dari hobi. Logikanya ide bisnis yang ini jelas sangat mungkin dilaksanakan. Bayangkan saja sudah menjadi hobi yang diminati akhirnya bisa menjadi sumber penghasilannya. Ambil contoh, teman saya yang bernama Loddy Korua yang dulunya hobi berat & aktif di kegiatan alam bebas & pecinta alam. Saat ini dia memiliki usaha out bond & arung jeram di Citarik yang setiap week end nggak pernah sepi dari para petualang yang ingin menjajal nyali ber-arung jeram di Sungai Citarik. Teman lain yang bernama Eggy, sewaktu bekerja di advertising agency punya hobi berat di bidang musik. Saat ini, dia telah memiliki usaha sendiri di bidang Audio House bernama Egg production. Usahanya kini termasuk jajaran papan atas di Jakarta dalam hal penyediaan musik ilustrasi film & iklan, termasuk juga pembuatan jingle iklan.


3. Base on pengamatan


Yang ini kayaknya harus berani bercapek ria. Karena mesti banyak melakukan pengamatan di dalam kehidupan sehari-hari. Apa sih yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas yang saat ini belum terpenuhi. Ingat dari pengamatan akan segala sesuatu yang terjadi dikehidupan sehari-hari bisa jadi akan menemukan kebutuhan-kebutuhan pasar yang belum terpenuhi. Bisa jadi akan menemukan sebuah peluang bisnis baru. Salah satu teman saya dari Madiun, Jawa Timur, melihat pentingnya kebutuhan akan jasa keamanan di bank-bank & rumah-rumah pribadi, akhirnya berhasil memiliki usaha pensuplai tenaga keamanan terlatih di beberapa bank papan atas dan perumahan eksklusif.


So mr. Siput, selanjutnya saya yakin bila sudah ada kemauan, kalau direalisasikan dengan take action, pasti keinginan untuk punya bisnis sendiri bisa terpenuhi. Perlu disadari dan diyakini bahwa cara melihat peluang yang dapat dijadikan sebuah bisnis itu bisa dipelajari dan dilatih. Latihlah setiap saat kepekaan Anda untuk mendapatkan peluang usaha. Dan kalau sudah nge-click dengan salah satu peluang usaha yang ingin ditekuni ya langsung aja take action, action dan action! Karena hanya satu syarat paling dasar yang harus dilalui untuk menjadi pengusaha : berani take action!


Monday, August 18, 2008

How to start Siput's business [1]




Tulisan ini sengaja saya buat untuk seorang teman yang menggunakan nama Siput [pengisi buku tamu di blog ini] yang kepingin dibantu untuk memulai bisnis tapi nggak tahu mau bisnis apaan.


Sebenarnya agak sulit juga bagi saya untuk membantunya, karena jujur saja selain masih belajar untuk jadi pengusaha saya nggak tahu passion dan tujuan mr. Siput kepingin bisnis ini ke mana? Tapi saya akan mencoba untuk sharing pengalaman tatkala pertama dulu kepingin punya usaha dan bagaimana saya berpetualang trial & error untuk bisa punya usaha sendiri.


Invest your time before invest your money

Sebaiknya sebelum invest uang Anda ke bisnis, invest dulu waktu Anda Maksudnya, alangkah baiknya membekali diri dengan berbagai pengetahuan dan membuka wawasan di bidang kewirausahaan. Perlu waktu yang cukup banyak untuk mempelajari pengetahuan di bidang yang satu ini.


Banyak kok peluang yang bisa kita coba untuk memulai sebuah usaha. Coba luangkan waktu dan datangi toko buku, lalu cari ke bagian buku-buku, majalah, dan tabloid yang membahas entrepreneurship, saya jamin dari situ wawasan untuk memulai usaha akan mulai terbuka.


Focus to dreams

Untuk menjadi sukses, kita semua memang wajib punya impian. Saat berkutat dengan berbagai bacaan & wawasan bisnis, pastinya akan banyak impian-impian yang bakalan hadir mengganggu pikiran kita. Cobalah untuk memfokuskan segala energi kita ke salah satu impian yang setelah melalui berbagai perenungan, kita yakini akan dapat kita wujudkan. Gali terus ide di sekitar impian yang ingin diwujudkan tsb.


Cara yang paling mudah adalah mencoba membayangkan bisnis yang memang hendak ditekuni. Misal, kepingin punya usaha toko mainan anak-anak [toys store]. Bayangkan mulai dari mana? Modalnya berapa? Sumbernya dari mana? Berapa yang kita mampu sediakan? Bagaimana cara cerdas mencari modalnya? Kalau belum punya toko ya bayangin aja jualan door to door di depan sekolah, atau dititip di kios-kios dekat tempat tinggal, atau datangi kumpulan arisan ibu-ibu TK, dsb. Bayangkan ke mana mesti kulakan barangnya [cari tahu yang paling kompetitif], Bayangkan juga jenis mainan yang berpeluang disukai anak-anak, Bayangkan bagaimana senangnya punya usaha mainan ini. Terus bayangkan lagi nikmatnya memperoleh margin keuntungan dari usaha ini. Pokoknya terus bayangkan… dan bayangkan. Namun jangan lupa untuk menuliskan semua yang dibayangkan tadi, sambil terus digali & dianalisa. Yakin secara perlahan tapi pasti, kita akan memiliki sebuah ‘rencana bisnis’ di bidang mainan anak-anak.


Jangan lupa pula untuk memperbanyak pengetahuan dari pengalaman para pebisnis yang sudah sukses di bidang tsb. Tentunya, bisa dipelajari dari berbagai tulisan maupun buku kisah sukses para entrepreneur yang ada. Banyak contoh para pengusaha sukses yang menekuni bisnisnya secara focus, konsisten, sabar, ulet dan terus belajar dari kesalahan yang muncul.


Be follower

Banyak juga pengusaha yang sukses dengan metode ATM [amati, tiru, dan mulai]. Saat memulai bisnis kontrakan, saya amati & pelajari hampir semua rumah kontrakan yang ada di dekat kompleks tempat tinggal saya. Saya pelajari kelebihan dan kekurangan masing-masing, sistemnya, sampai bentuk bangunannya. Akhirnya, saya membangun rumah kontrakan saya dengan berbagai kelebihan jika dibanding dengan rumah kontrakan lain yang ada di sekitarnya.


Jadi nggak perlu merasa malu untuk menjadi follower, asalkan kita mampu untuk bersaing dan keluar dari kerumunan. Banyak contoh bagaimana orang memulai usaha jualan voucher & pulsa isi ulang yang akhirnya mampu menjadi pengusaha sukses.


Take action, miracle happens

Kalau sudah yakin dengan bidang usaha yang akan ditekuni, ya langsung aja take action. Karena hanya satu resep sukses untuk berbisnis : Action.....action...dan action. Namun mulailah dari yang kira-kira disukai, dengan modal semampunya. Ingat, tanpa memulai take action, kita tidak akan pernah belajar. Dan banyak kok pengusaha yang setelah mencoba take action ternyata akhirnya menemukan ‘keberuntungan’ yang tadinya tidak pernah terbayangkan sama sekali.

Silakan segera take action mr. Siput. Kalau sudah ada keinginan pasti ada jalan. Jangan sampai kelamaan 'mikir' akhirnya jalannya lambat merayap seperti siput beneran, hehehe... just kidding lho!


Demikian sharing kali ini. Mohon maaf buat temans yang mungkin sudah bosan membaca isi tulisan yang seperti ini. Semoga sharing saya buat mr. Siput dapat bermanfaat. Bukan maksud saya untuk mengajari atau menggurui lho, truly apa yang saya sharing berangkat dari niat baik dan ajang tukar pengalaman.

Sunday, August 17, 2008

Katanya & Faktanya 63 tahun Merdeka









Katanya… 63 tahun bangsa Indonesia merdeka

Tapi bangsa Indonesia yang mana ya??


Katanya …negeri kita tampak indah

dalam untaian mutiara Nusantara...

jajaran gunung begitu perkasa,
gambaran nyata betapa kaya Indonesia kita...

Tapi siapakah yang menjadi kaya??


Katanya… 63 tahun pembangunan Indonesia

Menjadikan bangsa ini bermartabat di mata dunia

Mewujudkan impian para pejuang saat memekikkan kata merdeka!

Adil makmur dan sejahtera menjadi cita-cita bersama

Tapi sudah berasakah kita melihat hasilnya?


Faktanya… kian banyak kaum papa di bumi tercinta

Setiap hari menunggu uluran tangan kita semua

Ironisnya, saat ini bertubi-tubi kita hanya dipameri bukti nyata

Bagaimana para penguasa yang seharusnya peduli rakyat jelata

Justru sebaliknya berulah mengatasnamakan Indonesia

‘tuk kepentingan diri pribadi, keluarga dan kelompoknya…


Masih adakah makna kata sakral ‘merdeka’ bagi kita semua??

Haruskah kita berkutat selamanya menggugat makna merdeka??


Atau lebih baik kita lupakan persoalan itu semua…

Bersyukur dan bersyukur dengan kondisi yang ada

Lalu berpikir dan bertindak ‘bijaksana’
Menikmati deru debam keramaian kota..
Larut bersama hiruk pikuk rutinitas keseharian..
Menjadi saksi compang camping negeri ini..
Sambil memotret memudarnya merah putih yang berkibar


Tidak! Tidak! Dan Tidak!

Tidak seharusnya kita mudah menyerah & pasrah…


Apapun yang terjadi… hari ini dan nanti…

Kita buktikan Cinta Tanah Air Indonesia
Bersama berkarya membuka usaha
Ciptakan lapangan pekerjaan sebanyak yang kita bisa

Mulai dari lingkungan terdekat kita


Seiring doa kepada Allah SWT…
Kita sebarkan semangat dan cita-cita mulia

Menjadi TDA [tangan di atas] untuk bersama menebar rahmat!


Inilah makna Merdeka yang seharusnya menjadi cita-cita mulia!

Friday, August 15, 2008

Dying by viruses



Wuih serem juga ya judulnya… Tapi apa yang tersirat dari judul tsb. maknanya bukanlah seperti yang tersurat. Biar lebih jelas sebaiknya ikuti terus sharing saya kali ini.


Temans semua, kurang lebih hampir 2 bulan saya memang tidak menulis & mengupdate blog ini. Kenapa? Ini semua gara-gara computer di rumah & laptop terinveksi virus. Bener-bener bikin frustasi. Hampir semua tulisan yang basicnya MS Word corrupt dihajar sama anti virus yang ada. So banyak file & data penting yang akhirnya tak terbaca alias ‘hilang percuma’. Dan konyolnya lagi, banyak juga yang nggak ada back-up nya.


Sekitar sebulan saya merenungi kejadian ini. Trauma. Jadi kapok saya dibuatnya. Ibarat pertandingan tinju, saya betul-betul dibuat “KO gara-gara virus” tsb. Komputer & laptop tak biarin aja jadi seperti barang tak berguna. Malas mau benerinnya. Maklum aja untuk urusan computer saya termasuk yang ‘gaptek’ [gagap teknologi]. Mau ngeblog & berinternet di warnet koq susah nyari waktu buat ‘kelayapan’. Lagian feelnya masih ‘males’ urusan sama computer. Ya wis, ‘diam’ adalah emas! Tadinya mikirnya mau beli computer baru aja biar bebas dari masalah dan mencoba memulai dari awal . Tapi mikir lagi, lha yang ada sekarang mau diapain?


Pas, anak-anak mulai complain, akhirnya minta tolong teman yang cukup ‘jago’ minta dibenerin. Dan sebenarnya para computer tsb. sudah lama siap ‘dipakai’. Tapi selama waktu itu pula, saya pribadi juga mempersiapkan mental untuk ‘bergairah’ menyalakan computer atau pun laptop lagi. Perlahan tapi pasti. Hasilnya, saya mulai bangkit & ‘percaya diri’ lagi untuk berhubungan dengan para computer tsb. Kalau tulisan ini berhasil diposting di blog ini, berarti saya sudah siap untuk berbagi cerita dengan Anda semua.

Friday, August 8, 2008

Di TDA, ‘menjadi katak’ pun kita harus memilih ‘katak yang mana’, ya…?


Ngomong-ngomong soal katak [maklum lagi ngecek pelajaran peribahasa anak saya] ternyata ada peribahasa menarik buat pelajaran kita bersama yaitu ‘bagaikan katak di bawah tempurung’.

Lho kok jadi ngomongin katak? Apa nggak salah? Benar kok, tulisan ini memang berangkat dari pepatah ataupun peribahasa yang menyangkut katak. Hal ini terkait erat dengan status saya dan banyak teman-teman lain yang kalau di komunitas TDA[tangan di Atas] disebut sebagai Amfibi. Dalam kamus bahasa Indonesia amfibi adalah binatang yang bisa hidup di air dan di darat, misalnya: katak. Berarti amfibi identik dengan katak juga kan? Nah, karena mencari penghasilan di dua quadrant [employee & entrepreneur] maka anggota komunitas TDA yang seperti ini disebut Amfibi.

Kembali ke peribahasa ‘bagaikan katak di bawah tempurung’. Peribahasa ini menjadi perumpamaan bagi karakter manusia yang sudah puas diri dengan pengetahuan yang dimilikinya sehingga menjadi picik & kurang luas pandangannya. Singkatnya, manusia yang begini sudah tak mau belajar lagi, karena sudah merasa pintar. Karena dunianya hanya seputaran di bawah tempurung saja maka tidak pernah punya pembanding dengan katak-katak lainnya.

Karakter manusia yang seperti diumpamakan dalam peribahasa di atas mudah-mudahan dan sudah seharusnya tidak terdapat di komunitas TDA kita ini. Karena saya yakin yang tergabung dalam komunitas hebat TDA ini adalah para manusia pembelajar semuanya.

Masih seputar katak, ada pepatah lain yang juga menarik, ‘lebih baik menjadi katak kecil di kolam yang besar daripada menjadi katak besar di kolam yang kecil’. Saya tafsirkan secara bebas maksudnya, kalau menjadi katak kecil di kolam yang besar, nggak bakalan akan kekurangan makanan dan akhirnya juga bisa tumbuh menjadi besar, dibanding menjadi katak besar di kolam yang kecil yang akhirnya lama-kelamaan kehabisan makanan lalu ‘modar’ juga.

Terkait dengan sumber ilmu pengetahuan bagi kita, ilmu yang bisa dipelajari akan lebih banyak diperoleh di ‘dunia’ yang lebih luas daripada di ‘dunia’ yang lebih kecil. Kalau di ‘dunia’ yang kecil, begitu ilmunya sudah habis diserap dan nggak ada tambahan lagi, akhirnya menjadi seperti ‘katak di balik tempurung’ tadi. Intinya, kita sudah seharusnya membuka diri seluas mungkin untuk belajar segala hal dari mana saja sumbernya, dibanding bila kita hanya diam dan membatasi diri.

Dalam hal belajar untuk menjadi pengusaha, karakter katak manakah yang akan dipilih oleh para anggota TDA seperti saya ini? Pastinya semua akan memilih untuk menjadi katak yang ada di pepatah atau peribahasa yang kedua.

Di dunia nyata yang berkaitan dengan bidang kewirausahaan, kolam besar itu adalah simbolisme tentang ‘pengetahuan yang tak terbatas’. Dan kolam besar itu bisa berisi dan tediri dari berbagai seminar tentang kewirausahaan, sekolah entrepreneur, internet, milis-milis kewirausahaan, buku-buku, referensi, kisah sukses pengusaha & segala bacaan tentang kewirausahaan, komunitas-komunitas bisnis, dsb.

Anggap saja diri kita ini katak kecil yang masih belajar ‘survive’ untuk ‘hidup’ kan butuh makanan, suplemen & vitamin untuk tumbuh menjadi katak besar. Komunitas TDA adalah gambaran dari ‘habitat tersendiri’ atau sub bagian dari kolam yang besar tadi [salah satu pojoknya kali ye?]. Mengingat, di komunitas TDA ini, khususnya bagi yang mau belajar, segalanya juga sudah ada dan tersedia. Ibarat katak kecil tadi, mau makanan apa saja ada, suplemen & vitaminnya juga banyak tersedia, seringkali malah gratis lho. Jadi seharusnya para katak kecil seperti saya ini bisa cepat tumbuh dan berkembang.

Dan memang terbukti, di komunitas TDA kita semua bisa belajar langsung dari para senior yang bisnisnya sudah maju [bahkan dari pak H. Allay lho…]. Juga bisa ikutan seminar-seminarnya yang seringkali gratisan dan kalau membayar pun nggak mahal kok. Bisa copy darat dan saling berbagi pengalaman take action hingga ke cerita sukses. Bisa memiliki kelompok kecil yang lebih intens membahas perkembangan bisnis kita [kelompok mastermind]. Ada kesempatan belajar take action dengan buka usaha bersama kalau pas ada tawaran kios gratis dari Mall-Mall yang besar. Bisa saling bekerja sama dalam bisnis. Bisa saling berbagi ilmu melalui milis, web & blog. Dan masih banyak lagi.

Persoalannya, kembali ke diri kita masing-masing. Sudahkah kita memanfaatkan potensi yang ada di komunitas TDA ini secara optimal? Sudahkah kita memanfaatkan jaringan komunitas TDA yang tersebar di Indonesia ini? Sudahkah kita belajar dan belajar terus secara maksimal dari bisnis yang akan kita tekuni, atau yang sudah kita tekuni? Tentunya, sambil membuka seluas mungkin cakrawala berpikir dengan berbagai pengetahuan entrepreneurship? Berusaha menghilangkan mental block yang ada. Merubah mindset kita yang selama ini berada di comfort zone ke arah action oriented. Dan akan take action dengan berbagai peluang yang ada di depan mata, tentunya yang sesuai dengan minat atau passion kita.

Ironisnya, sebagai amfibi atau yang masih berstatus employee seperti saya ini, seringkali menghadapi banyak kendala terutama di dalam proses pembelajaran. Acapkali kurang total dan kurang mendalam terlebih lagi saat harus menjalankan praktek dan terjun langsung membuka usaha. Kalau toh sudah punya usaha, kebanyakan didelegasikan kepada orang kepercayaan atau bahkan keluarga. Memang hal ini nggak salah-salah amat. Kan bisnis itu harus ada sistemnya. Tapi kalau kita bicara percepatan hasil usahanya, akan nampak beberapa kekurangannya. Hal ini terkait keterbatasan komitmen dan juga waktu yang disediakan untuk mengurus bisnis. Hasil akhirnya ya ‘biasa-biasa’ saja dan malah cenderung merosot dan ujung-ujungnya ya bubar. Hal ini pernah saya alami saat buka toko seluler.

