Tulisan ini mengacu pada pengalaman pribadi, tatkala menyaksikan dahsyatnya segala perubahan yang terjadi di sekitar kehidupan kita. Terutama perubahan yang terjadi di bidang ekonomi. Gara-gara krisis ekonomi yang tak kunjung membaik, serta adanya kenaikan BBM yang kemudian diikuti dengan kenaikan lain-lain, tiba-tiba segalanya terimbas oleh dampaknya.
Harga-harga kebutuhan pokok menjadi naik [saat ini pun yang namanya beras & minyak goreng harganya berubah terus] yang mengakibatkan daya beli masyarakat juga menurun drastis. Semua orang [yang waras] akhirnya mau tidak mau harus merubah pola pikirnya di bidang keuangan untuk mensiasati kesulitan ekonomi yang dialaminya. Karena 'rasa aman' secara ekonomi tiba-tiba menjadi 'tidak aman' lagi. Penghasilan yang tadinya cukup untuk menutupi kebutuhan hidup, tiba-tiba menjadi tidak cukup lagi, sehingga semua orang harus memutar otak untuk bisa mengatasi masalah ekonominya.
Beruntunglah bagi sebagian mereka yang mau 'berubah', dalam arti merubah gaya hidupnya, melakukan penghematan, menekan pengeluaran, yang tadinya merokok lalu berhenti merokok, yang tadinya naik mobil ke kantor berpindah ke busway dan bahkan naik sepedamotor, dsb. Setidaknya, mereka yang mau berubah masih dapat bertahan dan survive dalam menghadapi era perubahan tsb.
Berbahagialah pula mereka yang juga berani ‘berubah’ mengkritisi zona nyaman untuk take action memulai bisnis sendiri. Logikanya di saat perekonomian sedang sulit memulai usaha dan berhasil maju, bayangkan nantinya tatkala situasi ekonomi membaik, saya yakin pasti wess… wess… melajulah mereka di deretan terdepan.
'Berubah', inilah kata kuncinya. Di jaman yang serba sulit dan tidak menentu begini kita semua harus siap untuk berubah atau akan terlibas oleh perubahan itu sendiri.
Dari manakah kita harus memulai perubahan itu? Bila masih karyawan atau TDB [tangan di bawah] seperti saya, mulailah dari mindset atau pola pikir kita terlebih dahulu. Tanyakan pada diri sendiri, apakah kita harus jadi karyawan seumur hidup? Penghasilan sebagai karyawan sudahkah memberi jaminan untuk masa depan kita? Sebagai karyawan berpikirlah bila seandainya tiba-tiba kita terkena PHK, apa yang bisa kita lakukan? Dsb.
Tidak ada salahnya untuk mencuci otak kita seperti itu agar mulai memikirkan dan merencanakan untuk Take Action dan berjuang untuk memiliki usaha sendiri. Mulailah membuka diri untuk memperbanyak wawasan di bidang UKM. Perbanyak membaca berita-berita bisnis, buku-buku wirausaha yang saat ini bisa dengan begitu mudah ditemukan. Cobalah untuk bergabung dengan orang-orang yang sudah mulai terjun di dunia usaha. Cari tahu bagaimana kisah-kisah sukses mereka, karena semua kesuksesan itu pasti ada jejaknya. Sulit memang untuk mempraktekkannya. Apalagi kalau kita selama ini sudah merasa hidup nyaman di zona yang aman. Tapi dengan tekad yang kuat dan segera take action pasti akan ada cara dan jalan untuk mewujudkannya. Percayalah, semua pasti bisa! Karena saya telah mempraktekkannya. [kisahnya bisa dibaca dalam tulisan sebelumnya “tonggak perjalanan bisnisku, sebuah catatan yang tercecer”]
Kalau dikaji lebih jauh, keberanian untuk memulai usaha atau take action itu ternyata dasarnya bersumber dari keinginan untuk berani merubah mindset kita terlebih dulu. Pegang komitmen kita untuk selalu harus berubah, jangan selalu puas dengan apa yang kita capai maupun kemapanan yang menyesatkan. Karena bila terlalu lama kita menikmati hidup di zona aman, akan semakin lama dan sulit untuk mengantisipasi adanya perubahan di sekitar kita. Akan semakin sulit pula untuk berubah. Sebaiknya segera rubahlah pola pikir Anda, dan tancapkan keberanian untuk take action dan memulai merintis usaha sendiri. Dengan mencoba memulai usaha sekecil apapun akan membawa kebaikan di masa mendatang. Karena perjalanan 1000 langkah selalu harus diawali dengan langkah pertama.
Endro Wahyu M
TNM-E20
endrowm@yahoo.com
‘langkah pertama-lah yang menentukan nantinya’
Friday, June 29, 2007
Monday, June 25, 2007
Memikat wanita premium [belajar dari trend majalah wanita]
Maaf judul & tulisan ini bukan bermaksud untuk merendahkan ataupun melecehkan para wanita ataupun para ibu.
Just sharing buat temen-temen TDA-ers. Tadi siang after lunch di Mal Ambassador, iseng-iseng nongkrong di kios buku & majalah. Pas mata menjelajah ke rak majalah, barulah saya sadari bahwa ternyata keberadaan majalah wanita jumlahnya paling banyak, kalau dihitung bisa lebih dari 15 –an, belum lagi yang bentuknya tabloid. Bukan main. Harganya pun juga cukup mahal, kisarannya antara Rp 12,000 hingga Rp 50,000. Pas ngobrol sama penjualnya dapat informasi bahwa majalah-majalah wanita yang mahal, tetap berkibar meski dalam kondisi krisis ekonomi. Khalayak pembaca majalah jenis ini tidak terlalu terpengaruh oleh pergerakan harga. It’s right?
Saat mulai membuka isi artikelnya, rubriknya, juga iklan-iklannya, tambah sadar lagi, ternyata wanita kelas ‘premium’ [menengah ke atas] adalah obyek ‘jualan’ yang paling ‘menjanjikan’ seolah-olah ‘koceknya’ nggak ada habisnya. Ini fenomena menarik.
Saya jadi ingat obrolan sama pak Roni Yuzirman, September 2006, di depan mesjid UI Salemba [‘jenderal kita’ waktu itu memandu Tour de Sepatu ke pasar Jatinegara], kalau mau jualan sepatu ambil segmen khusus sepatu & sandal wanita kelas menengah atas. Waktu itu, akhirnya memang saya memilih jualan sepatu khusus wanita di Tanah Abang bersama TDA Sepatu.
Kalau kita amati, segala usaha yang terkait dengan target market wanita, khususnya yang kelas premium, memang kecenderungannya bisa terus berkembang. Lihat saja di sekitar kita, majalah, sepatu, fashion, busana, kerudung, salon, spa, aksesoris, jam tangan, perawatan kecantikan, shampoo, alat kesehatan, suplemen makanan, vitamin, susu, parfum, hair tonic, sabun, dan masih banyak lagi, semua trend nya berkembang maju. Bahkan untuk beberapa produk segmen anak-anak pun di mana ‘target sasaran jualan’ juga ibunya [sebagai pengambil keputusan di dalam keluarga] trendnya juga berkembang maju.
