Thursday, May 17, 2007

Filosofi Kegagalan

Sebagai karyawan yang telah mencoba membuka usaha, kegagalan memang menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Saat bangkrut di usaha toko seluler [September 2006], saya betul-betul merasakan gimana 'sakitnya', apalagi 'mantan pacar' eh istri saya yang ngomel terus-terusan dan mengancam untuk melarang saya buka usaha yang lain lagi. Namun perlahan namun pasti saya mencoba memberi pengertian bahwa untuk mewujudkan mimpi memiliki usaha sendiri kita harus melewati berbagai "kondisi jalan", bisa mulus, bisa berliku, bisa juga terjal. Dan yang namanya belajar jadi pengusaha itu ibarat belajar naik sepeda, pasti ada jatuh bangunnya. Nanti kalau sudah lancar kan bisa ngebut.... wesss! Akhirnya, hingga detik ini istri tercinta masih merestui langkah saya untuk mewujudkan mimpi bisa jadi pengusaha.

Tulisan ini, pernah membangkitkan semangat saya untuk tidak menyerah tatkala gagal di usaha toko seluler dan berhasil mengikis mental block yang jadi penghambat hingga akhirnya saya memutuskan untuk berani buka usaha lagi.

Ada statement bijak yang mengatakan bahwa ‘kegagalan terbesar adalah bila kita tidak pernah berani untuk mencobanya’. Makna dari rangkaian kata-kata tsb. terasa sangat mendalam kalau kita mengkajinya secara lebih dalam lagi. Bagi karyawan yang ingin memperoleh passive income seperti saya, kalimat ini jelas memberikan inspirasi dan motivasi yang positif. Kalau ingin memperoleh passive income ya harus memulai usaha. Namun apa jadinya bila untuk memulai saja kita tidak pernah take action, jelas hasilnya adalah kegagalan sebelum memulai atau kalah sebelum berperang. Bila tidak pernah memulai action untuk menjadi pengusaha maka selamanya akan menjadi orang yang gagal menjadi pengusaha.

Statement lain mengatakan ‘berani sukses harus berani gagal’. Dalam memulai usaha mental harus sudah siap bahwa setiap usaha itu selalu mengandung 2 resiko. Ibarat 2 sisi mata uang yang berlawanan : ‘sukses atau ‘gagal’. Jadi kalau dalam memulai usaha kita berangan-angan untuk siap meraih kesuksesan berarti harus siap mental pula untuk mengalami kegagalan.

Lalu bagaimana seandainya, saat menjalankan usaha mengalami kegagalan? Bila setelah mengalami kegagalan terus kita jera untuk jadi pengusaha, ya berarti kita menjadi orang yang gagal. Kenapa gagal? Karena kita memutuskan berhenti untuk belajar jadi pengusaha setelah mengalami kegagalan atau kebangkrutan. Padahal seharusnya justru dari kegagalan ini kita harus belajar banyak dan mengevaluasi segala hal yang terkait dengan usaha tsb. Jadikan kegagalan tsb sebagai pengalaman atau guru terbaik untuk diri kita. Tentunya, dengan asumsi agar ke depannya kita tidak gagal lagi dan berhasil meraih sukses.

Sebagai karyawan yang kepingin menjadi pengusaha, mental kita harus terus diasah untuk tetap optimis mencoba dan mencoba lagi menjalankan usaha. Kata kuncinya ‘jangan pernah menyerah’. Ingat sukses itu milik siapa saja yang tetap mau berusaha. Semua orang punya hak untuk sukses. Sukses itu datangnya juga kapan saja, di mana saja. Sejarah juga telah mengajarkan kepada kita semua. Bagaimana seorang Thomas Edison berhasil menciptakan lampu pijar setelah melewati kegagalan dalam percobaannya lebih dari 10.000 kali percobaan. Dia tidak pernah berhenti untuk mencoba dan mencobanya lagi. Akhirnya, dia pun memperoleh kesuksesan yang luar biasa, karena penemuannya begitu bermanfaat bagi umat manusia sedunia hingga saat ini. Bahkan, pak H. Allay [sesepuh komunitas Tangan Di Atas] pun pernah bercerita bahwa beliau pernah bergonta-ganti usaha berkali-kali hingga akhirnya bisa menjadi seperti sekarang ini.

Belajar dari kegigihan Thomas Edison maupun pak H. Allay, jika ingin sukses kita harus bisa menggali potensi diri kita. Lalu belajar dan belajar terus untuk bisa menjadi pengusaha sukses. Belajar bisa dari mana saja, misal dari perjalanan sukses para pengusaha [karena sukses seorang pengusaha pasti ada jejaknya]. Di komunitas TDA ini kita bisa belajar banyak dari pak H. Allay, pak Roni, pak Agus Ali, pak Hadi Kuntoro, dan masih banyak lagi yang akan panjang daftarnya bila disebutkan semuanya. Belajar dari membaca buku-buku, majalah kewirausahaan yang mulai banyak di pasaran. Belajar langsung dari para pengusaha di seminar-seminar atau kursus-kursus singkat untuk calon pengusaha. Berinteraksi langsung dengan komunitas pengusaha baik melalui milis maupun kelompok-kelompok. Dst.

Kalau sudah memperoleh insight atau wawasan tentang kewirausahaan, mulailah take action. Beranikan diri kita untuk memulai usaha dari skala yang seminimal mungkin sehingga bila mengalami kegagalan masih siap menanggung resikonya. Bila mengalami kegagalan jangan kapok lantas berhenti untuk memulai lagi. Karena ‘gagal dalam mencoba’ jauh lebih baik ketimbang ‘tidak pernah gagal tetapi tidak pernah pula mencoba memulai usaha’.

Kembali ke filosofi kegagalan tadi, pertanyaannya adalah ‘beranikah kita untuk mencoba atau memulai untuk menjadi pengusaha’? Jawabannya berpulang kepada diri kita masing-masing. Karena dalam hidup ini terbentang serangkaian pilihan. Hendak ke mana langkah kita akan diayunkan? Setiap usaha pasti ada resiko meraih kesuksesan atau kegagalan? Atau kita berdiam diri saja – tidak take action - karena terlalu banyak berpikir dan menimbang untung-rugi sehingga akhirnya takut untuk memulai usaha?

Salam sukses TDA,
Endro WM
TNM-E20

08161996348
endrowm@yahoo.com

"begitu niat jadi TDA, ya dijalani saja. kalau sudah dijalani, ya harus diniati!"

No comments: