Thursday, November 29, 2007

Belajar dari para 'underdog'


Kalau Anda hobi nonton bola, pasti masih terheran-heran dengan fenomena terakhir di jagad sepak bola Piala Euro kemarin, di mana tim Inggris yang bertaburan ‘bintang’ dipecundangi dan tersisih oleh tim underdog [tidak diunggulkan] Kroasia.

Surprise banget kan. Bayangkan tim yang dianggap remeh oleh tim super Inggris ternyata mampu membalikkan prediksi para pengamat dan pecinta bola seperti saya. Memang di dunia nyata, trend-nya banyak yang menjagokan tim-tim bernama besar.

Bukan hanya di jagad persepakbolaan dunia yang sering terjadi kasus seperti ini. Dalam dunia usaha pun seringkali bisa dijumpai kejadian yang serupa. Banyak produk-produk yang tadinya bukan market leader dan 'bukan siapa-siapa' muncul menjadi penantang dan malahan akhirnya mampu mengalahkan produk-produk yang telah mapan.

Lihat saja, di tengah-tengah keperkasaan jajaran mie instant produksi raksasa Indofood, muncul pendatang baru Mie Sedap & Mie Selera Rakyat yang gebrakannya sempat memanaskan persaingan pasar mie instant sekaligus bikin repot Indomie Cs yang selama ini jadi brand leader.

Begitulah, seperti yang kita semua tahu, produk-produk baru tersebut ternyata akhirnya dapat membuktikan dan menembus dominasi para penguasa pasar sebelumnya. Dengan kesadaran penuh bahwa mereka hanya underdog, tanpa rasa minder sedikitpun, mereka berpikir cerdik dan berani mengambil langkah-langkah berbeda yang keluar dari pakem bisnis tsb. dengan strategi yang cukup cerdas agar mampu bersaing. Mereka tidak mau diatur oleh para pendahulunya yang telah menjadi market leader tetapi mereka membuat aturan sendiri yang mereka inginkan.

Belajar dari kasus di atas, di bidang usaha rental excavator, kami memang tergolong sebagai pemula yang masih 'hijau'. Modal kami pun juga belum ada apa-apanya dibanding dengan para pemain lama yang sudah memiliki alat berat tsb. hingga puluhan unit.

Tapi kami sadar sepenuhnya bahwa dengan belajar, belajar, dan belajar dengan cepat dan cerdas kami mencoba mencari terobosan-terobosan baru untuk melayani lebih baik. Seminggu 2 kali, salah satu dari kami [para owner] selalu turun ke lokasi tempat excavator bekerja. Langsung mengevaluasinya.

Kami yakinkan pula bahwa kami selalu siap di lapangan kapanpun dibutuhkan. Sambil kami secara terus menerus mencari terobosan baru berdasarkan masukan-masukan dari lapangan. Kami pompa selalu semangat para karyawan kami yang ada di lapangan, agar selalu siap tempur. Dan berusaha memperbaiki hal-hal yang kami anggap masih kurang oke. Mudah-mudahan dengan langkah-langkah kecil seperti ini, nantinya kami bisa tumbuh dan berkembang menjadi lebih besar, dengan pelanggan yang lebih banyak. Harapannya, kalau kepuasan pelanggan ini tersebar ke pelanggan lain, pastinya peluang-peluang baru akan datang menghampiri. Amin.

So, bagi Anda semua yang punya usaha, yang mungkin masih digolongkan sebagai underdog dan ‘bukan siapa-sipa’, bersyukurlah. Karena seringkali tim yang tidak diunggulkan asal mau kerja keras dan kerja cerdas selalu muncul menjadi pemenang. Karena saat maju ke ‘medan tempur’merasa tanpa beban apa pun. Dan jangan pernah merasa minder ataupun kecil hati. Segeralah berusaha semaksimal mungkin untuk menciptakan ‘aturan’ sendiri dan terobosan baru. Karena bila tidak keluar dari pakem yang sudah ada, akan selamanya didikte oleh aturan-aturan yang telah dibuat oleh para pemain besar yang telah sangat mapan dan menguasai pasar. Jangan mau jadi pecundang! Inilah kata kuncinya.

Sharing kali ini bukannya saya mau ‘mengajari’ lho, tapi benar-benar merupakan ungkapan perasaan saya agar tim kami di usaha yang baru ‘seumur jagung’ [baru juga 3 minggu] dapat lebih bersemangat. Semoga bermanfaat pula untuk Anda.

Tuesday, November 27, 2007

3000 kali lebih dikunjungi, 'nge-blog' pun lebih berarti



Tak terasa, saat memposting tulisan terakhir 25 November 2007 yang lalu, saya dibuat surprise tatkala melihat counter pengunjung yang tembus ke angka 10,000 lebih. Ini berarti sudah 3000 kali lebih blog ini dikunjungi oleh Anda semua. Karena saat pertama pasang counter, yaitu setelah beberapa bulan blog ini di-launching [telat banget, soalnya gagap teknologi sich], angka yang saya pasang adalah 7,000. Kalau saat ini ternyata sudah 3,000 kali lebih dikunjungi bener-bener surprise buat saya pribadi.

Namun sejujurnya, blog ini bisa dikenal oleh teman-teman semua berkat jasa baik pak Roni Yuzirman, yang pada saat pertama kali blog ini jadi langsung di-link ke blognya beliau. Kan pada waktu itu diwajibkan oleh ‘sang jendral’ kepada all members TDA untuk aktif ‘ngeblog’ sebagai ajang sharing sekaligus beramal ilmu [kalau ada] dan bersama menebar rahmat. Setidaknya bisa menularkan virus kebaikan bagi para pembacanya, melalui cerita-cerita yang di-sharing.

Kemudian, saat Web TDA jadi, pak Iim Rusyamsi juga me-link salah satu tulisan saya di blog ini ke Web TDA [baca postingan di blog ini,12 Juli 2007, Sebuah ‘era baru’ sudah bergulir di ‘jagad’ TDA] . Hasilnya, saat itu memang angka di counter menjadi signifikan tambahnya. Belum lagi beberapa temen TDA lain yang juga me-link blog ini ke blognya. Dan terakhir, yang juga tak kalah berjasanya adalah Blog-roll karya pak Ipul Anwar. Melalui blog-roll tsb memang memberi kemudahan para pengunjung blog yang satu untuk pindah ke blog yang lain. Jadi sudah sepantasnya pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih ke semua temen-temen TDA-ers dan para pengunjung blog ini semuanya.

Kalau dari pertengahan Juli 2007 [pasang counter] hingga 26 November 2007, blog ini dikunjungi 3,000 kali lebih, berarti setiap harinya rata-rata dikunjungi 20 kali. Mungkin bagi pak Roni Yuzirman dan para TDA-ers lain yang sudah ngeblog lama, angka ini terhitung kecil, tapi bagi saya pribadi yang baru 7 bulan ngeblog, angka ini justru entry point yang baik.

Dampak dari 3,000 kali dikunjungi ini jelas besar sekali. Tadinya saya nggak begitu PeDe untuk sharing pengalaman. Tapi saya poive thinsitking aja. Mau ada yang baca atau nggak yang penting saya nulis dan nulis sebagai pelepasan ‘curhat’. Makanya blog ini seringnya menjadi tempat ‘mojok’ saya sebagai ‘curhat corner’. Pernah juga penyakit malas saya kambuh, yang berdampak sepinya postingan saya di blog ini. Tapi setelah saya berhasil mengalahkan kemalasan saya, dan mulai aktif sharing lagi, lama kelamaan kok, oke juga ya.

Apalagi ketika apa yang saya sharing tsb. ada feed back dari temen-temen berupa komentar-komentar yang hampir semuanya berisi support dan energi positif. Terima kasih banyak ya. Setidaknya saya menjadi lebih semangat lagi untuk berbagi cerita dan pengalaman seputar pergulatan saya dalam belajar menjadi pengusaha. So, yang namanya ngeblog kini menjadi prioritas pertama saat mulai berada di depan computer di samping kegiatan rutin membaca email. Jadi kalau blog ini tetap exist dan saya punya waktu untuk meng-up date- nya, bisa jadi ini semua berkat energi positif yang ditebar oleh temen-temen semua. Sekali lagi terima kasih banyak untuk semua.

Melalui tulisan ini saya ingatkan kembali pentingnya kita semua untuk aktif ngeblog. Tulislah apapun juga yang ingin ditulis ke dalam blog [tentunya yang positif lho]. Karena, sekecil apapun se-simple apapaun yang Anda sharing pasti ada manfaatnya, minimal bisa membangkitkan semangat juang temen-temen pembaca blog. It’s right?

Lebih dari itu, blog ternyata dapat menjadi sebuah gerakan untuk menuju kepada perubahan yang lebih baik [yang ini bukan politik lho]. Bukankah komunitas TDA sendiri juga berasal dari blognya pak Roni Yuzirman? Faktanya, kini sudah ada 1000 lebih anggotanya. Kalau 40% nya aktif ngeblog, sudah ada 400 lebih TDA-ers yang berbagi pengalaman menebar energi positif TDA. Hasilnya, pasti akan menular ke jumlah angka yang lebih besar lagi, dan akan lebih banyak lagi energi positif yang ditebar.

Dan saya yakin yang namanya sebuah gerakan kalau dimotori oleh para kelas menengah yang terpelajar [emangnya kita kelas menengah ya?] dampak ke depannya pasti akan dahsyat & luar biasa. Jadi kalau cita-cita bersama TDA adalah mengajak sebanyak-banyaknya orang untuk berani menjadi pengusaha, dan di tahun 2020 negara kita bebas dari kemiskinan, saya optimis akan dapat terwujud.

Alangkah lebih dahsyat lagi kalau semua anggotanya melalui blog masing-masing dapat meng-copy paste langkah-langkah para founder TDA untuk menularkan ‘nilai-nilai luhur’, menebar rahmat, berbagi ilmu, berbagi peluang, berbagi… dan berbagi… demi bangkitnya TDA-ers yang lebih banyak lagi [memasyarakatkan TDA dan men-TDA-kan masyarakat].Bayangkan energi positif dari 1000 lebih TDA-ers kalau ditebar akan bergulir dan menularkan virus kemajuan untuk menjawab cita-cita bersama.

Hidup TDA!

Tetap semangat & bersama kita menebar rahmat.

Sunday, November 25, 2007

Energi positif dari kata-kata bijak

Di awal-awal dulu tatkala kepingin memulai punya usaha sendiri, saya sangat rajin mengumpulkan kata-kata bijak dari para tokoh yang telah sukses di bidangnya. Untuk apa sih? Bagi saya pribadi kata-kata bijak tsb. sangat inspiratif sekali. Seringkali memberi ‘pupuk’ yang membesarkan semangat. Karena dari kata-kata bijak tsb. tersirat betapa hebatnya perjuangan tokoh yang bersangkutan tatkala jatuh bangun untuk mewujudkan ‘impiannya’.

Kata-kata bijak, atau saya lebih senang mengkategorikannya ke golongan the powerful words, yang saya sukai, karena maknanya sangat mendalam dan mampu memberi energi positif, saya kumpulkan lalu saya bingkai dan gantung di dinding. Jadi setiap kali terlihat oleh mata akan langsung terbaca, dan saat itu mengalirlah semangat ke darah saya. Inilah beberapa kata-kata bijak yang selalu memberikan energi positif ke dalam diri saya hingga saat ini.

‘Sukses tidak datang kepadamu, kamu sendirilah yang harus mendatanginya’ [by Wally Amos, pendiri Famous Amos]
Dari the powerful words ini at least saya sadar banget bahwa kalau mau berhasil di bidang apapun yang kita mau ya harus berusaha dan kerja cerdas. So, kalau semangat mulai kendor, otomatis diingatkan selalu bahwa apapun ‘impian’ yang hendak kita raih haruslah diusahakan terus menerus dengan effort yang maksimal pula.

‘Belajarlah dari kesalahan, tetapi jangan berbuat kesalahan yang sama dua kali’ [by Akio Morita, pendiri Sony Corporation]
Yang ini juga selalu jadi penghibur tatkala usaha toko seluler saya harus ‘bubar’. Karena dari kegagalan tsb. saya mampu melihatnya sebagai pelajaran berharga yang jangan sampai terulang kembali. Ibarat belajar naik sepeda terjatuh, ya jangan sampai terjatuh lagi. Saya pun berhasil menganggap sebuah kegagalan sebagai sebuah proses belajar agar nantinya lebih berhati-hati.

’Kegagalan terbesar adalah apabila kita tidak pernah mencoba’ [by Robyn Allan, CEO British Columbia]
The powerless words ini, yang sangat berjasa bagi diri saya pribadi tatkala pertama kali mulai take action. [baca postingan saya di blog ini di bulan Mei 2007 dengan judul ‘Tonggak perjalanan bisnisku, sebuah catatan yang tercecer’]. Pertama kali saya kepingin punya usaha sendiri banyak lho yang meragukannya. Dan sempat bikin grogi perasaan saya [jadi maju mundur gitu…]. Tapi berkat kata-kata bijak yang ini, kok akhirnya saya punya ‘keteguhan hati’ untuk berani mencoba punya usaha sendiri.

’Rumuskanlah dengan jelas apa yang engkau cita-citakan, lalu melangkahlah ke sana’ [by Norman Vincent Peale, Writer]
Dari rangkaian kata di atas, saya belajar banyak tentang pentingnya punya ‘impian’, bagaimana kita memikirkan strategi untuk mewujudkannya, memperhitungkan segala kemungkinannya, lalu take action.

Sebenarnya masih banyak kata-kata bijak yang bersumber dari para tokoh kelas dunia yang berguna banget sebagai the powerful words, sebagai energi positif dan sebagai suntikan semangat bagi diri kita. Tapi dari sekian banyak tersebut saya mencoba menyederhanakannya. Bahwa yang paling penting itu justru berasal dari dalam diri kita, dan sebenarnya sudah ada di dalam diri kita, tinggal bagaimana caranya untuk membangkitkannya. Rangkaian katanya sebagai berikut :

”Keteguhan hati adalah sumber kekuatan pribadi ‘tuk mewujudkan ‘mimpi’!”
Logikanya, kita semua sudah dibekali oleh Allah SWT kemampuan yang tak terhingga, tinggal bagaimana caranya kita menggali kekuatan tsb. Tanpa keteguhan hati atau tekad yang kuat segala effort kita juga tak akan pernah mencapai hasil yang maksimal. Bayangkan saja, tanpa tekad yang kuat atau keteguhan hati ini, ‘mimpi’ sebesar apapun, ide bisnis sebagus apapun, peluang usaha yang ada di depan mata pun tak akan pernah dapat terwujud. Karena yang namanya memulai usaha selalu akan terbentur oleh hambatan-hambatan yang harus dihadapi dengan tekad kuat & keteguhan hati untuk mencari jalan keluarnya.

Perlu saya tegaskan lagi bahwa hanya keteguhan hati atau tekad yang kuatlah yang mampu membawa kita menuju sukses di dunia bisnis. Bukan bakat, karena ada banyak orang berbakat yang mengalami kegagalan. Bukan kekayaan, banyak yang terlahir dengan kekayaan melimpah tetapi meninggal dalam kemiskinan. Bukan kepandaian, berapa banyak orang yang pandai di bangku sekolah tetapi gagal saat mencoba menjadi pengusaha. Bukan pula keberuntungan, karena yang namanya keberhasilan di dunia usaha selalu harus melalui kerja keras dan kerja cerdas. Buktikan.

Semoga sharing yang bersumber dari pengalaman pribadi ini dapat bermanfaat bagi Anda semua.

Tetap semangat untuk bersama menebar rahmat!

Endro Wahyu M
TNM-E20 [mastermind JakTim]
endrowm@yahoo.com

"keteguhan hati adalah sumber kekuatan pribadi 'tuk mewujudkan mimpi"

Friday, November 23, 2007

The powerless words, si pembunuh berdarah dingin

Wuah judulnya serem ya, tapi tulisan ini bukan mau ngomongin berita criminal di TV lho.Yang saya maksud powerless words [ini istilah saya lho] di sini adalah bahasa atau ucapan yang keluar dari diri kita yang ‘nadanya’ penuh dengan ketidakberdayaan, ketidakmampuan, pasrah, pesimis yang ujung-ujungnya akan melemahkan daya juang & semangat kita. Sementara dengan powerful words adalah bahasa atau ucapan kita, yang nadanya penuh dengan keberdayaan, kemampuan, optimistis, dsb. yang pastinya akan membuat diri kita menjadi berani, PeDe, dan penuh semangat untuk berubah maju.

Bukannya mau ngajakin diskusi bahasa lho, tapi hal ini berkaitan erat dengan sikap maupun kebiasaan kita yang secara nggak sengaja dan tidak kita sadari seringkali mengucapkan the powerless words ini.

Saat kami ngumpul-ngumpul keluarga yang akhirnya membahas peluang bisnis rental excavator, ada salah satu kakak ipar yang nyeletuk kaget ketika kami harus punya duit Rp 1 M lebih kalau mau take action peluang tsb., “1 Milyar? Duit gambar cakil?” Cakil adalah tokoh ‘hitam’ di jagad pewayangan. [catatan: kakak ipar ini akhirnya mundur dari konsorsium]. Nah, kata-kata yang penuh energi ketidakberdayaan seperti inilah yang sempat membuat kami agak grogi juga. Coba bayangkan, ide bisnis sebagus apapun bisa jadi langsung terbunuh seketika saat itu juga. Peluang sebagus apapun juga akhirnya nggak bakalan ketangkap.

Atau dengan makna yang sama kita nggak sadar juga sering nyeletuk, “duit nenek lu”, “emang duitnya tinggal nyaruk”, “ntar kalau modal ane nggak balik gimana?”, “kalau jumlahnya segitu, kayaknya nggak mampu deh”, dsb. Kalau mau dikumpulin banyak kok the powerless words yang nggak sadar ternyata sering kita ucapkan. Coba deh bikin daftarnya, saya yakin pasti bisa puluhan kata-kata. Di antara kita [yang baru hendak take action khususnya] pasti sering ketemu dengan the powerless words ini. Apalagi kalau memperhitungkan rencana bisnisnya secara lebih detil, pasti akan lebih banyak lagi keluar perbendaharaan the powerless words kita.

Tapi untungnya [orang jawa apapun kejadiannya selalu bilang untung, gak apa-apa kalau ini masih positif kok] kami akhirnya berhasil merubahnya ke the powerful words, “1 Milyar, oke kita cari yuk? Harus bisa! Caranya? Ya, usaha! Kalau perlu ngutang. Faktanya, banyak kok pengusaha sukses yang memulai usahanya dari berhutang. Asal ngutangnya buat usaha yang profitable nggak masalah kok”. Bayangkan kalau waktu itu kami empat bersaudara terpengaruh dengan energi negative dari the powerless words tadi, terbunuhlah sudah ide bisnisnya. Ujung-ujungnya sudah pasti urung punya usaha bersama di bidang rental excavator, seperti yang telah saya sharing sebelumnya.