Beda dengan yang sudah terjun full sebagai pengusaha. Mereka bisa setiap hari praktek dan terjun langsung secara total dalam usaha yang ditekuninya. Proses trial & error dan proses dialektika berjalan terus setiap saat, sehingga hasil usahanya pun seringkali ‘dahsyat’ dan fantastic.

Kendala lain yang juga sering ditemui oleh para amfibi seperti saya adalah keterbatasan waktu yang ada. Terkadang mau ikutan copy darat, seminar atau ketemuan membahas peluang usaha seringkali bentrok dengan jadwal pekerjaan. Mau gabung dengan kelompok mastermind juga nunggu jam pulang kantor atau harus nunggu Sabtu dan Minggu, yang notabene seharusnya hari untuk keluarga. Itupun kalau nggak ada tugas ke luar kota dari kantor.

Kembali ke awal tulisan yang berangkat dari tamsil katak, kalau hingga saat ini, komunitas TDA masih banyak dijumpai para katak yang masih tetap menjadi katak kecil yang ‘diam di tempat’ dan belum ‘berani’ melompat-lompat di habitat kolam besar bernama komunitas TDA, bukanlah salah habitatnya. Namun lebih ke kemampuan para katak kecil itu sendiri, yang memang belum mampu ‘survive’ memanfaatkan secara maksimal & optimal makanan, suplemen & vitamin yang ada agar bisa tumbuh menjadi katak kecil yang gesit & berlompatan di kolam yang besar [apalagi mau menjadi katak besar?]. Jadi mohon kepada para anggota komunitas TDA yang bisnisnya telah ‘berlari’ untuk bersabar dalam mengahadapi fenomena ‘katak kecil yang masih diam di tempat’ ini, karena yang namanya proses dialektika itu akan terus bergulir dan berlanjut. Waktulah nanti yang akan membuktikannya.

Bagi saya pribadi, kekurangan dan kelemahan di atas justru harus dijadikan tantangan tersendiri, agar bisa diperoleh jalan keluar terbaiknya. Kan kita tidak boleh gampang menyerah dengan keadaan. Dan harus tetap ingat bahwa yang mampu merubah kelemahan kita menjadi kekuatan adalah diri kita sendiri. Kita harus mampu mengalahkan kelemahan diri yang ada, untuk keluar menjadi pemenang. Jadi ya harus positive thinking bahwa kita bisa sukses dan mampu menjadi pengusaha yang mengutamakan filosofi TDA.

Big dream saya atau LoA-nya [Law of Attraction], kalau nantinya sukses meninggalkan dunia amfibi kepinginnya saya bisa ‘menjadi katak besar di kolam yang besar’. Tafsir bebasnya adalah ‘menjadi pengusaha besar yang bisnisnya mendunia’.

Seiring dengan itu, terselip pula harapan besar untuk komunitas TDA kita ini. Alangkah indah dan mulianya bila beberapa tahun ke depan komunitas TDA ini berhasil membesarkan ribuan katak-katak kecil menjadi ‘katak-katak besar di kolam yang besar buanget’. Tentunya yang memahami sepenuhnya filosofi mulia TDA kita, maksudnya bukan sekadar jadi pengusaha yang bisa menggaji orang saja [kan banyak kita jumpai contoh pengusaha yang nggak TDA]. Tapi lebih dari itu, yang tidak semena-mena, yang mau banyak memberi & banyak berbagi, memiliki kepedulian tinggi terhadap sesama. Semoga. Amin.

Maaf ya? Kok dari katak jadi ‘curhat’ tentang kesan, pengalaman dan harapan saya selama bergabung dengan komunitas TDA. Any way, mudah-mudahan sharing ini bisa bermanfaat bagi saya pribadi & Anda semuanya.


Endro Wahyu

TNM-E20 [mastermind Jakarta Timur]

“Sedang berusaha untuk selalu dapat memberi, memberi, dan memberi… tapi tidak pernah kehabisan, daripada harus mencari, mencari, dan mencari… tapi tidak pernah merasa cukup. Semoga Amin.”

Friday, May 23, 2008

Jangan remehkan kemasan!



Pernah denger nggak pengusaha yang hanya bermodalkan kemasan bisa sukses?


Salah satu bengkel sepatu tempat saya memesan sepatu pernah ‘buka-bukaan’ bahwa ada sebuah merek sepatu wanita yang cukup terkenal sebenarnya hanyalah bermodalkan kemasan doang. Lho kok enak? [catatan saya: pastinya sih juga modal uang untuk beli sepatu, kemasan, branding, dan tentunya juga marketing, dsb. seperti layaknya sebuah usaha dijalankan].


Maksud dari ‘modal kemasan doang’ adalah sebagai berikut : desainnya bahan yang digunakan berasal dari si pemilik bengkel, yang kemudian ditawarkan ke si pengusaha. Nantinya kalau si pengusaha oke & sreg dengan beberapa model yang ditawarkan, dia akan memesan ‘ribuan’ pasang sepatu yang akan dikemas & dibranding dengan merek milik si pengusaha. Yang selanjutnya akan dipasarkan ke seluruh jaringan atau outlet milik si pengusaha tsb. Dan biasanya si pengusaha sepatu sukses ini telah memiliki langganan ke puluhan bengkel yang tersebar di Jabodetabek. Begitulah alur produksi yang ada di dunia persepatuan. Jarang pengusaha sepatu terkenal yang memiliki pabrik atau bengkel sendiri. Tentunya sangat praktis, efisien dan mengurangi resiko.


Saat saya berkunjung ke bengkel tsb. juga ditawari puluhan model yang mirip-mirip dengan beberapa merek sepatu wanita terkenal. Termasuk negosiasi berapa cost of production nya. Memang, tatkala saya survey, model-model sepatu tsb. tatkala berada di rak toko outlet sepatu terkenal, harganya bisa terdongkrak hingga 3 atau 4 kali lipat dari harga asli dari bengkel. Inilah bisnis. That ‘s life.


Begitu juga dengan makanan ringan. Banyak pengusaha makanan ringan [keripik singkong misalnya], mereka hanya melakukan ‘repackaging’ saja. Tentunya dengan berbagai persyaratan standar si pengusaha agar produk tsb. bisa memiliki nilai jual. Kemudian dengan kehebatannya & kepiawaiannya di bidang pemasaran [marketing], keripik singkong yang berasal dari home industry tsb. mampu menembus pasar di supermarket. Bahkan dijadikan sediaan oleh-oleh khas daerah tertentu. Lagi-lagi yang namanya pengusaha selalu berhasil memanfaatkan peluang lalu mengemas sedemikian rupa produk makanan tsb. sehingga akhirnya bisa mendapatkan nilai tambah.


Tentunya, masih banyak lagi contoh bagaimana seorang pengusaha yang tidak perlu punya pabrik. Tapi cukup dengan membangun merek atau brand, kemasan, jaringan pemasaran, dsb. ujung-ujungnya bisa meraih keuntungan yang lebih besar daripada si produsennya. Inilah liku-liku dunia usaha. Keuntungan terbesar selalu berada di tangan siapa saja yang mampu bekerja cerdas.


Dari contoh ilustrasi di atas, yang namanya kemasan atau packaging menjadi salah satu unsur yang sangat penting bagi produk milik Anda. Kali ini saya hanya mengajak untuk membahas betapa pentingnya kemasan atau packaging bagi sebuah produk yang akan dijual. Singkatnya, sebuah packaging adalah bagian penting dari branding.


Jadi boleh dibilang yang namanya packaging itu bukan hanya sekadar pembungkus ‘doang’, tetapi lebih dari itu. Packaging is branding. Apapun jenis barang atau produk yang akan dijual tatkala sudah diberi merek dan dikemas, maka dari packaging tsb. akan terefleksi identifikasi merek produk yang dijual tsb., tersirat pula janji dari produk tsb., kualitas, nilai, benefit yang ditawarkan, dsb. Dan dari situ pula lah seorang konsumen mempertimbangkan untuk membeli atau tidak produk yang ditawarkan. Jadi yang namanya packaging juga sudah seharusnya memiliki personality.


Kalau packaging atau kemasan tsb. dibuat bagus dan memiliki personality yang kuat, maka akan mampu meningkatkan rasa percaya dari konsumen tatkala hendak memilih produk yang akan dibelinya. Jadi packaging tidak hanya berfungsi membawa produk ke konsumen, tetapi lebih dari itu fungsi packaging telah berkembang menjadi salah satu alat yang digunakan untuk mengkomunikasikan personality dari merek atau brand kepada konsumennya.


Di era persaingan produk yang kian kompetitif ini, yang namanya packaging menjadi salah satu ‘senjata’ dalam usahanya untuk memenangkan persaingan.


