Wednesday, March 5, 2008

Internet, pendobrak life style yang revolusioner


Ada data hasil penelitian yang cukup menarik, bahwa ternyata dalam hal kecepatan untuk menarik penggunanya, internet adalah media tercepat saat ini. Bayangkan, radio membutuhkan waktu selama 38 tahun untuk menarik 38 juta penggunanya. Pesawat TV yang lebih canggih dari radio, karena dilengkapi dengan gambar, membutuhkan waktu 13 tahun untuk menarik sebanyak 50 juta penggunanya. Sementara itu, internet hanya memerlukan waktu yang relative singkat, hanya butuh waktu 5 tahun, sudah mampu menarik sebanyak 50 juta penggunanya.

Di komunitas TDA pun, yang namanya kehebatan internet juga telah terbukti. Hanya dalam waktu yang relative singkat, nggak sampai 1 tahun, terbentuk komunitas & jaringan kerja TDA yang mulainya hanya dari sebuah blog [Roni Yuzirman], kini telah menyebar ke mana-mana. Perkembangannya pun juga cukup menarik. Ada kelompok yang tergabung berdasarkan minat usaha, ada kelompok mastermind, ada kelompok pengajian, ada TDA Finance, dsb.

Hebatnya, walaupun di awal perkenalan hanya lewat dunia maya, pas bikin ketemuan atau copy darat, kok ya rasanya sudah seperti teman lama [ini yang saya rasakan di komunitas TDA lho]. Semoga perkembangan komunitas TDA yang berbasiskan internet sebagai sarana utama berkomunkasi antar anggotanya, ke depannya bisa lebih dahsyat lagi. Inilah yang menjadi tugas kita bersama.

Sungguh spektakuler, karena di jaman ini, kemajuan teknologi informatika berupa internet ini layaknya sudah menjadi standar hidup bagi kebanyakan orang. Kehidupan hampir di semua kota besar telah mengalami pergeseran nilai secara dahsyat. Termasuk gaya hidup para pengguna internet juga ikut berubah mengikuti trend di dunia maya ini.Cukup duduk di depan computer yang on line dengan jaringan internet, siapapun juga bisa bersosialisasi, bisa nge-blog, bisa belajar, bisa menggali informasi hingga ke pelosok dunia manapun, bisa jualan, bisa membeli barang, bisa menjalin persahabatan dan bahkan mencari jodoh, dan masih banyak lagi.

Hampir semua computer kantor, computer rumah, laptop, dan HP dapat dipastikan mampu mengakses jaringan internet. Bahkan pemerintah pun saat ini sedang menggalakkan program internet masuk desa [lihat saja iklannya yang gencar ditayangkan di TV swasta Indoensia]. Bisa jadi nanti, kalau internet masuk desa ini sukses, nggak ada lagi penduduk Indonesia yang terbelakang [Semoga].

Anak-anak juga termasuk pengguna internet yang cukup potensial. Kedua anak saya pun banyak mengakses internet untuk mencari bahan-bahan tugas sekolahnya. Yang namanya mbah goggle & situs wikipedia, menjadi favorit bagi mereka. Yang hebat kalau sedang bikin tugas kelompok, mereka nggak perlu harus ketemu dan duduk bareng. Cukup pakai email & Yahoo Messenger untuk chatting-nya. Masing-masing bikin bab-bab yang berbeda, lalu hasilnya dikirim via email, dikoreksi bareng-bareng. Saat mulai nge-print pun, dibagi rata, anak saya ngeprint yang bagiannya, temennya ngeprint yang menjadi jatahnya [maklum tinta printer kan mahal, katanya…]. Besoknya, di sekolah dijilid menjadi satu. Dampak lain internet bagi anak-anak, kalau toh ada, ya seringnya dipakai main game on line atau ber-friendster- ria, yang bisa berjam-jam lamanya, sehingga menambah argometer langganan internet hanya untuk kegiatan yang kurang produktif.. Terlepas dari itu everything is okay, kok.

Lebih dari itu, bagi para penggunanya, internet juga menjadi sebuah fenomena lompatan gaya hidup yang sangat revolusioner. Kalau dulu orang nongkrong di kafe butuh temen untuk bersosialisasi & mencari teman ngobrol, sebaliknya sekarang sendirian pun bisa tetap asyik karena bisa berinternet ria sambil ngopi [kayaknya memang sengaja mau ngopi sambil cari gratisan internet]. Kalau dulu konsep bekerja itu harus di kantor secara fisik, saat ini hanya bermodalkan laptop dan sambungan internet, siapapun juga bisa ‘ngantor’ di kafe-kafe yang ada hot-spot-nya seperti di Starbuck. Bahkan bagi sebagian orang, model mobile office ini sudah menjadi keharusan.

Sekaligus, internet juga menciptakan ketergantungan kepada para pengunanya. Siapapun Anda pasti merasa ketinggalan ‘berita’ dan ‘nggak merasa hidup’ bila tidak membuka e-mail, nggak chatting, nggak ngeblog, nggak browsing, nggak buka friendster, selama 1 minggu. Betul nggak? Bagi yang masih menjadi karyawan kantoran, begitu sampai di kantor, yang pertama dipegang adalah keyboard computer untuk membuka email, baca berita, baru kemudia bersosialisasi dengan yang lain. Bagi yang sudah menjadi pengusaha pun, internet juga menjadi sarapan paginya. Bahkan yang kebetulan tidak berada di rumah, pun langsung mencari-cari warnet untuk ritual nge-check & reply email yang memang sudah menjadi ruitnitas & keseharian.

So, kalau saat ini ditanyakan kepada kita semua, sanggupkah kita kembali ke jaman sebelum ada teknologi internet, pasti jawabannya serentak sama : “No way, lah yaaw…!”

Endro Wahyu Mardiyanto
TNM-E20 [mastermind JakTim]

1 comment:

Anonymous said...

Great work.