Ingat, tidak ada hambatan yang berasal dari mental block diri kita yang tidak bisa kita carikan jalan keluarnya [semua pasti ada solusinya]. Hanya kita yang bisa mengatasi masalah kita, bukan orang lain. Kalau toh solusinya melibatkan pihak lain, itu hanyalah sarana. Justru proses untuk mencari jalan keluar inilah yang menarik dan menjadi pengalaman unik bagi diri pribadi kita. Dan setiap orang bisa berbeda pengalamannya. Apalagi kalau akhirnya berhasil mengatasi ketidakmampuan kita dan jadi PEMENANG, gimana gitu rasanya… cuma kita dan emosi kita yang mampu merasakannya. Biasanya, kalau pas ngomongin modal usaha, masalah-masalah seperti ini bakalan sering muncul. Tapi sejauh kita punya tekad kuat untuk mencari jalan keluarnya, pasti BISA!

Kalau saya pribadi selalu berusaha untuk membiarkan ide-ide apa aja termasuk ide bisnis dari yang paling simple sampai yang giant [mimpinya sih punya bisnis yang mendunia] untuk berkembang dan tumbuh seliar-liarnya dulu. Jangan dibunuh dulu idenya, inilah kata kuncinya. Atau jangan juga ide bisnis itu lahir, tapi dibiarkan premature. Tapi coba kita pelajari dan analisa dengan seksama segala kemungkinannya termasuk prospek ke depannya. Kalau memang belum bisa dijalankan saat ini, ya tunggu sambil terus berdoa, sabar, pasrah & ikhlas. Saya percaya sepenuhnya, doa kita pasti dikabulkan oleh Allah SWT. Begitu click…doa kita mendapat jawaban dari Allah SWT, go head! Larilah kita sekencang yang kita bisa.

Maaf, kalau sharingnya jadi panjang x lebar. Bagi saya pribadi masalah “the powerless words” yang harus dirubah menjadi “the powerful words” begitu besar manfaatnya. Tentunya, dengan harapan dapat bermanfaat pula untuk Anda semua.

Ganti the powerless words Anda [bila ada] dengan the powerful words sekarang juga!

Salam FUNtastic TDA!

Endro Wahyu
TNM-E20 [mastermind JakTim]

Tuesday, November 20, 2007

Dari 6 P menuju 1 P


Judulnya yang pakai singkatan huruf P memang terinspirasi dari tulisan pak Iim Rusyamsi [nggak papa ya pak…]. Tulisan ini sebenarnya terkait erat dengan 2 tulisan sebelumnya yaitu, “Nggak nyangka berani ngutang Rp 1M” dan “Si Komatsu berangkat ke lokasi”. Kali ini saya hanya ingin mengkilasbalik proses dan tahapan kerjasama kami yang akhirnya membuahkan sebuah usaha Rental Excavator. Dan yang penting, bisnis rental excavator ini bukanlah kami peroleh dengan secara ‘kebetulan’ [kayaknya nggak ada deh sesuatu kejadian itu terjadi begitu saja secara kebetulan], tapi memang hasil kerja keras kami menyatukan energi positif dan ber LOA bareng agar usaha bersama ini dapat terwujud. Dan ternyata Allah SWT menjawab doa kami dan memang menghadiahi kami dengan berkah yang luar biasa ini. Amin.

P1 = Penyamaan Visi
Seperti yang pernah saya ceritakan sebelumnya, keinginan kuat untuk bikin usaha bersama keluarga memang berasal dari saya. Lalu saat ketemu di suasana Lebaran 15 Oktober 2007 lalu di Yogya, saya lontarkan semua keinginan itu. Setelah duduk bersama untuk menyamakan visi, akhirnya memang muncul kesepakatan untuk bisnis bersama dengan komitmen sepenuhnya. Setelah visi besar kita satu gelombang [tune in], pembicaraan pun menjadi lebih mudah [mungkin juga karena kami saudara sekandung kali ya?] .

P2 = Peluang
Obrolan kita pun berlanjut ke pencarian peluang-peluang yang memungkinkan untuk digarap [brainstorming gitu]. Mulai dari usaha penggemukan sapi, ternak bebek, jati mas, pabrik pupuk kompos, dll. hingga akhirnya kakak saya melontarkan tentang peluang di bidang rental excavator. Dan ternyata setelah kita diskusikan lebih mendalam, peluang ini yang nampak paling menarik dan prospeknya begitu menjanjikan. Akhirnya, semua energi kami fokuskan ke peluang ini. Mulailah via telepon kita pastikan bagaimana komitmen dari mereka yang hendak menggunakan jasa excavator ini [Gile kali ye, Lebaran malah nyari peluang bisnis]. Deal. Sebelum 15 November 2007 Excavator harus sudah ada di lokasi, atau peluang ini diambil pihak lain. Kami pun dengan yakinnya menjawab tantangan tsb. Logikanya, kalau kepepet deadline, mau nggak mau kan kami kompak dan menyatukan energi positif untuk dapat mewujudkan peluang bisnis yang satu ini.

P3 = Pembelajaran
Awalnya, kami belum kebayang sama sekali seluk-beluk bisnis di bidang ini. Semua dari kami pengalamannya nol. Cuma saya yang berpengalaman di bidang rental kendaraan. Tapi yang ini kan excavator, beda banget. Tapi dengan semangat untuk menjemput rejeki yang lebih baik, akhirnya kami dapat nomor telepon beberapa orang yang telah bergelut di bidang usaha ini. Kakak saya yang kontraktoran dan Adik saya yang mantan banker juga mulai kontak semua kolega dan pertemenan-nya untuk mencari tahu segala sesuatu data tentang biz excavator ini. Mulai dari beli barangnya di mana, harganya, merek apa yang bandel di lapangan, perusahaan leasing mana aja yang biasanya mau membiayai, persyaratan apa saja yang harus ada, sampai operator & orang lapangan yang nantinya mau kerja di lapangan dan punya pengalaman. Dari data-data yang masuk mulailah kita rangkai dan pilah-pilah mana yang berguna untuk dibicarakan lagi nantinya. Sore itu pertemuan kami selesai dengan berbagai pengetahuan baru yang berseliweran di kepala tentang excavator ini.