Nggak usah jauh-jauh, kalau dibuat data base, saya yakin bisnis para anggota komunitas TDA pun tidak luput dari trend ini, sebagian besar pasti juga menjadikan kaum wanita sebagai target marketnya. Dan saya yakin bisnisnya bertambah maju, ya nggak?
Nampaknya, fenomena ini tak lepas dari perkembangan jaman, di mana saat ini kaum hawa semakin sejajar dengan para lelaki dalam hal kemandirian, kemapanan, serta kematangannya. Tambah tahun, perkembangan wanita mandiri secara finansial ini juga bertambah banyak seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan kalangan ini. Meskipun demikian, mereka juga banyak yang tidak melupakan perannya sebagai ibu rumah tangga. Di level ini, para ibu memang menjadi pengelola utama keuangan keluargan yang juga pengambil keputusan untuk berbelanja.
Fakta lain, menegaskan bahwa hampir semua wanita, karir maupun ibu rumah tangga, senang dengan aktivitas berbelanja. Ada semacam rasa bahagia dalam benak mereka saat berbelanja. Terutama bagi mereka yang telah mandiri secara finansial dan lekat dengan gaya hidup metroseksual. [bener nggak sih…???] Mereka inilah target market paling potensial saat ini bila kita mau menyasar ke arah mana target ‘jualan’ segala macam produk kita.
Belajar dari trend majalah wanita kelas premium yang tetap laku meskipun krisis, jelas menunjukkan bahwa untuk saat ini sebaiknya kalau bisnis kita kepingin bisa maju dan berkembang secara signifikan ya harus membidik sasaran wanita ‘kelas premium’ ini. Kita harus dapat memikat wanita premium yang jelas-jelas daya belinya memang ‘nggak terpengaruh’ dengan situasi ekonomi saat ini.
Pertanyaan berikutnya, sudahkah usaha yang kita rintis & kita tekuni selama ini ada yang menyasar dan ‘nyangkut’ ke target market para wanita premium ini? Saya sudah memulai dengan mencoba jualan sepatu wanita dan kerudung [yang terus saya kembangkan ke arah yang lebih premium].
So, yang mau take action memulai usaha, yang mau nambah usaha, dan yang mau mengembangkan usahanya, barangkali boleh mulai memikirkan, memahami dan mencari ide-ide liar tapi canggih bagaimana memikat para ‘wanita premium’ ini. Malahan kalau perlu kita gali lebih dalam lagi & explore ‘habis-habisan’ peluang bisnis apa saja yang masih bisa diciptakan dan digarap berkaitan dengan munculnya fenomena ‘wanita premium’ yang ‘doyan belanja’ ini. Bila berhasil nge-‘click’ tentunya hasil yang luar biasa bakal menanti kita semua. Semoga.
Endro Wahyu Mardiyanto
TNM-E20
Email : endrowm@yahoo.com
Blog : http://endrowahmar.blogspot.com
‘think simple act tangible’
Just sharing buat temen-temen TDA-ers. Tadi siang after lunch di Mal Ambassador, iseng-iseng nongkrong di kios buku & majalah. Pas mata menjelajah ke rak majalah, barulah saya sadari bahwa ternyata keberadaan majalah wanita jumlahnya paling banyak, kalau dihitung bisa lebih dari 15 –an, belum lagi yang bentuknya tabloid. Bukan main. Harganya pun juga cukup mahal, kisarannya antara Rp 12,000 hingga Rp 50,000. Pas ngobrol sama penjualnya dapat informasi bahwa majalah-majalah wanita yang mahal, tetap berkibar meski dalam kondisi krisis ekonomi. Khalayak pembaca majalah jenis ini tidak terlalu terpengaruh oleh pergerakan harga. It’s right?
Saat mulai membuka isi artikelnya, rubriknya, juga iklan-iklannya, tambah sadar lagi, ternyata wanita kelas ‘premium’ [menengah ke atas] adalah obyek ‘jualan’ yang paling ‘menjanjikan’ seolah-olah ‘koceknya’ nggak ada habisnya. Ini fenomena menarik.
Saya jadi ingat obrolan sama pak Roni Yuzirman, September 2006, di depan mesjid UI Salemba [‘jenderal kita’ waktu itu memandu Tour de Sepatu ke pasar Jatinegara], kalau mau jualan sepatu ambil segmen khusus sepatu & sandal wanita kelas menengah atas. Waktu itu, akhirnya memang saya memilih jualan sepatu khusus wanita di Tanah Abang bersama TDA Sepatu.
Kalau kita amati, segala usaha yang terkait dengan target market wanita, khususnya yang kelas premium, memang kecenderungannya bisa terus berkembang. Lihat saja di sekitar kita, majalah, sepatu, fashion, busana, kerudung, salon, spa, aksesoris, jam tangan, perawatan kecantikan, shampoo, alat kesehatan, suplemen makanan, vitamin, susu, parfum, hair tonic, sabun, dan masih banyak lagi, semua trend nya berkembang maju. Bahkan untuk beberapa produk segmen anak-anak pun di mana ‘target sasaran jualan’ juga ibunya [sebagai pengambil keputusan di dalam keluarga] trendnya juga berkembang maju.
Nggak usah jauh-jauh, kalau dibuat data base, saya yakin bisnis para anggota komunitas TDA pun tidak luput dari trend ini, sebagian besar pasti juga menjadikan kaum wanita sebagai target marketnya. Dan saya yakin bisnisnya bertambah maju, ya nggak?
Nampaknya, fenomena ini tak lepas dari perkembangan jaman, di mana saat ini kaum hawa semakin sejajar dengan para lelaki dalam hal kemandirian, kemapanan, serta kematangannya. Tambah tahun, perkembangan wanita mandiri secara finansial ini juga bertambah banyak seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan kalangan ini. Meskipun demikian, mereka juga banyak yang tidak melupakan perannya sebagai ibu rumah tangga. Di level ini, para ibu memang menjadi pengelola utama keuangan keluargan yang juga pengambil keputusan untuk berbelanja.
Fakta lain, menegaskan bahwa hampir semua wanita, karir maupun ibu rumah tangga, senang dengan aktivitas berbelanja. Ada semacam rasa bahagia dalam benak mereka saat berbelanja. Terutama bagi mereka yang telah mandiri secara finansial dan lekat dengan gaya hidup metroseksual. [bener nggak sih…???] Mereka inilah target market paling potensial saat ini bila kita mau menyasar ke arah mana target ‘jualan’ segala macam produk kita.
Belajar dari trend majalah wanita kelas premium yang tetap laku meskipun krisis, jelas menunjukkan bahwa untuk saat ini sebaiknya kalau bisnis kita kepingin bisa maju dan berkembang secara signifikan ya harus membidik sasaran wanita ‘kelas premium’ ini. Kita harus dapat memikat wanita premium yang jelas-jelas daya belinya memang ‘nggak terpengaruh’ dengan situasi ekonomi saat ini.
Pertanyaan berikutnya, sudahkah usaha yang kita rintis & kita tekuni selama ini ada yang menyasar dan ‘nyangkut’ ke target market para wanita premium ini? Saya sudah memulai dengan mencoba jualan sepatu wanita dan kerudung [yang terus saya kembangkan ke arah yang lebih premium].