Yang perlu diingat, kenapa packaging menjadi ‘senjata’ penting, hal ini terkait dengan hasil sebuah survey bahwa konon seorang konsumen yang sedang belanja di supermarket hanya memiliki waktu beberapa detik saja untuk melihat dan kemudian mengenali sebuah merek produk. Karena untuk memperhatikan produk satu dengan yang lain akan menghabiskan waktu yang banyak. Sementara filosofi belanja di supermarket kan ingin cepat, praktis, dan leluasa. Logikanya, kalau sebuah packaging dibuat dengan bentuk unik dan warna yang catchy maka akan mudah menarik perhatian. Dan selanjutnya, konsumen tsb. akan mengambil, lebih banyak mengamati, dan mempertimbangkan untuk membelinya. Packaging sebagai salah satu ‘senjata’ telah bertugas dengan baik.


Lagi-lagi strategi keluar dari pakem yaitu ‘berani tampil beda’ menjadi jawaban bagi pentingnya desain kemasan tsb. Karena 80% keputusan untuk membeli dibuat oleh konsumen tatkala berada di supermarket atau toko, khususnya di depan barang yang ditawarkan atau yang akan dibelinya. Strategi packaging ‘yang berani tampil beda’ tsb. akan menjadi motivasi kuat bagi konsumen untuk melihat, menimbang dan membeli.


Selain packaging tsb. harus punya personality, menarik dan mendorong konsumen untuk membeli, terakhir, yang juga penting diperhatikan adalah packaging tsb. harus mudah digunakan, mudah disimpan, aman dan kuat tatkala digunakan menyimpan produk, tidak mudah rusak, dan mudah ditata saat harus di-display di rak.


Mudah-mudahan sharing kali ada manfaatnya bagi temen-temen yang sedang berkutat dengan urusan pengembangan packaging dan branding dari barang jualannya.

Saturday, April 26, 2008

Relationship, salah satu kunci sukses jualan



20 April 2008 kemarin, pk. 11.00 hingga selesai, para orang tua yang anaknya kursus musik & olah vocal di Purwacaraka diundang ke Diront Resto Kali Malang untuk menyaksikan penampilan anak-anaknya. Sebagai orang tua, siapa sih yang nggak kepingin melihat anak kesayangannya tampil dalam sebuah acara live?

Seminggu sebelum acara, anak saya Wira memang sudah meminta agar saya dan ibunya untuk nonton penampilan dia dalam acara ‘Drum Performance’ tsb. Ternyata, pas hari H-nya kami juga ada undangan pernikahan putri dari tetangga komplek yang diselenggarakan di Asrama Haji Pondok Gede. Begitulah, akhirnya undangan pernikahan tsb. kami hadiri hanya pada acara akad nikahnya saja [pk. 08.30 s.d. 09.30] terus langsung meluncur ke Diront Resto, Kali Malang.


Dalam acara ‘Drum Performance’ tsb. selain menyaksikan bagaimana penampilan para anak di panggung, bagaimana demonstrasi si guru memainkan alat & kolaborasi dengan murid, juga menjadi ajang silaturahmi antara para orang tua, orang tua dengan guru musiknya, antar siswa sekolah musik tsb. Dan pada kesempatan itu pula para orang tua bisa ngobrol santai dengan guru musik anaknya sambil konsultasi tentang bakat & kemajuan bermusik si anak. Untuk acara ‘Drum Performance’ nya saya betul-betul merasa puas luar biasa. Tulisan ini juga bukan untuk mengiklankan Sekolah Musik Purwacaraka, tetapi lebih ke usaha saya untuk sharing pengalaman. Kali ini saya nggak mau membahas acara musiknya, tapi lebih ke ‘behind the strategy’ nya. Lho, kok…

Sebagai orang yang terus menerus ‘belajar’ apa saja dan di mana saja, saya langsung sadar bahwa sebenarnya sekolah musik Purwacaraka sedang melakukan strategi yang dalam ilmu Marketing dinamakan ‘relationship’ atau membangun kedekatan hubungan. Mereka melakukan dealing with people, not ‘just customer’. Relationship selling gitu loh.

Berikut ini strategi marketing mereka yang dapat saya identifikasi :

  1. Dengan menyelenggarakan acara tsb. diharapkan bisa digunakan untuk membangun dan melakukan acara relationship dengan banyak orang sekaligus. Para orang tua yang juga adalah customer potential tidak merasa hanya dijadikan ‘customer’ biasa atau orang yang hanya dibutuhkan saat melakukan transaksi bisnis, namun lebih sebagai temen dekat di dalam suasana santai dan penuh keakraban.
  2. Secara cerdas dan transparan, Purwacaraka ‘membuka diri’ agar kami para orang tua yang juga ‘customer’ dapat mengenal dan mempelajari lebih ‘dalam’ seperti apa profil ‘kepiawaian’ mereka di bisnis yang ditekuni, bagaimana mereka mengelola bisnis secara professional.
  3. Banyak informasi dari Purwacaraka yang disampaikan secara jelas & langsung, sehingga acara ini juga bisa menjadi proses pembelajaran dua arah. Setidaknya, kalau para orang tua siswa merasa terpuaskan & ‘percaya’ terhadap lembaga tsb. maka akan tetap setia sebagai customer dan sulit untuk berpindah ‘ke lain hati’. Ingat, semakin lembaga tsb. peduli dan memperhatikan customernya, akan semakin kuat pula emotional attachment atau hubungan emosi antara Purwacaraka dan para orang tua siswanya.
  4. Acara tsb. juga digunakan menjadi ajang iklan & promosi terselubung. Bagaimana dengan cerdasnya Purwacaraka menawarkan bahwa dalam rangka Ulang Tahun ditawarkan diskon bagi calon siswa baru, diskon untuk penjualan alat-alat musik, dsb. Begitulah, paling tidak yang kakaknya sudah belajar di situ, adik pastinya juga akan belajar musik di situ pula. Bahkan akan menjadi ‘radio dengkul’ untuk berpromosi ke siapa saja. Atau bagi yang kepingin beli alat musik juga bisa memanfaatkan tawaran ini.

Bagi teman-teman yang punya usaha, tentunya strategi Purwacaraka tsb. dalam hal membangun customer relationship menyiratkan beberapa pelajaran yang bisa dipetik untuk kemajuan bisnis kita. Setidaknya menggambarkan betapa ‘kuatnya’ strategi relationship selling tsb. tatkala diimplementasikan oleh sekolah musik di atas.

Dan saatnya pula untuk meninggalkan ‘gaya jualan cara lama’. Karena kecenderungan saat ini, kebanyakan orang akan bereaksi negative, jika menghadapi penjualan yang bersifat memaksa. Pada era yang semakin emosional ini, penjualan yang bersifat memaksa tidak berlaku lagi. Yang tentunya juga harus ditinggalkan.

Coba bayangkan, saat sedang asyik berjalan-jalan di sebuah Mall tiba-tiba ‘dipaksa’ untuk mampir ke sebuah gerai produk tertentu oleh Sales Promotion Girl [biasanya produk parfum, kartu kredit, elektronik tertentu, dsb.]. Pastinya, kita bukannya berhenti untuk mencoba tetapi malahan takut dan menghindar. [Kecuali kalau kita memang berniat kepingin kenal dengan SPG tsb. hehehe… ].

Lebih dari itu, yang namanya relationship selling bisa sangat bermanfaat bagi bisnis apapun dalam usaha menawarkan produknya di situasi pasar yang sangat kompetitif dan semakin emosional ini. Terutama bila produk yang dijual tsb. tidak memiliki kelebihan benefit dibanding produk yang sejenis yang telah banyak beredar di pasaran.

Bagaimana dengan produk Anda?

Sunday, April 20, 2008

‘Vitamin’ untuk memupuk kreativitas pengusaha



Di postingan saya sebelumnya [baca : Apakah menjadi pengusaha harus kreatif?], telah diuraikan tentang pentingnya seorang pengusaha memiliki ide-ide kreatif untuk memajukan usahanya ataupun menemukan peluang-peluang usaha yang baru yang keluar dari pakem [stand out from the crowd]. Juga telah saya jelaskan bahwa mau tidak mau, suka tidak suka, seorang pengusaha memang dituntut selalu berpikir kreatif agar mampu bekerja cerdas untuk kepentingan usahanya. Termasuk 8 cara atau tahapan yang dapat mengkondisikan seseorang untuk bisa berpikir lebih kreatif.

Dalam kesempatan ini saya hanya menambahkan beberapa insight yang berkaitan dengan bagaimana cara memupuk kreativitas tsb. Boleh dibilang ‘vitamin’ yang dapat memupuk dan mengembangkan kreativitas tsb.

Tantangan terbesar bagi pengusaha yang tetap ingin maju & berkembang, yang ingin selalu memiliki inovasi baru, yang selalu mampu membaca peluang baru adalah... harus tetap kreatif!

Persoalannya, yakinkah bahwa kita memiliki sifat kreatif?

Saat berhasil meyakinkan diri bahwa kita kreatif, maka kita telah memulai satu langkah! One step a head. Setidaknya mindset yang tertanam telah lebih maju dibanding orang kebanyakan. Karena syarat pertama agar bisa berfikir kreatif, harus terlebih dulu percaya dan yakin bahwa kita ‘bisa’ kreatif! Melalui modal keyakinan ini, siapapun juga, yang sudah yakin akan kreativitasnya akan mencoba segala cara yang nantinya juga akan menemukan jalannya [bahasa kerennya : passion & action].

Yakinkan pula di dalam diri bahwa creativity is an attitude. Jadi sudah seharusnya menjadi bagian integral dari pribadi kita. Kreativitas sudah seharusnya menjadi perilaku sehari-hari, menjadi bagian dari cara berfikir kita setiap saat! Berfikir kreatif adalah mencoba mencari cara dan atau jalan yang tidak biasa, yang baru, yang lain daripada yang lain, yang tidak me too. Atau saya lebih senang menyebutnya dengan cara berfikir yang keluar dari pakem. Jadi juga harus to be able to stand out from the crowd. Tapi bukan dimaksud ‘asal berani beda’ lho…

Lalu bagaimana kita bisa melatih & mengasah bakat kreatif tsb.? Apakah ada ‘vitaminnya’?

Karena kreativitas adalah output dari proses dialektika dan pergulatan di dalam pikiran kita. Nah, agar pikiran tidak menjadi ‘kering’, maka sudah seharusya terus menerus diberi input sebanyak-banyaknya.Atau saya menyebutnya dengan ‘vitamin’ atau pupuk yang diharapkan mampu menyuburkan pikiran kita. ‘Vitamin’ yang dimaksud tentunya bisa diperoleh dengan cara:

- banyak ngobrol apa saja, dengan siapa saja

- banyak nongkrong di mana saja

- banyak baca apa saja

- nonton apa saja

- jalan-jalan ke mana saja

- gaul dengan siapa saja

- dengerin apa saja [gossip pun juga oke]

- nyobain segala hal

- makan dan minum apa saja

- belajar apa saja, dan dari mana saja

- nyari pengalaman sebanyak-banyaknya

- punya sifat selalu ingin tahu [tapi bukan sok tahu lho]

- buka mata buka telinga, kalau perlu semua indera, dan mengamati apa yang terjadi di sekeliling kita

Dan masih banyak lagi cara yang bisa ditambahkan di sini yang pas dengan hobi kita, minat kita dan passion kita. Silakan mencoba dan mempraktekkannya.

Sunday, April 13, 2008

Alhamdulillah, Allah SWT telah mengganti HP anakku…


Pertama, saya mengucap syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT. Ya Rozzaq, Engkau lah sebaik-baiknya Pemberi Rezeki! Terbukti bahwa Allah betul-betul sayang kepada hambaNya ini. Yang namanya limpahan rezeki itu ternyata bisa datang dari arah mana saja.

Begitulah. Tatkala kita betul-betul pasrah & ikhlas dalam menghadapi cobaan, hanya dalam bilangan bulan, HP anakku yang dicopet ‘gerombolan’ di angkutan umum, akhirnya mendapatkan ‘gantinya’ yang lebih baik.

Tanggal 4 April 2008, tepatnya seminggu yang lalu, tanpa disangka, ada kejutan buat saya pribadi. Number one person di perusahaan saya tiba-tiba menghadiahi saya sebuah HP trendy & canggih, yang harganya lumayan mahal buat ukuran saya. Anehnya, kisaran harganya kurang lebih sama dengan HP anakku yang sudah kami ikhlaskan tsb. namun lebih canggih fiturnya karena memang keluaran terbaru.

Memang, ketika HP anakku Wira dicopet, saya pun menasehatinya, agar mengikhlaskan HP kesayangnnya, karena memang ada orang yang ‘lagi kelaparan’. Nanti Allah akan mengganti dengan yang lebih baik. Karena manusia tidak pernah tahu akan ‘rencana Allah’ dalam masa kehidupan yang dijalaninya. [baca postingan sebelumnya : “Membingkai tanda-tanda zaman”]

Apakah ini sebuah kebetulan belaka? Saya yakin bahwa tidak ada suatu kejadian yang kebetulan. Allah lah yang menjawab doa kami. Begitu kami [saya & anak saya] sudah pasrah dan ikhlas dan ber Law of Attraction memohon kepadaNya, maka Allah melimpahkan rezekinya melalui ‘kenang-kenangan’ dari boss saya di kantor. That’s a life! Alhamdulillah.

Teman, terlepas dari cerita di atas, yang betul-betul menambah semakin tebal keyakinan saya akan unlimited power Nya, sudah selayaknya pula kita sebagai umatNya untuk selalu mengucap syukur kepada Allah SWT setiap saat atas segala Rahmat & Hidayah yang telah dilimpahkan kepada kita semua.

Bayangkan, mulai dari bangun tidur, kita sudah seharusnya bersyukur karena masih diberi kehidupan dan dilimpahi udara bersih tanpa batas yang bisa kita hirup dan rasakan kesegarannya. Saat kita minum air putih pun juga telah tersedia melimpah. Begitu seterusnya, semua aspek kehidupan yang kita ‘lakoni’ tidak ada yang luput dari limpahan Rezeki, Rahmat & Hidayah Allah SWT.

Begitu kita sudah terbiasa untuk selalu bersyukur atas segala nikmatNya dan bisa mengambil hikmah dari segala kejadian yang kita alami sehari-hari dengan pasrah & ikhlas, secara psikologis feel-nya akan terasa lain.

Sebaliknya, tatkala kita mengalami segala masalah di dalam kehidupan sehari-hari, atau bingung dengan masalah yang masih menjadi tanda tanya besar [misal: mencoba bisnis tapi kok belum maju-maju juga], jangan ragu pula, mintalah semua yang kita inginkan kepada Allah SWT. Agama kita mengajarkan bahwa jika kita butuh rezeki, panggillah Allah dengan sifat-Nya Yang Maha Memberi Rezeki [Yaa Rozzaq]. Saya yakin dengan dibarengi rasa sabar, tawakal, pasrah & ikhlas, niscaya Allah akan menjawab doa kita dengan memberikan yang terbaik. Amin.

Eh, kok jadi ngelantur… by the way, semoga curhat kali ini ada hikmahnya buat Anda semua.

Thursday, April 10, 2008

Merek atau brand paling berpengaruh di dunia….


Mau tahu merek atau brand apa yang memiliki pengaruh paling besar terhadap konsumen di dunia?


Surprise banget, ternyata merek yang paling ‘berkenan di hati’ konsumen dunia tsb. adalah Apple. Merek berlambang buah apel ini memperoleh suara terbanyak saat diadakan survey oleh majalah online brandchannel.com kepada 2000 pembacanya di 107 negara.

Apple juga didaulat sebagai merek yang paling inspiratif di dalam kehidupan bagi para penggunanya. Bahkan saking inspiratifnya dan begitu ‘melekat di hati’ digambarkan seolah-olah mereka tak dapat hidup tanpa Apple. Benar-benar sebuah ‘temuan’ consumer insight’ yang begitu luar biasa buat Apple.

Jujur saja, kita semua pasti juga mengakui keunggulan merek atau brand Apple ini. Komputer jinjingnya, i-pod nya, telah berhasil menjadi trendsetter baik di dunia maupun di Indonesia. Dan ini juga membuktikan bahwa merek atau brand yang kuat secara otomatis juga akan menciptakan kepercayaan serta image akan kualitas yang lebih baik ketimbang merek atau brand yang ‘biasa-biasa saja’.

Merek lain yang juga dinilai inspiratif adalah : Nike, Coca Cola, Google, dan Starbucks.

Kalau ditelisik lebih jauh, apa sih sebenarnya yang membuat sebuah merek atau brand menjadi hebat?

Philip Kotler yang terkenal sebagai pakarnya Marketing mensyaratkan adanya 5 faktor yang harus dimiliki oleh merek atau brand kalau kepingin bisa ‘hebat’.


  1. Merek harus dapat mencerminkan atribut-atribut tertentu : fitur produk, style dsb. ke dalam benak konsumen.
  2. Merek harus harus bisa menonjolkan satu atau lebih keunggulan utamanya. Misal, Volvo selalu dikonotasikan dengan safety. Apple dikonotasikan dengan kemudahan pemakaian.
  3. Merek tsb. juga harus bisa di-visual -kan karakteristiknya seolah-olah sebagai seorang manusia. Apple kalau ‘diorangkan’ seakan-akan adalah manusia yang berusia 20- an, young, trendy, modern, dsb.
  4. Merek juga harus bisa mencerminkan sesuatu yang berkenaan dengan value perusahaan. Seberapa inovatif perusahaan tsb? Seberapa responsive terhadap konsumennya? Apakah memiliki kesadaran social yang tinggi? Apakah produknya ramah lingkungan? Dsb.
  5. Merek yang kuat mampu memberikan gambaran tentang para pengguna merek tsb. Apakah mereka kalangan muda yang antusias? Atau mereka golongan berumur yang sudah mapan?

Agar sebuah merek atau brand bisa berkembang dan sukses sebagai pilihan konsumen secara jangka panjang, para pemilik merek harus mampu mengembangkan ke-5 faktor di atas. Dan ingat, yang namanya merek ‘hebat’ secara langsung mampu memunculkan image, ekspektasi, dan performance yang dijanjikan.

Mungkinkah merek ‘made in Indonesia’ mampu menjadi merek atau brand yang paling ‘melekat di hati konsumen’ dunia? Jawabannya berpulang kepada ‘kerja keras’ dan ‘kerja cerdas’ para pemiliknya. Siapa tahu 10 tahun ke depan ‘dream’ seperti ini bisa terwujud, merek atau brand milik salah satu di antara kita dapat ‘go international’. Semoga.

Sunday, March 30, 2008

Sepenggal cerita tentang “Bus SIM Keliling”


Nggak kerasa, SIM A & C tanggal 4 April 2008 ini sudah habis masa berlakunya. Mau nggak mau kan mesti diperpanjang sebelum tanggal tsb. Kebayang 5 tahun yang lalu [karena nggak mau repot ‘dikerjain oknum’], urusan memperpanjang SIM tsb. melalui biro jasa. Alhasil habisnya lumayan mahal [Rp 360,000]. Kali ini, iseng-iseng nanya ke biro jasa yang sama untuk perpanjangan SIM A & C membutuhkan biaya Rp 500,000. [Enak banget ya nyari duitnya???]

Akhirnya, memilih untuk mencoba memperpanjang SIM tsb. sendiri tanpa perlu bantuan biro jasa. Sambil mencoba petualangan baru, kayak apa sih ribetnya? Kan katanya dalam usaha mewujudkan good government service di tubuh POLRI, sekarang ‘ngurus’ SIM & STNK lebih gampang dan nyaman, tanpa harus melalui calo ataupun biro jasa. [maaf ya buat temen-temen yang punya usaha biro jasa khusus SIM & STNK, hehehe…].

Sekaligus mendukung usaha POLRI untuk ‘memberantas praktek pungli & percaloan’ dari dalam instansinya. Kalau nggak dimulai dari diri kita sendiri, tujuan mulia ini akan mubazir. Inilah niat yang saya canangkan, ‘memerangi praktek pungli yang telah membudaya di masyarakat’ yang bikin bangsa ini terpuruk terus menerus. Mau se’repot’ apapun akan ane jabanin!

Tanggal 27 Maret 2008, mulailah browsing di internet, cari info tentang perpanjangan SIM ini, eh ketemu dengan yang namanya layanan SIM keliling. Emang beberapa tahun yang lalu pernah denger kalau Polda Metro Jaya melaunching fasilitas tsb. Tapi kan karena saat berita tsb. dirilis belum perlu, ya informasi tsb. lewat begitu saja. Masalahnya, layanan bus SIM keliling tsb. lokasi mangkalnya berpindah-pindah setiap hari.

Tatkala menanyakan ke telepon yang tertera di WEB resmi POLDA Metro Jaya [ http://www.lantas.metro.polri.go.id ] dijawab agar menelepon di pagi hari jam 8,00 di hari kapan kita mau memanfaatkan jasa layanan bus SIM keliling ini. Atau bisa juga SMS ke no. 1717 pk. 8,00 di hari yang sama. Juga bisa dilihat di halaman utama WEB resmi POLDA Metro Jaya setiap harinya [ http://www.lantas.metro.polri.go.id ].

Tanggal 28 Maret 2008 pagi, pk. 08,10 iseng-iseng nyoba nelpon ke no. telepon yang dianjurkan 021 527 6001, ternyata tidak ada satu pun yang menjawab [gimana nich???]. Terus nyoba SMS ke no. 1717 : “mohon info, hari ini 28 Maret 2008 layanan bus SIM keliling untuk wilayah Jak Tim lokasi ada di mana ya?”. Eh, nggak sampai 5 menit SMS telah dibalas : “SIM/STNK Jak Sel di Kebun Binatang Ragunan [SIM hari ini tidak beroperasi], Jak Tim di Pusat Grosir Cililitan, Jak Ut di Mall Pluit, Jak Bar di Carrefour Puri Kembangan, Jak Pus di PT Pelni Jl. Gajah Mada. Jam operasi 08.00 – 13.00 WIB.”

Langsung otakpun ambil keputusan untuk memilih Bus SIM Keliling yang ada di Pusat Grosir Cililitan [PGC] karena lebih dekat dari rumah. Meluncurlah ke PGC. Sampai di PGC sekitar 08.45. Di halaman parkir sudah terparkir Bus SIM Keliling & Bus STNK Keliling.

Di depan Bus SIM Keliling sudah ngantri 5 orang sebelum saya. Saya tanya ke petugas, apakah SIM saya yang habisnya 4 April 2008 nanti boleh diperpanjang sekarang? Karena saya minggu depan 1 April s.d 5 April 2008 ada tugas pekerjaan kantor. Kalau memperpanjang setelah tanggal itu kan kena denda. Ternyata oleh petugas diijinkan untuk itu. [Thanks ya.] Di dompet ada duit Rp 300,000, seharusnya cukup untuk biayanya.

Setelah KTP dan kedua SIM tsb. difotocopy oleh petugas [biaya fotocopy untuk 3 lembar Rp 3,000], langsung diminta untuk mengisi formulir permohonan perpanjangan SIM. Sayangnya, saya nggak bawa ballpoint jadinya untuk mengisi formulirnya harus menunggu orang yang bisa meminjamkan ballpoint-nya. Inilah masalah yang bikin agak lama. Saat mengisi pun juga memerlukan waktu agak lama, karena harus mengisi 2 formulir [SIM A & C]. Akhirnya, pk. 09.10 formulir tsb. berhasil saya serahkan ke petugas. Tibalah ke tahap menunggu panggilan untuk difoto [nggak disediakan kursi jadi ya pada berdiri ‘berceceran’ di sekitar bus tsb].

Pk. 09.20, dipanggil naik ke atas bus untuk photo session, sekaligus dicek ulang data yang akan tertera di SIM kita [Nama, Tgl. Lahir, Alamat]. Petugasnya pun ramah dalam melayani para pemohon SIM. Berbeda jauh dengan pengalaman saya ‘ngurus’ perpanjangan SIM di SAMSAT Jl. Daan Mogot 5 tahun yang lalu, di mana petugasnya cuma ramah sama duit kita [waktu itu kan lewat Biro Jasa].

Selesai foto diminta untuk membayar Rp 170,000 untuk SIM A & C tsb. [jadi @ Rp 85,000]. Surprise banget! Sungguh di luar expectation saya sebelumnya. [perkiraan saya paling murah Rp 200,000 untuk 2 SIM tsb]. Bayangin pula kalau mesti ‘ngurus’ lewat biro jasa atau calo yang budgetnya sekitar Rp 500,000.

Sambil ngobrol, petugas tsb. juga menginformasikan bahwa mulai awal April 2008 ini layanan SAMSAT akan buka kantor di PGC ini, dan beberapa mal lainnya [salah satunya Mal Taman Anggrek dll.]. Jam bukanya juga seiiring dengan bukanya Mal tsb. Jadi konsepnya, sambil belanja kita bisa memperpanjang SIM & STNK. Sabtu Minggu juga buka. Jadi nggak ada lagi alasan untuk kita nggak ada waktu untuk memperpanjang SIM or STNK. Hebat ya… terobosan yang dilakukan POLRI.

Pk. 09.25, kedua SIM baru saya diserahkan. Saya hitung, waktu yang diperlukan juga lumayan singkat [lebih lama ngisi formulirnya dibanding bikin SIM nya]. Pk. 09.30 saya sudah keluar dari areal parkiran PGC. Jadi dari saya tiba di PGC hingga pergi meninggalkan PGC hanya membutuhkan waktu 45 menit saja. Betul-betul puas saya dibuatnya. Baru kali ini saya merasakan berurusan sendiri dengan birokrasi begitu lancar & efisien dari segi waktu. Kalau semua instansi pemerintah yang terkait dengan layanan public bisa seperti ini semua, saya yakin negeri ini akan melangkah lebih maju. Salut juga ane ama reformasi POLRI.

Setelah mengalami sendiri bagaimana mudahnya ‘urusan’ memperpanjang SIM ini, saya anjurkan kepada siapa saja agar memanfaatkan layanan perpanjangan SIM & STNK melalui Bus Keliling ini. Dijamin kesan ribet & repot yang selama ini melekat jika kita bicara ‘urusan’ dengan SAMSAT, akan langsung sirna saat itu juga. Coba & buktikan.


Informasi tambahan bagi yang mau memanfaatkan layanan ini:

-Pagi pk. 08.00, cari tahu keberadaan Bus SIM Keliling dengan SMS 1717

-Bus SIM Keliling DKI hanya melayani perpanjangan SIM ‘keluaran’ Polda Metro Jaya

-SIM yang kadaluarsa lebih dari 1 tahun juga tidak bisa dilayani

-Bawa KTP & SIM aslinya

-Berpakaian yang sopan & layak untuk difoto

-Siapkan uang pas [seringnya nggak ada kembalian]

-Siapkan payung [kalau pas musim hujan], karena tidak ada tempat berteduh

-Siapin juga air minum biar nggak kehausan bila menunggu saat teriknya matahari

-Sebaiknya datang lebih pagi [pk 8.00] , karena makin siang makin berjubel antriannya


Masukan untuk Bus SIM Keliling :

-Meja & kursi untuk mengisi formulir isian sebaiknya diperbanyak

-Sistim antriannya, meski sudah lumayan baik, kalau bisa menggunakan Ticketing System seperti di Bank. Kalau antriannya membludag ‘takutnya’ jadi kacau

-Perlu disediakan papan informasi tentang ‘aturan main’ dan penjelasan apa saja yang bisa dilayani & tidak bisa dilayani [banyak yang ditolak padahal sudah ‘ngantre’]


Peluang usaha :

-Jualan minuman/snack dll. [juga ballpoint] kerja sama dengan bus SIM Keliling ini

-Menyewakan kursi lipat juga oke lho…

-Bisa untuk ajang sampling product bagi yang punya tim SPG

-Bisa beriklan melalui X-banner, spanduk, tenda ruang tunggu

Friday, March 28, 2008

Cobalah berpikir jahil, iseng & nyleneh



Bukan maksud saya untuk mengajak Anda mengisengi & menjahili orang lho… Tapi memang ajakan agar jahil, iseng & nyleneh untuk diri sendiri masing-masing. Kalau kita mau kreatif dan punya ide-ide yang liar dan keluar dari pakem, syarat inilah yang minimal harus dipenuhi terlebih dahulu. Jadi pikiran kita harus diajak ‘nakal’ dan ‘nggak gampang puas’, tentunya agar bisa menemukan ide-ide yang outstanding. Saya memang mewajibkan kepada diri pribadi agar di sela-sela waktu senggang [daripada ngelamun] untuk menerapkan metode berpikir ‘liar’, jahil, iseng & nyeleneh ini.