P4 = Perhitungan
Malamnya, kami ketemu dengan orang-orang lapangan yang punya pengalaman dengan biz rental excavator ini. Mulailah kami memperhitungkan berapa selayaknya harga rental excavator tsb. Berapa modal perusahaan yang harus tersedia untuk running di awal, berapa pendapatan minimal yang harus diperoleh untuk mencapai BEP [break event point]. Dari perkiraan harga excavator, kami coba hitung berapa cicilan yang mampu kami bayar dari hasil sewa yang masuk, berapa tahun kami harus membayar cicilannya. Berapa jam kerja excavator dalam 1 hari agar dapat menutupi semua overhead cost yang ada. Kemungkinan terburuk cicilan tsb. kalau tidak terbayar ya harus kita tanggung bersama. Akhirnya, dengan tawaran yang ada, setelah kami perhitungkan dengan cermat, hasilnya setidaknya sudah bisa untuk menutup biaya leasingnya, gaji karyawan, dan masih ada sisa [tapi semua masih perkiraan]. Berarti, usaha ini sangat potensial. Tanpa pikir panjang, peluang ini pun sepakat untuk kami garap. Namanya peluang kalau kebanyakan dihitung-hitung ntar malah nggak jadi take action. Kami putuskan untuk maju terus dan take action!

P5 = Permodalan
Di bagian ini yang paling berat dan alot kami bahas. Memang untuk excavator, kami telah sepakat untuk leasing. Tapi, untuk DP dan modal perusahaan agar bisa running sebelum ada pemasukan kan juga harus disediakan. Kami pun sepakat untuk ‘bagito’ atau bagi rata kebutuhan modal awal ini. Masing-masing dari kami sebetulnya posisi keuangan masing-masing juga sedang kosong. Di tahap ini kakak ipar saya mundur teratur. Kalau tadinya kami berlima, sekarang tinggal berempat [saya, adik dan 2 kakak]. Namun semangat dan tekad kami berempat ternyata memang tak tergoyahkan, akhirnya konsorsium pun tetap dilaksanakan. Sebelum tanggal 4 November 2007, kami sudah harus setor modal yang jumlahnya sama besar..

Catatan:
Sejujurnya, saya sedang tidak punya dana cash yang cukup untuk setoran modal ini. Yang ada hanya tinggal untuk kebutuhan hidup sebulan setelah mudik Lebaran [yang juga menghabiskan tabungan]. Sebenarnya ada tabungan istri dan invesatsi Reksadana saham saya, tapi saya bertekad untuk tidak menggunakannya. Jangan menyerah! Mulailah saya memikirkan darimana harus dapat modal yang cukup besar tsb. Cling, tiba-tiba saya ingat pernah dapat tawaran pinjaman dari salah satu Bank penerbit Credit Card. Waktu masih sering dinas ke Manca Negara, kartu Platinum saya memang aktif banget jadi seringkali sama penerbit kartu krredit tsb. dipaksa-paksa buat minjem duit, tapi saya nggak pernah mau. Kali ini mudah-mudahan tawarannya masih berlaku . Lalu besoknya, saya telepon, akhirnya deal dapat pinjaman 68jt dengan bunga hanya 10 % per tahun, dicicil selama 3 tahun [toh, dari hasil bulanan excavator yang menjadi hak saya nanti masih bisa untuk menutupi cicilannya]. Janjinya, proses kurang lebih 1 minggu dan akan ditransfer ke rekening saya. Hebat ya Bank ini, minjemin duit segitu kok nggak pake agunan dan nggak banyak nanya. Saya cuma diminta ngefax, bukti PPH 21 tahunan saya yang dari kantor. Jadi bener-bener metode BODOL nya pak Purdie Chandra yang saya terapkan untuk biz yang satu ini. Jadi modal saya bener-bener Rp 0,-. Salah satu kakak saya malah lebih gila lagi, sertifikat rumahnya disekolahin. Karena kami yakin usaha yang satu ini prospek ke depannya bagus. Return-nya di atas kertas sudah kelihatan oke. Kan sayang kalau nggak dijalani. [Tapi saran saya, kalau peluang bisnisnya masih belum pasti return-nya jangan sekali-sekali ikuti langkah yang model begini].

P 6 = Pelaksanaan
Kerja cepat dan kilat pun harus segera dilakukan. Tanggal 17 Oktober 2007 s.d. 21 Oktober 2007, mulailah semua persyaratan kami coba untuk lengkapi, mulai dari SIUP, NPWP, Rekening Koran, Surat Kontrak kerja sama, Perintah Kerja dsb. Memory of Understanding kerjasama kita pun juga telah siap untuk ditandatangani. Tanggal 22 Oktober 2007, begitu kantor mulai buka after cuti Lebaran, kami mulai survey excavator di Surabaya. Kenapa Surabaya? Karena adik dan kakak saya [yang keduanya mantan banker] punya banyak jaringan di Surabaya. Tanggal 23 Oktober 2007, akhirnya kami putuskan unit mana yang mau dibeli. Lalu penawaran harganya kami lampirkan untuk pengajuan kredit ke perusahaan leasing [yang sudah biasa mendanai bisnis sejenis]. 24 Oktober 2007, kami mengajukan permohonan kredit.

Untuk sementara, bolanya sudah tidak berada di tangan kami. Mulailah kami berdoa & ber LOA bareng-bareng, sambil harap-harap cemas menunggu jawaban dan kepastian. Perjuangan kami yang bagaikan ‘tentara komando’, sayang kan kalau tinggal selangkah lagi harus menyerah. Ternyata, 30 Oktober 2007, kami dapat fax dari Leasing Company, bahwa permohonan kredit kami disetujui. Alhamdulillah. Bersama-sama kami nggak habis-habisnya mengucap syukur ke hadirat Allah SWT. Jadi bener-bener rangkaian kata “take double action [tda] - miracle happen”, yang sering kita dengungkan di awal-awal keberadaan komunitas TDA ini, berlaku buat kami. Sambil menunggu proses administrasi dari Leasing Company & Supplier excavatornya yang kurang lebih 1 minggu, kami menyiapkan tenaga kerja yang bakal in charge di bisnis ini. Khusus operator excavator yang tiga orang dan mekanik 1 orang diberikan pelatihan singkat dari perusahaan tempat kami membeli alat berat tsb.

P [terakhir] = Pemenang
Betul. Akhirnya kami memang keluar menjadi PEMENANG! Kami menang melawan ketidakmampuan kami sendiri. From nothing, we got everything new in business rental excavator. 10 November 2007, tepatnya di Hari Pahlawan yang sejarahnya juga terjadi di Surabaya, excavator kami diberangkatkan dari Surabaya ke lokasi kerjanya untuk mulai menjemput rejeki. Kami pun berhasil membuktikan bahwa janji kami untuk menyediakan 1 unit excavator lengkap dengan man hour-nya di lokasi sebelum 15 November 2007 dapat terlaksana dengan baik. Kami ternyata BISA!