So, yang mau take action memulai usaha, yang mau nambah usaha, dan yang mau mengembangkan usahanya, barangkali boleh mulai memikirkan, memahami dan mencari ide-ide liar tapi canggih bagaimana memikat para ‘wanita premium’ ini. Malahan kalau perlu kita gali lebih dalam lagi & explore ‘habis-habisan’ peluang bisnis apa saja yang masih bisa diciptakan dan digarap berkaitan dengan munculnya fenomena ‘wanita premium’ yang ‘doyan belanja’ ini. Bila berhasil nge-‘click’ tentunya hasil yang luar biasa bakal menanti kita semua. Semoga.
Endro Wahyu Mardiyanto
TNM-E20
Email : endrowm@yahoo.com
Blog : http://endrowahmar.blogspot.com
‘think simple act tangible’
Monday, June 18, 2007
Pentingkah mengantisipasi perubahan perilaku konsumen?
Dunia ini selalu berubah. Setiap perubahan yang terjadi selalu membawa dampak positif maupun negatif bagi hidup kita. Termasuk untuk usaha yang sedang kita rintis. Sejatinya bisnis yang kita tekuni memang tidak pernah lepas dari arus besar perubahan. Salah satunya adalah perubahan perilaku konsumen.
Kalau ditelisik lebih dalam, yang namanya perilaku konsumen dari hari ke hari mengalami perubahan yang cukup drastis dan tidak sesederhana dugaan kita. Karena konsumen selalu cenderung untuk tidak puas dengan produk-produk yang ditawarkan. Mereka selalu menuntut untuk mencari yang baru, yang lebih ini, lebih itu, lebih… dan lebih lagi…
Hal ini saya alami saat berdialog dengan calon pembeli di toko sepatu wanita saya di Tanah Abang [TDA Sepatu]. Tuntutan konsumen yang kebanyakan para ibu itu biasanya seputar ini : “Ada nggak yang modelnya begini… begitu…”. Atau komentar lain : “Sebenarnya yang ini modelnya oke… tapi ada nggak yang haknya lebih tinggi?” Malah ada yang bikin ‘grogi’, karena barang yang kita pajang dianggapnya modelnya sudah ketinggalan. [Memang sih, yang namanya model sepatu & sandal wanita itu perubahannya cukup cepat]. Dan masih banyak lagi. Kalau semuanya harus kita ikuti, sepertinya kita kok harus menyediakan 1000 model yang harus selalu up to date. Wow! Untuk ‘pemain pemula’ seperti saya nampaknya sulit untuk mewujudkannya.
Begitu pula dengan pengalaman istri saya, yang selama 3 minggu mencoba take action dengan jualan kerudung [kulakan dari tokonya pak H. Allay] dengan cara ‘door to door’ ke satu kelompok arisan dan ke kelompok pengajian di sekitar komplek tempat tinggal kami. Meskipun yang terjual lumayan banyak, tapi juga berhadapan dengan konsumen yang menuntut lebih dari yang ditawarkan. Kepingin yang begini lah, yang begitu lah… pokoknya kerudung yang ditawarkan selalu ada saja kekurangannya [padahal yang ditawarkan lebih dari 6 model]. Lagi-lagi juga masalah tuntutan model, jenis bahan, hiasan, warna dsb. Kita anggap ini sebagai pembelajaran, karena memang baru mencoba nge-test market, seperti apa sih kerudung yang digemari saat ini.
Kalau kita cermati gejala perubahan perilaku konsumen yang lebih revolusioner lagi justru terjadi pada target konsumen anak muda. Lihat saja perilaku mereka sehari-hari. Meskipun mereka sering dijadikan obyek serta target jualan, seringkali justru mereka lah yang berhasil mendikte produsen. Karena kenyataannya para anak muda ini yang sering justru menciptakan trend [trend setter] seperti bahasa-bahasa sendiri, jargon-jargon mereka sendiri, modifikasi motor/mobil, model fashion & aksesoris sendiri yang juga selalu berubah-ubah [beruntunglah bagi para pemilik distro yang jeli yang selalu mengikuti trend]. Dan ini juga penting untuk diantisipasi oleh mitra saya di bisnis warnet [tim Alphanet, pak Adzan, pak Dedy & pak Dimas]. Kira-kira mau ke arah mana tuntutan trend mereka sebagai konsumen dari layanan warnet Alphanet nantinya.
Pelajaran yang dapat saya petik dari pengalaman di atas, bahwa ternyata perilaku konsumen itu memang selalu berubah seiring berjalannya waktu. Lalu bagaimanakah kita harus bersikap? Don’t give up! Kita harus selalu belajar mengantisipasi datangnya perubahan perilaku konsumen tsb. Kita harus berpikir rasional, dan memiliki intuisi yang tajam untuk memahami gejala perubahan ini.
Dengan kata lain, perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat ini, sama sekali tidak memperbolehkan kita untuk berdiam diri terlalu lama di tingkat wacana, apalagi duduk diam menggerutu memprotes keadaan yang tidak menentu. Sudah seharusnya kita fleksibel dan mencari cara yang lebih cerdas untuk menghadapi mekanisme pasar yang arus perubahannya kian liar [kayaknya gampang ya… tapi..???].
Saya jadi teringat, saat beberapa bulan yang lalu ikut training di Mark Plus-nya Hermawan Kertajaya, tatkala membahas ‘Strategic Advertising & Promotion’. Sebagai pemasar, kita harus be proactive. Proactive is about competing for the future. Yang menganjurkan kita untuk selalu bersikap proaktif agar selalu siap berkompetisi untuk masa depan. Dan harus mampu mendobrak sistem yang mapan & stagnan dengan terobosan-terobosan baru.
Bagi saya makna proaktif, tak hanya sekadar menggali kebutuhan konsumen yang masih tersembunyi ataupun mengantisipasi adanya perubahan perilaku konsumen, tetapi lebih dari itu.
Kalau dari kasus di atas adalah kita yang selalu didikte oleh konsumen [karena konsumen is the king yang harus selalu kita ikuti kemauannya], maka mulai sekarang saatnya bagi kita untuk mendikte konsumen. Kita harus mampu mengarahkan konsumen menyukai apa yang kita tawarkan. Kita harus mengajari mereka, bahkan bila perlu kita harus dapat menjadi trendsetter dan menciptakan kebutuhan baru bagi mereka.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah : mungkinkah kita mampu mendikte konsumen atau market? Inilah tantangan ke depan bagi kita semua yang bergelut di bidang retail business.
Bagaimana caranya? Ya coba kita gali dari ide-ide kecil yang sederhana dulu, sambil terus berpikir lepas seperti anak kecil. Siapa tahu di tengah berjalannya usaha kita nantinya ketemu dengan ‘aha’ yang berdampak dahsyat. Semoga.