Tulisan ini untuk melengkapi 2 tulisan sebelumnya tentang brand name & slogan.

Pikiran jahil, iseng & nyleneh setidaknya akan membawa kita untuk selalu mengutak-ngatik ide atau segala hal yang selama ini sudah dianggap mapan. Terus, ‘jangan gampang puas’, sehingga memacu untuk terus mencari dan mencari ide-ide segar yang baru. Hasilnya, apa yang kita pikirkan dan ciptakan akan menjadi ‘to be different’ dan keluar dari pakem.

Kalau kita cermati, hampir semua usaha yang saat ini exist dan berjaya adalah hasil dari pola berpikir seperti ini. Memang tidak semudah membalik telapak tangan. Tapi bila ada kemauan yang keras diiringi dengan ‘doa’, saya yakin akan banyak lahir ide-ide usaha yang bakalan ‘keluar dari pakem’. Hanya masalah waktu saja yang akan membuktikannya. Apalagi ditambah dengan mulai berjangkitnya virus semangat entrepreneurship di kalangan kelas menengah ke atas dan terpelajar, yang kian marak akhir-akhir ini. Pastinya, akan seperti bola salju, yang akan bergulir semakin lama semakin membesar.

Inilah beberapa contoh hasil dari berpikir jahil, iseng & nyleneh :

Es Teler 77, Soto Gebraaaak , Rawon Setan, Rumah makan mbah Jingkrak, Nasi goreng Gila, Bakso Rudal, Bubur Ayam Ceker, Klenger Burger, Obonk Steak, Waroeng Bebek Krathon, T-Shirt Dagadu [matamu], Depo Bangunan, Toko Babe [barang bekas], Markaz Ritel, Laundry Kiloan, Terminal Tiket, Kids2Success, dan masih banyak lagi.

Semoga daftar ini bertambah banyak lagi nantinya dengan usaha milik Anda semua. Amin.
Ayo manfaatkan waktu luang untuk ‘think different and act excellent’ sambil tetap semangat dan enjoy aja!

Thursday, March 27, 2008

Motto atau Slogan

Kalau nama brand sudah ada, lalu penting nggak kita menciptakan motto atau slogan untuk produk kita? Jawabannya tentunya berpulang kepada si pemilik produk tsb. Bagi Anda yang kepingin produknya kepingin cepat dikenal oleh masyarakat dan bisa exist selamanya, sudah seharusnya memiliki motto atau slogan yang mudah diingat dan dekat asosiasinya dengan karakter produk itu sendiri.

Lampu Philips misalnya, di Indonesia ia menggunakan slogan yang sangat smart & memorable bagi kita semua yaitu : ‘terus terang Philips terang terus’. Slogan ini sangat dekat sekali dengan karakter produknya itu sendiri. Contoh lain, yang juga brand International dan terkenal yaitu Nike dengan slogan ‘just do it’. Slogan ini meskipun dalam bahasa Inggris, dapat memberikan kepada siapapun yang membacanya sentuhan emotional benefit berupa jiwa yang penuh dengan kebebasan, segalanya nggak perlu mesti dipertimbangkan dulu. Bener- bener pas dengan jiwa olahraga di mana produk mereka memang ditujukan untuk dunia sport.

“Apapun makanannya, minumnya Teh botol Sosro” adalah salah satu contoh produk local yang motto atau slogannya begitu kuat. Langsung menjual positioning produknya. Coca Cola yang international brand saja sempat ‘grogi’ juga dengan kiprah Teh botol Sosro ini.

Belajar dari brand-brand yang telah mapan di atas, nampak bahwa motto atau slogan kalau dirasakan feelnya, dibayangkan, disigi yang tersirat akan terasa ada pesan penting yang dikampanyekan. Motto atau slogan punya tugas sebagai berikut:

1. Untuk mengkomunikasikan secara singkat & padat tentang product promise.

2. Mengkomunikasikan pula brand positioning dari produknya.

3. Sebisanya juga memuat benefit dari produk itu sendiri.

4. Dapat menggambarkan personality produknya.

5. Juga mampu menyiratkan misi dari produknya.

Setelah brand name & slogan tadi tercipta dan saling melengkapi, harus disosialisasikan agar dapat menancap di benak target konsumen yang dituju. Caranya, bisa melalui brosur yang kita sebar, papan usaha, iklan di web/blog dsb. Yang terpenting, motto atau slogan tsb juga harus dibuktikan dalam bentuk tindakan. Misal, sebuah usaha yang bergerak di bidang jasa pelayanan mengkampanyekan slogan ‘we serve better’, maka seluruh tindakan perusahaan tsb. ya harus sungguh-sungguh memberi layanan terbaik, tulus, ramah, dan memberikan kemudahan kepada yang dilayani tanpa pandang bulu. Ingat, bila kenyataannya justru sebaliknya, konsumen akan merespon negative dan akhirnya motto atau slogan tsb menjadi boomerang.

Bagaimana dengan produk Anda? Sudahkah memiliki motto atau slogan yang ‘kuat’, ‘smart’ dan berbeda dari yang lain? Barangkali bagi sebagian orang motto atau slogan dianggap nggak penting, yang penting kan jualannya lancar. Namun ada baiknya mempertimbangkannya. Mengingat masyarakat Indonesia lebih kuat budaya verbalnya, lebih menyukai joke juga hobi ‘ngutak-ngatik’ kata-kata. Dengan memiliki motto atau slogan yang unik dan memorable bisa jadi akan sangat membantu mengangkat awareness brand dari produk yang kita miliki. Terlebih lagi bila produk dan brand name tsb. baru saja diluncurkan.

Monday, March 24, 2008

Pentingnya brand name untuk produk kita



Bagi pemilik produk, terutama yang baru mulai start memulai usaha, nama brand atau merek adalah juga doa agar ‘nantinya’ bisa meraih kesuksesan. Itulah sebabnya, mencipta nama brand untuk produk menjadi sebuah kegiatan awal yang sangat penting. Dan seyogyanya harus melalui berbagai pertimbangan yang matang. Mengingat brand tsb. kan untuk jangka panjang. Dasar pertimbangan utama, kita harus sadar sepenuhnya bahwa produk tsb. adalah ‘baby’ kita, jadi kalau salah memberi nama akan menyesal ke depannya.

Kalau ditelisik lebih jauh, sepertinya menciptakan nama brand untuk produk kita kok gampang ya… Benarkah demikian? Saya kok merasa justru sebaliknya. Banyak pertimbangan filosofis yang tersirat pada kegiatan mencipta brand name ini. Setidaknya ada unsur logika di sana. Kecuali jika kita cukup dipuaskan dengan menciptakan brand name dengan bermodalkan good feeling dan perasaan hati ‘suka’ dan ‘tidak suka’. Memang nggak salah sih, karena terkadang feeling kita kan so good juga. Hehehe…

Lebih dari itu, brand name kan juga harus ada rationale-nya, memiliki visi, asal-usul dan relevansi dengan produk

Yang sering terjadi, saat menciptakan brand name situasinya adalah dikejar dead line karena kepinginnya produk tsb. cepat di-launch. Akhirnya, brand name-nya berangkat dari nama si owner, nama anak, nama lokasi, nama jalan, singkatan. Atau nama yang berangkat dari doa atau harapan kita seperti ‘rizki’, ‘anugerah’, ‘subur’, ‘barokah’, dan masih banyak lagi. Nggak salah juga sih… Hanya kalau diamati, banyak banget brand name yang sama atau mirip-mirip seperti itu. Jadinya, brand name kita nggak stand out, nggak catching, nggak get attention, nggak nyleneh dan nggak keluar dari pakem yang dianut ‘orang kebanyakan’, ujung-ujungnya nggak memorable.

Pengalaman di atas, juga pernah terjadi pada beberapa usaha saya. Saat membuka toko seluler, karena sudah ditunggu oleh supplier yang akan membuat papan nama toko, cap, nota, dan kwitansi, saya terjebak dengan pola kepepet deadline tadi. Akhirnya, setelah berpikir cepat dan simple, nama yang keluar adalah ‘ma-ju’ seluler. Yang saya maksud dengan ‘ma-ju’ adalah 2 meaning. Pertama, ma-ju = lima tujuan [bisnis, belajar, buka lapangan kerja, berkah, bersedekah]. Kedua, ma-ju = berharap usaha tsb. bisa berkembang. Pas sudah berjalan kok ternyata feel-nya biasa banget ya? Singkatannya pun secara filosofis kok cuma owner-nya yang tahu. Hehehe… namanya juga memulai usahanya ‘terjun bebas’…

Kejadian yang sama juga terulang lagi. Saat memulai bisnis rental excavator, kami juga dikejar deadline. Ditambah lagi ada 4 ‘kepala’ yang harus disatukan pendapatnya. Akhirnya, jadilah nama perusahaan kami menggunakan nama PT Duta Perdana. ‘Duta’ kurang lebih mengandung makna ‘DUit kiTA’ & ‘perwakilan’. ‘Perdana’, untuk menggambarkan usaha bersama kami yang pertama. Jadi filosofi yang tersirat, perusahaan yang pertama ini dibangun dari ‘duit rame-rame’ para ‘wakil keluarga’. So simple. Dan lagi-lagi feel-nya biasa banget kayak perusahaan kebanyakan. Padahal, saya pribadi kepinginnya brand name lebih ‘oke’ dari yang itu. Any way, apalah arti sebuah nama. Karena, saat menangkap peluang usaha rental excavator tsb. praktis waktu yang ada memang ‘mepet banget’. Saat itu, yang penting kan semangat untuk segera ‘take action’!

Ada bagusnya bila saat kita mencipta brand name juga punya bekal yang cukup tentang konsep produknya, latar belakang produk tsb., siapa target marketnya, peta persaingan di pasar seperti apa, nama apa saja yang telah digunakan dalam kategori produk yang sama, serta tone & manner yang sesuai dengan karakter produk.

Penciptaan brand name, kadangkala dipengaruhi juga oleh problematika spesifik yang terjadi di pasar pada saat itu. Sebut saja, sebuah TV swasta yang kurang laku [La TV], kemudian ada pemodal baru masuk, lalu dirubah nama serta konsep produknya [TV One] agar bisa di re-'launch' dan dilirik pasar kembali.

Selain contoh di atas, sebagai alternative lain, pemberian nama produk juga bisa diambil dari segala arah misal : product content/ingredient [Teh botol Sosro, Green Tea], product concept [Bukafe, book store & cafĂ©], product location [Soto Ambengan, Bakmi Gajah Mada], product vision and mission [Mastermind TNM-E20], customer’s dream [Kota Wisata], customer’s preference [Rawon Setan], dan random.

Yang penting pula, kita jangan pernah takut menciptakan brand name yang aneh-aneh, yang keluar dari pakem. Lebih baik membuat dulu ratusan nama, termasuk nama ‘nyleneh’, baru kemudian dipilah-pilah, dipilih beberapa puluh atau belasan untuk kita jagokan atau unggulkan. Dari nama-nama unggulan nantinya kita pilih lagi menjadi lebih sedikit, sampai akhirnya nanti kita pilih yang paling kita sukai. Tentunya, yang menurut kita paling cocok dengan karakter produknya. Dalam tahap ini, mungkin sebaiknya kita minta pendapat dari orang-orang terdekat kita, agar ada second opinion.

Tapi, jujur saja untuk ‘pengetahuan’ tentang brand name ini saya belum ‘berhasil’ mempraktekkannya dengan baik & benar, khususnya untuk bisnis pribadi. Kalau sekadar dimintai tolong oleh beberapa teman sudah sering saya praktekkan. Hasilnya, banyak dari mereka yang merasa puas dan menerapkannya untuk nama produknya.

Demikian sharing kali ini, semoga ada manfaatnya untuk Anda semua. Seandainya dirasa tidak ada manfaatnya abaikan saja, karena memang tulisan ini berangkat dari keisengan saya semata untuk ‘memuntahkan’ uneg-uneg yang ada di kepala. Ya wis lah!


Wednesday, March 19, 2008

Rasa puas diri = ancaman terbesar kemajuan?


Tulisan ini memang bertolak dari pengalaman pribadi. Sekedar mengingatkan ke diri pribadi, bahwa yang namanya rasa puas diri itu ternyata betul-betul membuat kita tidak kepingin bergerak untuk maju. Hal ini, pernah membelenggu diri pribadi saya bertahun-tahun lamanya.

Tatkala merasa telah memiliki pekerjaan yang mapan dengan penghasilan yang cukup, rasanya diri kita seperti terbuai dengan kenyamanan. Bayangkan, setiap bulan sudah jelas, ada income yang bakal masuk ke rekening dari hasil kerja sebagai karyawan. Serasa hidup mengalir begitu saja, tanpa berpikir bahwa ternyata yang namanya menjadi karyawan itu selalu ada resiko ketidakpastian pula. ‘Terlena dalam comfort zone’, inilah istilah yang tepat untuk menggambarkan situasi nyaman dan nikmat sebagai karyawan tadi.

Begitu gelombang krisis moneter melanda di tahun 1997 lalu, yang berdampak banyaknya karyawan terkena PHK, kemudian melonjaknya harga-harga kebutuhan hidup sehari-hari, tiba-tiba berbunyilah ‘alarm’ kehidupan. Seolah berkata, “Hei waspadalah, kondisi perekonomian yang tak kunjung membaik bisa berdampak merubah comfort zone Anda menjadi zona ketidakpastian. Saatnya bersiap diri. Back-up your life with another incomes.” Yang namanya daya beli langsung merosot tajam. Kalau tadinya, incomes yang ada masih dapat dinikmati bahkan ada sisa yang bisa ditabung, kini mesti pintar-pintar mengatur pengeluaran agar ‘dapur tetap ngebul’.

Sadar dengan perubahan mendadak yang begitu cepat tsb., mulailah memikirkan yang namanya penghasilan lain di luar income tetap sebagai karyawan. Mencoba menjadi pemilik usaha adalah salah satu pilihan yang harus dicoba. Begitulah, akhirnya mulai tahun 2003 saya pun baru berani take action dan memiliki predikat baru sebagai pengusaha [rumah kontrakan, rental mobil, toko, warnet, dan rental excavator] yang berjalan hingga hari ini. Dan saya pribadi juga harus tetap waspada bahwa rasa puas diri dapat menghambat kemajuan.

Nah bagi Anda yang masih pure hanya mengandalkan income sebagai karyawan, usahakan agar jangan sampai kelamaan terbelenggu dengan rasa puas diri berada di comfort zone. Karena kita tidak pernah tahu sampai kapan perusahaan tempat Anda bekerja tetap nyaman, tenang dan damai. Mulailah kondisikan dan biasakan diri Anda berpikir ‘kepepet’ seolah-olah status karyawan tsb. hanya tinggal beberapa hari lagi. Apa yang bisa dilakukan sebagai jalan keluarnya? Mau nggak mau kan juga harus memulai mencoba menjajagi peluang di bidang usaha.

Bagi para pemilik usaha pun, sebaiknya juga jangan terlena dengan rasa puas diri. Kita harus terus menerus berpikir untuk mengembangkan usaha yang ada sekaligus mencari terobosan-terobosan baru, kalau perlu menjajagi berbagai peluang baru. Ingat para competitor juga tidak berdiam diri untuk memenangkan pertarungan di ‘market’ yang serba kompetitif. Karena yang namanya faktor ketidakpastian juga selalu ada di dalam dunia usaha. Belum lagi ketidakpastian usaha yang berasal dari berubahnya perilaku konsumen yang disebabkan adanya kebijakan pemerintah.

Di dalam kehidupan nyata banyak kita jumpai bagaimana sebuah usaha yang tadinya nampak mapan tetapi mendadak berubah menjadi sebaliknya gara-gara perubahan yang tidak pernah diantisipasi sebelumnya. Saya pernah ngobrol dengan supir angkutan umum yang mengeluh penghasilannya menurun gara-gara sepinya penumpang. Padahal kebutuhan hidup keluarganya justru semakin meningkat. [konon, banyak penumpang yang berpindah naik sepeda motor untuk mengirit pengeluaran transportasi yang kian mahal gara-gara kenaikan BBM, kan uang transportnya bisa untuk kredit sepeda motor].

Begitu juga terjadi pada penjual minyak tanah keliling dan pemilik usaha pangkalan minyak tanah se-Jabodetabek, yang harus segera berganti usaha, gara-gara kebijakan pemerintah mengganti minyak tanah menjadi gas. Contoh lain, yang kita semua tahu, berapa banyak pemilik usaha kuliner di Jl. Panjang [yang tadinya bisnisnya mapan], tiba-tiba serentak ‘koor’ menyuarakan menurunnya penghasilan secara drastis gara-gara dibangunnya jalur busway di jalan tersebut. Karena tidak ada lagi yang boleh parkir di ruas jalan yang tinggal satu jalur tsb.

Mungkin ada baiknya bila kita juga belajar memaknai terjadinya perubahan di dunia usaha ini dengan the powerful words berikut : “Peluang itu selalu berada di balik tantangan, dan juga di balik kesulitan…” Dan yang penting jangan pernah menyerah dengan keadaan, karena “di mana ada kesulitan, pasti ada jalan keluarnya…”