Sengaja proses ini yang kami sharing, karena bagi kami proses menjadi lebih penting untuk pembelajaran bersama ketimbang hasil [hasil juga penting sich… kan buat passive income]. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi Anda semua.

Friday, November 16, 2007

Action Plan 2008?

Seperti lazimnya di perusahaan lain, tempat saya bekerja saat ini juga sedang disibukkan dengan perencanaan budget untuk tahun depan [program kerja 2008]. Meskipun setiap tahun selalu berulang, tapi repotnya tetap saja menyita waktu & tenaga. Saat sibuk dengan pekerjaan ini, saya jadi tersentak dengan munculnya pertanyaan yang sedikit mengganggu menyangkut kebiasaan kita sebagai karyawan atau TDB. Kenapa kalau kerja nyusun plan untuk tempat kita kerja, begitu all out atau ‘habis-habis’an planning-nya dan saat melaksanakan program kerjanya pun semua yang terlibat ‘mati-mati’an untuk merealisasikan target yang telah dicanangkan.

Sementara kalau untuk merencanakan masa depan hidup kita sendiri kok nggak kita bikin juga sedemikian rupa treatment-nya, ya. Coba kita kembalikan kepada diri kita masing-masing, sudahkah kita membuat perencanaan tahunan untuk kehidupan kita masing-masing? Bersyukurlah Anda yang sudah melakukannya. Bagi yang belum, sekarang juga mulailah membuatnya. Logikanya, kalau untuk kantor tempat kita kerja saja kita bisa buat perencanaan yang ‘dahsyat’ dan berusaha untuk mewujudkan targetnya, seharusnya untuk diri kita pribadi ya harus lebih dahsyat dan ruaarr biasa!

Ibaratnya, bila kita hendak pergi ke Blok M [tujuan kita], pasti kan harus dipastikan dulu mau berapa lama kita nyampe di tujuan. Dari situ kita bisa pilih mau naik apa menuju ke tujuan [ada bajaj, motor, bus, atau taxi]. Lalu, mau lewat jalan mana kita menuju ke Blok M, karena banyak cara dan jalan untuk menuju ke tujuan tsb. Mau dengan siapa kita pergi ke tujuan tsb. Berapa ongkos yang harus kita sediakan? Sampai tujuan mau berapa lama kita berada di sana? Begitulah seterusnya. Bahwa untuk sebuah kegiatan kecil saja kita harus menyusun rencana yang terbaik buat kita jalani. Apalagi untuk sebuah proyek besar yang bernama ‘masa depan hidup kita’, tentunya harus ada perencanaan terbaik yang bisa kita lakukan [the best we can do, lah…].

Bila telah menyusun perencanaan atau Action Plan untuk diri sendiri, sudah seharusnya bertindaklah sesuai rencana, sambil memonitor prosesnya sekaligus terus belajar dari proses tsb. Lihat saja, berapa banyak dari kita yang sudah menyusun rencana yang masuk akal, tetapi di tengah jalan muncul keraguan atau malah keengganan untuk melaksanakan rencana tsb. Kan akhirnya nggak pernah mencapai hasil yang diinginkannya. Contoh nyata, ya diri saya pribadi ini

Di awal tahun 2007, selain rencana tujuan hidup 5 tahun & 10 tahun ke depan, saya memang telah membuat juga rencana atau action plan untuk kehidupan th 2007, namun kenyataannya selepas bulan Juni 2007, action plan itu entah berada di mana. Nah lu. Tapi begitulah adanya. Saat saya cari di computer dan saya print lagi, ternyata Action Plan yang berhasil saya jalankan hanya sekitar 30%nya saja. Rendah banget pencapaiannya dari target yang saya buat sendiri. Kalau plan setahun aja nggak bisa dijalankan, terus gimana rencana jangka panjangnya? Kalau ini terjadi di perusahaan, saya pasti sudah dilengserkan.

Aneh ya, untuk diri saya sendiri dan untuk masa depan kehidupan keluarga, kok begitu tidak disiplinnya ya saya? Malas? Lagi-lagi nyalahin malas! Berarti masalahnya memang ada dalam diri saya pribadi. Ternyata saya belum berhasil mengalahkan diri saya sendiri. Kayaknya inilah PR saya terberat saat ini. Seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW, “Perang terbesar adalah melawan diri kita sendiri”. Petuah dari Rosulullah ini benar adanya. Semoga saya dapat memenangkan perang terhadap diri saya sendiri. Amin.

Inilah pelajaran yang saya petik, dan saya jadikan bahan renungan saat ini. Soalnya percuma saja bikin perencanaan untuk tahun 2008, kalau akhirnya juga nggak dilaksanakan juga.

Terus gimana ya supaya bisa disiplin melaksanakan action plan kita sendiri? Inilah pertanyaan yang menggelitik. Kalau di kantor kan ada reward & punishment. Kalau sukses mencapai atau melebihi target dapet bonus, kalau gagal ya dilengserkan. Makanya semua karyawan/TDB selalu ‘mati-matian’ untuk keluar jadi pemenang.
Namun untuk diri pribadi kan nggak mungkin bisa disamain apple to apple. Tapi daripada nggak berbuat sesuatu untuk diri sendiri, sembari mencanangkan perang untuk mengalahkan diri sendiri, ya tetap saja saya coba untuk menyusun Action Plan 2008, dan tetap saya kaitkan dengan rencana besar dan jangka panjang 5 tahun & 10 tahun ke depan. Setidaknya,nanti di akhir tahun 2008, bisa saya jadikan tolok ukur apakah disiplin & kemalasan saya lebih parah dibanding yang tahun 2007. Semoga hari esok selalu lebih baik. Amin.

Tuesday, November 13, 2007

Si Komatsu berangkat ke lokasi



Alhamdulillah, tanggal 10 November 2007 yang lalu [tepat hari pahlawan], excavator kami sudah diberangkatkan ke lokasi tempat kerjanya untuk menjemput rejeki. Untuk 2 tahun ke depan [Insya Allah bisa seterusnya] si Komatsu ini telah ada ikatan kerja sama. Janji & kesepakatan kami untuk menyediakan alat berat tsb. di lokasi sebelum tanggal 15 November 2007 lengkap dengan man hour-nya dapat terpenuhi. Amin. [gile banget ya, waktunya hanya dikasih 1 bulan dari 15 Oktober 2007 atau peluangnya lepas ke pihak lain].