Kembali ke jualan kerudung tadi, setelah mendiskusikan ‘pelajaran berharga’ di atas, istri saya mencoba merubah tampilan beberapa kerudung yang polos. Kebetulan ia suka menyulam pita dan merenda. Berangkat dari niat untuk memberi nilai tambah dan mencoba menciptakan trend, maka disulaplah 3 kerudung [buat contoh] menjadi berhiaskan renda pinggirannya lalu ditambah sulam pita di bagian atasnya. Ternyata saat dipakai ke ITC Ambassador [ke toko kerudung langganan] malah dapat orderan sulam pita yang cukup banyak [30 kodi]. Nah lho. Padahal kan belum punya tim penyulam pita. Mudah-mudahan keinginan untuk merekrut tenaga sulam pita dapat terlaksana dalam waktu dekat. Doain ya…
Demikian sharing pengalaman saat berhadapan dengan perubahan perilaku konsumen yang pernah saya alami. Bagi saya pribadi yang mencoba take action dulu sambil terus belajar, nampaknya memang harus lebih banyak lagi belajar dan belajar lagi untuk memahami seluk beluk dari a sampai z profil konsumen kita.
Endro Wahyu M
TNM-E20
Email: endrowm@yahoo.com
Blog : http://www.endrowahmar.blogspot.com/
‘yang lagi belajar bisnis lebih baik’
Kalau ditelisik lebih dalam, yang namanya perilaku konsumen dari hari ke hari mengalami perubahan yang cukup drastis dan tidak sesederhana dugaan kita. Karena konsumen selalu cenderung untuk tidak puas dengan produk-produk yang ditawarkan. Mereka selalu menuntut untuk mencari yang baru, yang lebih ini, lebih itu, lebih… dan lebih lagi…
Hal ini saya alami saat berdialog dengan calon pembeli di toko sepatu wanita saya di Tanah Abang [TDA Sepatu]. Tuntutan konsumen yang kebanyakan para ibu itu biasanya seputar ini : “Ada nggak yang modelnya begini… begitu…”. Atau komentar lain : “Sebenarnya yang ini modelnya oke… tapi ada nggak yang haknya lebih tinggi?” Malah ada yang bikin ‘grogi’, karena barang yang kita pajang dianggapnya modelnya sudah ketinggalan. [Memang sih, yang namanya model sepatu & sandal wanita itu perubahannya cukup cepat]. Dan masih banyak lagi. Kalau semuanya harus kita ikuti, sepertinya kita kok harus menyediakan 1000 model yang harus selalu up to date. Wow! Untuk ‘pemain pemula’ seperti saya nampaknya sulit untuk mewujudkannya.
Begitu pula dengan pengalaman istri saya, yang selama 3 minggu mencoba take action dengan jualan kerudung [kulakan dari tokonya pak H. Allay] dengan cara ‘door to door’ ke satu kelompok arisan dan ke kelompok pengajian di sekitar komplek tempat tinggal kami. Meskipun yang terjual lumayan banyak, tapi juga berhadapan dengan konsumen yang menuntut lebih dari yang ditawarkan. Kepingin yang begini lah, yang begitu lah… pokoknya kerudung yang ditawarkan selalu ada saja kekurangannya [padahal yang ditawarkan lebih dari 6 model]. Lagi-lagi juga masalah tuntutan model, jenis bahan, hiasan, warna dsb. Kita anggap ini sebagai pembelajaran, karena memang baru mencoba nge-test market, seperti apa sih kerudung yang digemari saat ini.
Kalau kita cermati gejala perubahan perilaku konsumen yang lebih revolusioner lagi justru terjadi pada target konsumen anak muda. Lihat saja perilaku mereka sehari-hari. Meskipun mereka sering dijadikan obyek serta target jualan, seringkali justru mereka lah yang berhasil mendikte produsen. Karena kenyataannya para anak muda ini yang sering justru menciptakan trend [trend setter] seperti bahasa-bahasa sendiri, jargon-jargon mereka sendiri, modifikasi motor/mobil, model fashion & aksesoris sendiri yang juga selalu berubah-ubah [beruntunglah bagi para pemilik distro yang jeli yang selalu mengikuti trend]. Dan ini juga penting untuk diantisipasi oleh mitra saya di bisnis warnet [tim Alphanet, pak Adzan, pak Dedy & pak Dimas]. Kira-kira mau ke arah mana tuntutan trend mereka sebagai konsumen dari layanan warnet Alphanet nantinya.
Pelajaran yang dapat saya petik dari pengalaman di atas, bahwa ternyata perilaku konsumen itu memang selalu berubah seiring berjalannya waktu. Lalu bagaimanakah kita harus bersikap? Don’t give up! Kita harus selalu belajar mengantisipasi datangnya perubahan perilaku konsumen tsb. Kita harus berpikir rasional, dan memiliki intuisi yang tajam untuk memahami gejala perubahan ini.
Dengan kata lain, perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat ini, sama sekali tidak memperbolehkan kita untuk berdiam diri terlalu lama di tingkat wacana, apalagi duduk diam menggerutu memprotes keadaan yang tidak menentu. Sudah seharusnya kita fleksibel dan mencari cara yang lebih cerdas untuk menghadapi mekanisme pasar yang arus perubahannya kian liar [kayaknya gampang ya… tapi..???].
Saya jadi teringat, saat beberapa bulan yang lalu ikut training di Mark Plus-nya Hermawan Kertajaya, tatkala membahas ‘Strategic Advertising & Promotion’. Sebagai pemasar, kita harus be proactive. Proactive is about competing for the future. Yang menganjurkan kita untuk selalu bersikap proaktif agar selalu siap berkompetisi untuk masa depan. Dan harus mampu mendobrak sistem yang mapan & stagnan dengan terobosan-terobosan baru.
Bagi saya makna proaktif, tak hanya sekadar menggali kebutuhan konsumen yang masih tersembunyi ataupun mengantisipasi adanya perubahan perilaku konsumen, tetapi lebih dari itu.
Kalau dari kasus di atas adalah kita yang selalu didikte oleh konsumen [karena konsumen is the king yang harus selalu kita ikuti kemauannya], maka mulai sekarang saatnya bagi kita untuk mendikte konsumen. Kita harus mampu mengarahkan konsumen menyukai apa yang kita tawarkan. Kita harus mengajari mereka, bahkan bila perlu kita harus dapat menjadi trendsetter dan menciptakan kebutuhan baru bagi mereka.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah : mungkinkah kita mampu mendikte konsumen atau market? Inilah tantangan ke depan bagi kita semua yang bergelut di bidang retail business.
Bagaimana caranya? Ya coba kita gali dari ide-ide kecil yang sederhana dulu, sambil terus berpikir lepas seperti anak kecil. Siapa tahu di tengah berjalannya usaha kita nantinya ketemu dengan ‘aha’ yang berdampak dahsyat. Semoga.
Kembali ke jualan kerudung tadi, setelah mendiskusikan ‘pelajaran berharga’ di atas, istri saya mencoba merubah tampilan beberapa kerudung yang polos. Kebetulan ia suka menyulam pita dan merenda. Berangkat dari niat untuk memberi nilai tambah dan mencoba menciptakan trend, maka disulaplah 3 kerudung [buat contoh] menjadi berhiaskan renda pinggirannya lalu ditambah sulam pita di bagian atasnya. Ternyata saat dipakai ke ITC Ambassador [ke toko kerudung langganan] malah dapat orderan sulam pita yang cukup banyak [30 kodi]. Nah lho. Padahal kan belum punya tim penyulam pita. Mudah-mudahan keinginan untuk merekrut tenaga sulam pita dapat terlaksana dalam waktu dekat. Doain ya…
Demikian sharing pengalaman saat berhadapan dengan perubahan perilaku konsumen yang pernah saya alami. Bagi saya pribadi yang mencoba take action dulu sambil terus belajar, nampaknya memang harus lebih banyak lagi belajar dan belajar lagi untuk memahami seluk beluk dari a sampai z profil konsumen kita.