Masih tersisa sedikit rasa deg-degannya. Maklum, ini kan big job kami pertama yang target waktunya mepet. Ditambah lagi, sewaktu usai survey barang dan tahu harganya, kami juga masih belum tahu dari mana sumber dana untuk membelinya. Ternyata segalanya diberikan jalan keluar dan kemudahan oleh Allah SWT, akhirnya ide usaha inipun dapat terwujud. Amin. Mudah-mudahan kalau ada tantangan & peluang lain kami sudah lebih berpengalaman dalam hal pengadaannya.

Friday, November 9, 2007

Nggak nyangka, berani ngutang +/- Rp 1 M


[small winning di Hari Kemenangan]

Entahlah, apakah ini bisa disebut sebagai bekerjanya the Law Of Attraction atau dream come true atau jawaban Allah atas doa kami selama ini, atau memang hadiah dari Allah di Hari Kemenangan [Idul Fitri]. Saat di bulan puasa Ramadhan memang saya terus-terusan memikirkan, bagaimana kalau bikin usaha bareng-bareng bersama keluarga [family business]. Jadi supaya kami bisa sering ngumpul ‘gak hanya pas Lebaran atau pas ada acara kondangan saja, tapi kapan saja kami mau. Rupanya Allah mengabulkan doa saya.

Tepatnya, 15 Oktober 2007 [lebaran hari ke 3] yang lalu, saat ngumpul di Yogya, kami 4 bersaudara [saya, adik, dan 2 kakak] akhirnya sepakat mengikatkan diri untuk memulai usaha bareng di bidang rental excavator [inilah hebatnya virus TDA, di mana saja, kapan saja, kerjanya tetep aja nyari peluang usaha terus]. Idenya keluar dari kakak saya yang memang punya peluang di bidang kontraktoran. Peluangnya ada dan siap untuk digarap.

Jadi setelah kita rundingan akhirnya sepakat untuk take action. Setelah dihitung-hitung di atas kertas dan melakukan survey secukupnya [Lebaran kok malah mikirin bisnis], akhirnya kami putuskan untuk membeli [lewat leasing selama 3 tahun] 1 unit excavator Komatsu PC200-7 Galeo th 2005 [bekas dari Jepang] seharga +/- Rp 1M.*) Kalau yang baru harga leasingnya bisa nyampe Rp1,7 M.

Kerja cepat & kilat menyiapkan semua persyaratan admistrasi untuk ke perusahaan leasing. Tanggal 24 Oktober 2007 masukin permohonan leasingnya. Terus, bersama kita berdoa sambil deg-degan nunggu hasilnya. 30 Oktober 2007, yang lalu permohonan leasing dapet approval. Alhamdulillah.

Insya Allah dengan usaha ini kami bisa membuka lapangan kerja untuk 8 orang [full time], dan 3 orang [part time]. Kepinginnya Desember 2007 nanti, mainan baru ini sudah bisa menghasilkan fulus untuk membayar karyawannya, dan sekaligus membayar cicilannya sendiri. Amin. Mohon doa restunya ya…

Catatan:
*) Bagi temen-temen TDA seperti pak Rony, pak Agus Ali, pak Iim, pak Budi Rahmat, pak Rosihan, pak Hadi Kuntoro, pak Asep Triono, bu Ning Harmanto, mbak Yulia, pak H. Allay, atau yang lainnya, urusan duit milyaran mungkin hal yang biasa kali ya…??? tapi bagi kami berempat, hutang yang jumlahnya hampir 1 M ini bener-bener luar biasa dahsyat [maklum selama ini paling banter ngutangnya cuma seharga mobil aja]. Makanya, saya jadi sering terheran-heran juga kalau memikirkannya, but we have to do positive thinking, kan…??? Apakah ini pertanda saya sudah mulai naik kelas ya…???


Tetap Semangat!

Endro Wahyu M
TNM-E20 [mastermind JakTim]
'dengan bersinergi, resiko pun terbagi'

Wednesday, November 7, 2007

Mau mengajar kok malah diajar

Sudah menjadi ritual tahunan, setiap Lebaran saya selalu pulang ke Blitar. Meskipun kedua mertua saya telah tiada [3 tahun lalu], saya dan keluarga [khususnya anak-anak] selalu kangen dengan Blitar. Suasana kotanya yang tenang & damai, makanannya dan juga keramahannya selalu membuat kami selalu kembali.

Seperti biasa, bila ada mobil yang diparkir di halaman rumah mertua, pasti mbah Surip [penjual es lilin keliling] berteriak menjajakan dagangannya dari balik pintu pagar. Anak-anak yang biasanya antusias jajan nampak ogah-ogahan karena berpuasa. Akhirnya, saya beli semua es yang ada, lalu simpan di freezer, toh bisa dinikmati rame-rame setelah buka puasa nanti.

Begitu melihat mbah Surip, istriku langsung mengajaknya untuk memainkan Gender [salah satu instrument gamelan Jawa] sambil mendendangkan tembang Jawa. Istriku pegang Bonang, dan kakaknya memainkan Gendang [oh ya, di rumah mertua masih ada 2 set gamelan komplit yang terawat baik]. Mulailah terdengar alunan gamelan, suasana pendopo belakang rumah menjadi terasa betul-betul di Jawa. Saya & anak-anak hanya bisa menonton sambil menikmatinya.

Usai dengan konser gamelan Jawa, giliran saya yang ngobrol dengan mbah Surip, yang kini nampak tua, keriput, hitam, namun di wajahnya masih memancarkan semangatnya. Dalam hati saya membayangkan, 10 tahun saya kenal mbah Surip kok tetap begini-begini aja. Pasti ada yang salah nich, pikir saya. Saya pun kepingin sharing sedikit [teach] dengannya, bagaimana supaya hidupnya ada effort untuk bisa lebih maju dan nggak perlu berkeliling jalan kaki menjajakan es lilinnya. Harusnya lebih dari 10 tahun menekuni usaha ini, mbah Surip sudah memiliki pabrik es yang besar [ini kalau kita baca kisah para pengusaha sukses, rata-rata lewat 10 tahun sudah jadi konglomerat]. Atau bandingkan dengan temen-temen komunitas TDA, banyak yang baru usaha 2 tahun sudah beromset milyaran. Begitulah arah topik pembicaraan saya.