Endro Wahyu M
TNM-E20
Email: endrowm@yahoo.com
Blog : http://www.endrowahmar.blogspot.com/
‘yang lagi belajar bisnis lebih baik’
Saturday, June 16, 2007
Kita memang harus kaya.
Bagi yang sering mengikuti dakwah Aa Gym, pasti sudah sering mendengar anjurannya bahwa kita sebagai penganut muslim memang harus kaya & kecukupan. Kalau dulu sepertinya kita kok tabu ya bicara tentang kekayaan. Seolah-olah kok terkait dengan kesombongan dan keserakahan. Bahkan untuk bicara tentang 'kaya' seringkali diperhalus menjadi ‘kecukupan’.
Namun saat ini, seiring dengan kemajuan budaya komunikasi dan informasi yang terbuka luas, bicara tentang kekayaan kok rasanya biasa saja. Saya sangat setuju sekali bahwa umat Islam harus kaya. Rasulullah pun juga menganjurkan kepada umatnya agar berniaga dan mengumpulkan kekayaan asalkan tetap bertakwa.
Jadi kenapa sebagai muslim kita harus kaya menjadi gamblang logikan berpikirnya.
1. Bayangkan saja, setiap aktivitas ibadah kita sebagai umat Islam pastilah membutuhkan fasilitas-fasilitas termasuk dukungan finansial agar dapat dilakukan secara sempurna. Harus menutup aurat dengan pakaian yang bersih, kalau kita tak punya uang untuk membelinya kan jadi repot. Bagaimana bisa shalat dengan tenang kalau perut lapar, anak menangis minta susu. Bagaimana bisa bersedekah, menyantuni fakir miskin, berhaji ke baitullaah yang memerlukan biaya cukup besar.
2. Bagaimana dapat menyekolahkan anak-anak untuk menuntut ilmu bila tak ada kekayaan sama sekali. Bila generasi penerus kita pendidikannya rendah berarti akses ke bidang intelektual di masa mendatang pun menjadi terhambat, karena pendidikan di era informasi seperti saat ini memerlukan biaya yang sangat tinggi. Padahal pendidikan sangat terkait erat dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) pada umumnya. Bila pendidikan tidak terjangkau oleh umat karena problem ekonomi tadi maka dampak ke depannya adalah hilangnya generasi Islam yang berkualitas.
So tidak ada salahnya kita mengharap dan bekerja keras menjemput rejeki untuk bisa jadi kaya, asalkan niat dan cara mendapatkannya benar dan halal. Kekayaan bagi kita sangat berguna untuk menopang hidup. Selebihnya bisa dibelanjakan dalam hal kebaikan demi mengharapkan ridha Allah. Semoga.
Endro Wahyu M
TNM-E20 [mastermind Jakarta Timur]
endrowm@yahoo.com
'uang akan muncul di tempat orang-orang yang mencarinya'
Namun saat ini, seiring dengan kemajuan budaya komunikasi dan informasi yang terbuka luas, bicara tentang kekayaan kok rasanya biasa saja. Saya sangat setuju sekali bahwa umat Islam harus kaya. Rasulullah pun juga menganjurkan kepada umatnya agar berniaga dan mengumpulkan kekayaan asalkan tetap bertakwa.
Jadi kenapa sebagai muslim kita harus kaya menjadi gamblang logikan berpikirnya.
1. Bayangkan saja, setiap aktivitas ibadah kita sebagai umat Islam pastilah membutuhkan fasilitas-fasilitas termasuk dukungan finansial agar dapat dilakukan secara sempurna. Harus menutup aurat dengan pakaian yang bersih, kalau kita tak punya uang untuk membelinya kan jadi repot. Bagaimana bisa shalat dengan tenang kalau perut lapar, anak menangis minta susu. Bagaimana bisa bersedekah, menyantuni fakir miskin, berhaji ke baitullaah yang memerlukan biaya cukup besar.
2. Bagaimana dapat menyekolahkan anak-anak untuk menuntut ilmu bila tak ada kekayaan sama sekali. Bila generasi penerus kita pendidikannya rendah berarti akses ke bidang intelektual di masa mendatang pun menjadi terhambat, karena pendidikan di era informasi seperti saat ini memerlukan biaya yang sangat tinggi. Padahal pendidikan sangat terkait erat dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) pada umumnya. Bila pendidikan tidak terjangkau oleh umat karena problem ekonomi tadi maka dampak ke depannya adalah hilangnya generasi Islam yang berkualitas.
So tidak ada salahnya kita mengharap dan bekerja keras menjemput rejeki untuk bisa jadi kaya, asalkan niat dan cara mendapatkannya benar dan halal. Kekayaan bagi kita sangat berguna untuk menopang hidup. Selebihnya bisa dibelanjakan dalam hal kebaikan demi mengharapkan ridha Allah. Semoga.
Endro Wahyu M
TNM-E20 [mastermind Jakarta Timur]
endrowm@yahoo.com
'uang akan muncul di tempat orang-orang yang mencarinya'
Thursday, June 14, 2007
Nikmat dari Allah SWT, begitu luar biasa & tak terhingga
Setiap pagi, begitu bangun tidur dan usai menjalankan sholat, aku selalu duduk & merenung sejenak tentang apa saja yang menyangkut kehidupan sehari-hari. Baik yang telah berlalu maupun yang akan datang. Selesai menjalankan ritual merenung sejenak, barulah mulai merencanakan apa yang hendak dilakukan seharian nanti.
Pagi ini, tiba-tiba terpikir dalam benak ‘betapa beruntungnya aku’ sebagai manusia yang diberi kenikmatan hidup sedemikian rupa oleh Allah SWT. Hidupku selama ini kok rasanya mengalir begitu saja bagaikan air. Dan selama ini tanpa sadar begitu tak terhingga ‘nikmat yang diberikan Allah SWT’ kepadaku, Amin. Iseng-iseng kucoba mulai menghitung nikmat Allah tsb. Bayangkan, begitu bangun tidur, udara pagi nan segar telah tersedia begitu banyaknya untuk dihirup tanpa harus susah payah mencarinya. Saat minum air putih segelas pun langsung terasa nikmatnya diberi kesehatan sehingga masih dapat menjalani hidup ini. Melihat istri dan anak-anak yang menyusul bangun juga langsung mengingatkanku bahwa aku telah diberi nikmat dan kepercayaan untuk membangun keluarga yang sakhinah.
Kemudian berlanjut dengan nikmat Allah yang telah memberiku tempat berteduh yang layak untuk keluargaku. Nikmat diberi kemudahan untuk menjemput rejeki melalui pekerjaan selama ini, dan beberapa usaha yang memberi passive income. Nikmat bisa menikmati makanan halal bersama keluarga. Nikmat bisa menyekolahkan anak-anak di sekolahan yang terbaik. Nikmat masih bisa bernafas dan diberi umur panjang. Nikmat diberi keselamatan. Nikmat ini… nikmat itu… nikmat…nikmat… dst. yang semuanya kalau dikaji terasa begitu luar biasa.Ya Allah sepertinya kok begitu banyak dan begitu melimpah ruah nikmat yang telah Allah berikan kepadaku, kepada keluargaku, kepada seluruh manusia. Ternyata karena begitu tak terhingganya nikmat yang Allah berikan, aku pun tak mampu lagi untuk menghitungnya.
Sudah seharusnya aku harus mengucap syukur dan terima kasih setiap waktu bila membahas tentang nikmat yang Allah telah berikan.Tapi jujur saja, sebagai manusia seringkali aku terlewat untuk mengucap syukur & berterima kasih atas nikmat yang telah Allah berikan. Jangankan mengucap syukur dan berterima kasih, menjalankan ibadah yang Allah wajibkan seperti sholat 5 waktu, puasa, zakat, amal, menyantuni anak yatim, piatu dan kaum dhluafa, dll. pun aku belum dapat melaksanakannya dengan baik dan benar.
Sungguh aku tidak fair. Allah telah memberikan segalanya untukku, tapi sebaliknya mengucapkan puji syukur dan terima kasih yang begitu mudah untuk dilakukan pun aku sering terlupa dan terlewati.Ya Allah ampunilah aku. Mudah-mudahan seiiring dengan seringnya aku merenung dan mengingat akan tak terhingganya nikmat yang Allah berikan kepadaku, aku akan selalu mengucap syukur dan terima kasih dan dapat melaksanakan segala yang diwajibkan untuk ku. Amin.
Endro Wahyu M
[yang ingin selalu berubah menjadi lebih baik]
endrowm@yahoo.com
Pagi ini, tiba-tiba terpikir dalam benak ‘betapa beruntungnya aku’ sebagai manusia yang diberi kenikmatan hidup sedemikian rupa oleh Allah SWT. Hidupku selama ini kok rasanya mengalir begitu saja bagaikan air. Dan selama ini tanpa sadar begitu tak terhingga ‘nikmat yang diberikan Allah SWT’ kepadaku, Amin. Iseng-iseng kucoba mulai menghitung nikmat Allah tsb. Bayangkan, begitu bangun tidur, udara pagi nan segar telah tersedia begitu banyaknya untuk dihirup tanpa harus susah payah mencarinya. Saat minum air putih segelas pun langsung terasa nikmatnya diberi kesehatan sehingga masih dapat menjalani hidup ini. Melihat istri dan anak-anak yang menyusul bangun juga langsung mengingatkanku bahwa aku telah diberi nikmat dan kepercayaan untuk membangun keluarga yang sakhinah.
Kemudian berlanjut dengan nikmat Allah yang telah memberiku tempat berteduh yang layak untuk keluargaku. Nikmat diberi kemudahan untuk menjemput rejeki melalui pekerjaan selama ini, dan beberapa usaha yang memberi passive income. Nikmat bisa menikmati makanan halal bersama keluarga. Nikmat bisa menyekolahkan anak-anak di sekolahan yang terbaik. Nikmat masih bisa bernafas dan diberi umur panjang. Nikmat diberi keselamatan. Nikmat ini… nikmat itu… nikmat…nikmat… dst. yang semuanya kalau dikaji terasa begitu luar biasa.Ya Allah sepertinya kok begitu banyak dan begitu melimpah ruah nikmat yang telah Allah berikan kepadaku, kepada keluargaku, kepada seluruh manusia. Ternyata karena begitu tak terhingganya nikmat yang Allah berikan, aku pun tak mampu lagi untuk menghitungnya.
Sudah seharusnya aku harus mengucap syukur dan terima kasih setiap waktu bila membahas tentang nikmat yang Allah telah berikan.Tapi jujur saja, sebagai manusia seringkali aku terlewat untuk mengucap syukur & berterima kasih atas nikmat yang telah Allah berikan. Jangankan mengucap syukur dan berterima kasih, menjalankan ibadah yang Allah wajibkan seperti sholat 5 waktu, puasa, zakat, amal, menyantuni anak yatim, piatu dan kaum dhluafa, dll. pun aku belum dapat melaksanakannya dengan baik dan benar.
Sungguh aku tidak fair. Allah telah memberikan segalanya untukku, tapi sebaliknya mengucapkan puji syukur dan terima kasih yang begitu mudah untuk dilakukan pun aku sering terlupa dan terlewati.Ya Allah ampunilah aku. Mudah-mudahan seiiring dengan seringnya aku merenung dan mengingat akan tak terhingganya nikmat yang Allah berikan kepadaku, aku akan selalu mengucap syukur dan terima kasih dan dapat melaksanakan segala yang diwajibkan untuk ku. Amin.
Endro Wahyu M
[yang ingin selalu berubah menjadi lebih baik]
endrowm@yahoo.com
Monday, June 4, 2007
Catatan lepas, dibuang kok sayang...
[Yang tercecer dari pengajian TDA Qolbun Salim 3 Juni 2007]
Luar biasa & dahsyat… pencerahan yang bisa diperoleh dari kajian TDA Qolbun Salim, 3 Juni 2007, di rumah pak H. Allay kemarin. Begitu banyak ilmu, wawasan & wacana baru yang terungkap baik dari pak Ustadz Hudzaifah, pak H. Allay sebagai tuan rumah, dan kejutan peluang usaha yang ditawarkan oleh pak Dr. Edison [teman pak H. Allay yang juga seorang peneliti dengan 3 gelar S3, pengusaha yang peduli dengan bangsanya].
Kajian Ustadz Hudzaifah:
Pak Ustadz ‘Bang Hud’, begitulah panggilan dari ustadz Hudzaifah, memulai siraman rohaninya dengan mengupas perilaku kita semua yang tujuan hidupnya mengejar kebahagiaan. Kita kepingin kaya, kepingin punya rumah bagus, kepingin punya mobil bagus, dsb. intinya adalah kepingin hidup bahagia. Sayangnya, kebahagiaan yang kita kejar ini, semua ukurannya adalah materi. Padahal kebahagiaan itu kan ukurannya bukan materi, tetapi sesuatu yang hanya bisa dirasakan di dalam hati, perasaan & pikiran [psikologis]. Makanya beliau menegaskan bahwa cara kita menyetarakan kebahagiaan dengan terpenuhinya semua keinginan materi itu nggak nyambung. Ingat semua yang bersifat materi itu bisa dibeli, tapi kalau kebahagiaan kan nggak ada yang jual.
Rujukan yang digunakan untuk menjelaskan makna kebahagiaan lebih jauh adalah surat Al Mu’minun ayat 1 s.d 11. Rumus utama sukses adalah ‘kesuksesan = kebahagiaan = keyakinan’. Untuk meraih sukses, kita harus memperbaiki diri kita sendiri terlebih dahulu, keluarga kita, orang-orang terdekat kita barulah merambah ke lingkaran yang lebih besar lagi. Dan Allah SWT berjanji & memberi garansi sukses dunia akhirat jangka panjang bagi orang yang beriman. Jadi kalau mau sukses, rumusnya cuma satu yaitu ‘keyakinan’ [sesuatu yang kita ucapkan dalam hati dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari].
Sebagai makhluk Allah, manusia belum bisa mengoptimalkan tambang emas yang diberikan Allah yaitu ‘hati’ dan ‘akal’. Semua kehebatan temuan manusia itu barulah 5% dari kemampuan otak, sisanya masih menjadi ‘sleeping giant’. Bayangkan bila kita sudah dapat memaksimalkan ‘hati’ & ‘akal’, apapun yang kita inginkan akan dengan mudah bisa diwujudkan. Ustadz juga menambahkan bahwa kecerdasan intelektual saja nggak cukup, perlu juga diseimbangkan dengan kecerdasan emosional.
Menurut beliau juga, Indonesia yang sedang krisis ini akan susah bangkitnya, karena rusaknya ‘keimanan’ bangasa kita. Banyak orang yang hanya mengejar kebahagiaan lewat materi. Itulah urgensinya kebangkitan umat Islam sesegera mungkin. Sekarang juga harus kita mulai. Saat ini eranya muslim untuk jadi panutan dunia. Diingatkan pula bahwa menjadi muslim itu wajib kaya. Kalau tidak kaya tidak bisa mendirikan sholat dan tidak bisa bayar zakat. Jadikanlah sholat & sabar sebagai penolong. Bila perlu perbanyak untuk sholat Tahajud & Dzikir. Karena Allah akan memberikan pertolongannya bila manusia telah melalui zero mind process : besarkanlah asma Allah, kecilkan diri kita. Maka akan diberikan kekuatan tak terhingga dari Allah yang akan melimpahi kita.
Provokasi Dr. Edison :
Beliau inilah yang sempat menghebohkan forum pengajian TDA. Memiliki 3 gelar doctor, pak Edison [peneliti & juga pengusaha & konsultan] yang juga teman lama pak H. Allay, mampu membuat semua action members TDA terpukau dengan paparannya tentang bagaimana menjadikan bangsa Indonesia lebih maju. Karena seharusnya dengan kekayaan yang ada, Indonesia tidak harus terpuruk di bidang ekonomi selama ini. Oleh sebab itu beliau melalui hasil-hasil penelitiannya yang ‘seabreg’ berusaha menerapkannya untuk kepentingan masyarakat banyak. Beliau sangat kesal karena tidak seharusnya bangsa Indonesia direndahkan di manca negara, karena cuma jadi kuli & TKI. Kalau potensi ekonomi dalam negeri yang berhasil digali & ditingkatkan niscaya para pekerja tidak perlu bekerja ke luar negeri lagi sebagai buruh. Tapi bisa memperoleh penghasilan yang layak di negeri sendiri. Tapi ini semua perlu kerja keras dari kita-kita semua untuk mewujudkannya. Pak Edison berjanji untuk mengajarkan alih teknologi hasil penelitiannya.
Untuk TDA pak Edison menawarkan 3 peluang yang bisa digarap [walaupun masih banyak lagi]. Konon juga bisa menjadi industri rumahan dengan modal rupiah yang tidak begitu besar.
Pemanfaatan ampas/limbah singkong untuk diolah lagi dengan menggunakan enzim temuannya menjadi bio ethanol yang nantinya bila dijual ke industri harganya bisa berlipat dan menguntungkan. Padahal sumbernya hanya dari limbah yang terbuang. Untuk yang ini beliau juga sudah membuktikannya dan ada pabriknya.
Pemanfaatan secara maksimal tanamam kelapa yang begitu banyak tersebar di seluruh Indonesia. Ceritanya dari kelapa ini nantinya dagingnya bisa diolah menjadi bio diesel atau bahan bakar yang penting untuk industri & nelayan. Airnya bisa jadi enzim. Batoknya bisa jadi briket arang yang bisa diekspor ke negara-negara Eropa. Sabutnya bisa diolah lebih lanjut menjadi serat pengganti fiber glass, dsb. Untuk pabrik bio diesel ini beliau sudah memilikinya. Dan untuk membangunnya jauh lebih murah seperempatnya dibanding pabrik bio diesel milik BPPT yang ada di Lampung.
Industri perikanan yaitu keberhasilannya menyilangkan ikan mujair dengan ikan mas, oleh mereka yang telah mengembangkannya diberi nama ikan Edison. Menurut pak Edison rasanya enak dan ada potensi diekspor ke manca Negara.
Bayangkan bila semua masyarakat berhasil menerapkan hasil penelitiannya Betapa bangsa Indonesia [terutama umat Islam] akan segera bangkit & maju.
Yang unik, ketika ditanyakan kenapa hasil penelitiannya tidak dipatentkan, pak Edison hanya menjawab singkat bahwa ini semua penemuan & hasil penelitiannya ini kan milik Allah. Beliau hanyalah perantara, punya hak apa saya mematentkannya. Kalau banyak yang meniru ya malah harus disyukuri. Bukan main. Patut ditiru sikap beliau ini.
Kajian Pak H. Allay :
Pada kesempatan yang sama, pak H. Allay juga menegaskan kembali cita-cita bersama di mana tahun 2020, bangsa kita harus bisa jadi bangsa yang maju. Lepas dari masalah kemiskinan [istilah dulu ‘lepas landas’]. Kita yang akan mempekerjakan orang asing, namun dengan cara yang lebih bermartabat. Jangan seperti policy pemerintah saat ini yang hanya bisa menjadikan wanita-wanita Indonesia dieksploitasi jadi TKW di luar negeri.
Melalui TDA ini kita harus segera take double action dan bangkit memegang dan berperan penuh di sektor ekonomi bangsa. Untuk itu penting bagi kita berpegang pada Al Quran surat 42 ayat 27 dan juga surat Al Fajar. Yang megingatkan kita pentingnya mendahulukan berzakat, infaq, & sadaqoh setiap hari baik di kala senang maupun di kala susah.
Pak H. Allay juga mewajibkan TDA untuk segera membentuk Lembaga Baitul Amal dan juga membentuk tim yang solid & serius untuk segera mem-follow up tawaran dari pak Dr. Edison yang Insya Allah bila bisa terlaksana akan segera dapat bermanfaat untuk pemberdayaan umat.
Endro Wahyu M
TNM-E20
08161996348
endrowm@yahoo.com
Luar biasa & dahsyat… pencerahan yang bisa diperoleh dari kajian TDA Qolbun Salim, 3 Juni 2007, di rumah pak H. Allay kemarin. Begitu banyak ilmu, wawasan & wacana baru yang terungkap baik dari pak Ustadz Hudzaifah, pak H. Allay sebagai tuan rumah, dan kejutan peluang usaha yang ditawarkan oleh pak Dr. Edison [teman pak H. Allay yang juga seorang peneliti dengan 3 gelar S3, pengusaha yang peduli dengan bangsanya].
Kajian Ustadz Hudzaifah:
Pak Ustadz ‘Bang Hud’, begitulah panggilan dari ustadz Hudzaifah, memulai siraman rohaninya dengan mengupas perilaku kita semua yang tujuan hidupnya mengejar kebahagiaan. Kita kepingin kaya, kepingin punya rumah bagus, kepingin punya mobil bagus, dsb. intinya adalah kepingin hidup bahagia. Sayangnya, kebahagiaan yang kita kejar ini, semua ukurannya adalah materi. Padahal kebahagiaan itu kan ukurannya bukan materi, tetapi sesuatu yang hanya bisa dirasakan di dalam hati, perasaan & pikiran [psikologis]. Makanya beliau menegaskan bahwa cara kita menyetarakan kebahagiaan dengan terpenuhinya semua keinginan materi itu nggak nyambung. Ingat semua yang bersifat materi itu bisa dibeli, tapi kalau kebahagiaan kan nggak ada yang jual.
Rujukan yang digunakan untuk menjelaskan makna kebahagiaan lebih jauh adalah surat Al Mu’minun ayat 1 s.d 11. Rumus utama sukses adalah ‘kesuksesan = kebahagiaan = keyakinan’. Untuk meraih sukses, kita harus memperbaiki diri kita sendiri terlebih dahulu, keluarga kita, orang-orang terdekat kita barulah merambah ke lingkaran yang lebih besar lagi. Dan Allah SWT berjanji & memberi garansi sukses dunia akhirat jangka panjang bagi orang yang beriman. Jadi kalau mau sukses, rumusnya cuma satu yaitu ‘keyakinan’ [sesuatu yang kita ucapkan dalam hati dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari].
Sebagai makhluk Allah, manusia belum bisa mengoptimalkan tambang emas yang diberikan Allah yaitu ‘hati’ dan ‘akal’. Semua kehebatan temuan manusia itu barulah 5% dari kemampuan otak, sisanya masih menjadi ‘sleeping giant’. Bayangkan bila kita sudah dapat memaksimalkan ‘hati’ & ‘akal’, apapun yang kita inginkan akan dengan mudah bisa diwujudkan. Ustadz juga menambahkan bahwa kecerdasan intelektual saja nggak cukup, perlu juga diseimbangkan dengan kecerdasan emosional.
Menurut beliau juga, Indonesia yang sedang krisis ini akan susah bangkitnya, karena rusaknya ‘keimanan’ bangasa kita. Banyak orang yang hanya mengejar kebahagiaan lewat materi. Itulah urgensinya kebangkitan umat Islam sesegera mungkin. Sekarang juga harus kita mulai. Saat ini eranya muslim untuk jadi panutan dunia. Diingatkan pula bahwa menjadi muslim itu wajib kaya. Kalau tidak kaya tidak bisa mendirikan sholat dan tidak bisa bayar zakat. Jadikanlah sholat & sabar sebagai penolong. Bila perlu perbanyak untuk sholat Tahajud & Dzikir. Karena Allah akan memberikan pertolongannya bila manusia telah melalui zero mind process : besarkanlah asma Allah, kecilkan diri kita. Maka akan diberikan kekuatan tak terhingga dari Allah yang akan melimpahi kita.
Provokasi Dr. Edison :
Beliau inilah yang sempat menghebohkan forum pengajian TDA. Memiliki 3 gelar doctor, pak Edison [peneliti & juga pengusaha & konsultan] yang juga teman lama pak H. Allay, mampu membuat semua action members TDA terpukau dengan paparannya tentang bagaimana menjadikan bangsa Indonesia lebih maju. Karena seharusnya dengan kekayaan yang ada, Indonesia tidak harus terpuruk di bidang ekonomi selama ini. Oleh sebab itu beliau melalui hasil-hasil penelitiannya yang ‘seabreg’ berusaha menerapkannya untuk kepentingan masyarakat banyak. Beliau sangat kesal karena tidak seharusnya bangsa Indonesia direndahkan di manca negara, karena cuma jadi kuli & TKI. Kalau potensi ekonomi dalam negeri yang berhasil digali & ditingkatkan niscaya para pekerja tidak perlu bekerja ke luar negeri lagi sebagai buruh. Tapi bisa memperoleh penghasilan yang layak di negeri sendiri. Tapi ini semua perlu kerja keras dari kita-kita semua untuk mewujudkannya. Pak Edison berjanji untuk mengajarkan alih teknologi hasil penelitiannya.
Untuk TDA pak Edison menawarkan 3 peluang yang bisa digarap [walaupun masih banyak lagi]. Konon juga bisa menjadi industri rumahan dengan modal rupiah yang tidak begitu besar.
Pemanfaatan ampas/limbah singkong untuk diolah lagi dengan menggunakan enzim temuannya menjadi bio ethanol yang nantinya bila dijual ke industri harganya bisa berlipat dan menguntungkan. Padahal sumbernya hanya dari limbah yang terbuang. Untuk yang ini beliau juga sudah membuktikannya dan ada pabriknya.
Pemanfaatan secara maksimal tanamam kelapa yang begitu banyak tersebar di seluruh Indonesia. Ceritanya dari kelapa ini nantinya dagingnya bisa diolah menjadi bio diesel atau bahan bakar yang penting untuk industri & nelayan. Airnya bisa jadi enzim. Batoknya bisa jadi briket arang yang bisa diekspor ke negara-negara Eropa. Sabutnya bisa diolah lebih lanjut menjadi serat pengganti fiber glass, dsb. Untuk pabrik bio diesel ini beliau sudah memilikinya. Dan untuk membangunnya jauh lebih murah seperempatnya dibanding pabrik bio diesel milik BPPT yang ada di Lampung.
Industri perikanan yaitu keberhasilannya menyilangkan ikan mujair dengan ikan mas, oleh mereka yang telah mengembangkannya diberi nama ikan Edison. Menurut pak Edison rasanya enak dan ada potensi diekspor ke manca Negara.
Bayangkan bila semua masyarakat berhasil menerapkan hasil penelitiannya Betapa bangsa Indonesia [terutama umat Islam] akan segera bangkit & maju.
Yang unik, ketika ditanyakan kenapa hasil penelitiannya tidak dipatentkan, pak Edison hanya menjawab singkat bahwa ini semua penemuan & hasil penelitiannya ini kan milik Allah. Beliau hanyalah perantara, punya hak apa saya mematentkannya. Kalau banyak yang meniru ya malah harus disyukuri. Bukan main. Patut ditiru sikap beliau ini.
Kajian Pak H. Allay :
Pada kesempatan yang sama, pak H. Allay juga menegaskan kembali cita-cita bersama di mana tahun 2020, bangsa kita harus bisa jadi bangsa yang maju. Lepas dari masalah kemiskinan [istilah dulu ‘lepas landas’]. Kita yang akan mempekerjakan orang asing, namun dengan cara yang lebih bermartabat. Jangan seperti policy pemerintah saat ini yang hanya bisa menjadikan wanita-wanita Indonesia dieksploitasi jadi TKW di luar negeri.
Melalui TDA ini kita harus segera take double action dan bangkit memegang dan berperan penuh di sektor ekonomi bangsa. Untuk itu penting bagi kita berpegang pada Al Quran surat 42 ayat 27 dan juga surat Al Fajar. Yang megingatkan kita pentingnya mendahulukan berzakat, infaq, & sadaqoh setiap hari baik di kala senang maupun di kala susah.
Pak H. Allay juga mewajibkan TDA untuk segera membentuk Lembaga Baitul Amal dan juga membentuk tim yang solid & serius untuk segera mem-follow up tawaran dari pak Dr. Edison yang Insya Allah bila bisa terlaksana akan segera dapat bermanfaat untuk pemberdayaan umat.
Endro Wahyu M
TNM-E20
08161996348
endrowm@yahoo.com
Subscribe to:
Posts (Atom)