Dengan penuh keyakinan mbah Surip pun mulai menyampaikan pandangan hidupnya yang penuh dengan filsafat Jawa. Hidup itu harus dijalani bagaikan air yang mengalir dan kita harus nrimo ing pandum [menerima rejeki yang sudah dibagi oleh Allah]. Yang penting kita bisa menikmati hasilnya. Kalau orang nggak mensyukuri dan merasa nggak cukup dengan rejeki yang telah diperolehnya, selamanya akan merasa kekurangan terus. Akhirnya, akan menjadi serakah. Yang namanya kebahagiaan dan kekayaan itu kan adanya dalam pikiran kita. Mbah Surip sangat-sangat merasa bahagia dengan pencapaian hidupnya selama ini. Karena kebahagiaan dalam persepsinya adalah bila bisa menikmati & bersyukur dengan rejaki yang telah diterimanya dari Allah. Toh yang namanya harta dunia kan nggak bakalan dibawa ke liang kubur, tapi amalah & ibadah kita lah yang akan diperhitungkan. Di sisi lain, kalau kita ngoyo untuk mengejar dan menimbun kekayaan, justru akan diperbudak oleh kekayaan tsb. Karena berapapun yang diperoleh pasti selalu merasa masih belum cukup. [kalau direnungkan lebih dalam apa yang dikuliahkan ke saya ada benarnya ya…].

Mbah Surip pun ganti bertanya, apakah saat ini saya merasa sudah cukup dengan yang saya peroleh? [Rumah, mobil, usaha, tabungan, dsb.] Saya pun menjawab bahwa memang masih ada yang harus saya perjuangkan. Jadi saya masih akan berusaha untuk lebih kaya lagi. Saya kan kepingin bisa naik haji, membantu orang lain, membuka lapangan kerja, menyiapkan dana untuk kelanjutan studi anak saya, di hari tua masih punya uang sendiri, dsb.

Mbah Surip pun memotong lagi. Apakah dengan kekayaan yang ada saat ini nggak bisa berangkat haji? Apakah nggak bisa menolong orang? Apakah nggak bisa nyekolahin anak? Itu artinya, sampeyan sudah mulai diperbudak dengan kekayaan yang sampeyan penginin. [wuah sekali lagi, bener juga ya…]. Kalau saya mas, karena rejeki yang saya terima memang nggak bisa buat berangkat haji, berarti Gusti Allah kan memang nggak mengijinkan saya untuk berangkat haji. Yang penting saya tetap bersyukur mas. Sambil ia berpamitan pulang.

Tercenung saya dibuatnya, niat saya sharing & sedikit mengajar [teach] justru malah diajar [saya jadi belajar, learn] tentang pandangan hidup apa adanya dari orang Jawa kebanyakan, khususnya dari ‘seorang penjual es kawakan’. Weleh-weleh terus gimana nich? Bertolak belakang banget sama pandangan hidup kita semua saat ini yang belajar ilmu dari para pakar modern. Malamnya saya pun sempat merenungkan semua obrolan dengan mbah Surip siang tadi. Untuk sementara [karena dialektika belajar akan terus berlanjut] saya kepinginnya bagaimana bisa manjadi manusia yang memberi, memberi, dan memberi tapi tidak pernah kehabisan” daripada harus “mencari, mencari, mencari tapi tidak pernah merasa cukup”. Semoga. Amin.

Monday, November 5, 2007

Kenikmatan atau pelanggaran?

Finally, film The Secret [yang baru sekali saya menontonnya di kelompok Mastermind Jakarta Timur TNM-E20] saat ini bisa kita jumpai di gerai-gerai DVD yang ada di Mall ataupun Plaza yang ada di Jakarta. Saya melihatnya ada di tumpukan di salah satu gerai DVD di ITC Ambassador. Bimbang saya dibuatnya. Salahkah saya bila membeli DVD bajakan tersebut? Kan asyiik bisa muter DVD The Secret kapanpun kita mau, nggak perlu nunggu temen-temen TDA menggelar nonton bareng. Namun nurani saya mengatakan ‘jangan’. Dan akhirnya tidak jadi membelinya.

Ngomong-ngomong tentang maraknya DVD bajakan yang begitu bebas dijual di negeri kita ini, saya mencoba untuk melihatnya dari dua kacamata yang berbeda [yang pro bajakan, dan yang anti pembajakan].

Bagi yang pro bajakan jelas maraknya DVD bajakan ini dilihat sebagai berkah yang luar biasa. Hidup menjadi terasa nikmat dan serba mudah. Maklum DVD yang original kan harganya nggak masukakal mahalnya. Bayangkan dulu kalau mau nonton film-film box office yang telah tayang di luar negeri, kita harus menunggu satu hingga dua bulan baru diputar di Jakarta [basi kan?]. Itupun kalau si pemegang monopoli peredaran film di Indonesia [grup 21] berkenan mengimpornya. Dan yang terjadi seringkali film-film bagus justru nggak masuk di Indonesia. Sekarang film apapun yang ada di luar negeri bisa kita dapatkan hanya nunggu paling lama 1 minggu, sudah tersedia DVD nya, bagus pula kualitasnya. Mau koleksi film-film bagus pun nggak perlu keluar duit banyak. Film-film kesayangan bisa diputar kapan aja tinggal ngikutin mood kita aja. Wawasan dan pengetahuan pun cepat berkembang mengikuti apa yang ada di luar negeri. Pokoknya setelah internet, film-film asing ini lah yang sering meng up-date gaya hidup kita.

Mereka yang anti pembajakan serempak akan berteriak bahwa membeli DVD bajakan berarti tidak menghargai kerja keras para pekerja film. Padahal kan sebagai creator film [sutradara, kameraman, pencipta musiknya, artisnya, dan crew lainnya] mereka akan mendapatkan kepuasan tak terhingga justru kalau film hasil kerja keras mereka ditonton oleh banyak orang, dikagumi, dibahas, diomongin para penggemarnya. Nah lho. Logikanya para creator & pekerja film nggak perlu keberatan bila filmnya dibajak. Kan mereka sudah dibayar saat mereka berkutat memproduksi film tersebut. Kan bukan system royalty [seperti industri musik], jadi setiap kali DVD terjual atau film ditonton di bioskop mereka juga nggak bakal dapetin fulus lagi. Kalau toh ada yang paling dirugikan adalah pihak produsernya, yang telah mengeluarkan jutaan dolar untuk biaya produksi.

Sebenarnya kalau mau ditelisik lagi, masih banyak hal yang dapat dijadikan pembenaran bagi kelompok yang pro pembajakan. Namun kalau tulisan ini saya lanjutkan, bisa-bisa saya malah dicekik sama mereka yang anti pembajakan. Jadi pada akhirnya pilihan berpulang ke diri kita masing-masing. Yang jelas, yang namanya memiliki, menyimpan, membeli, menjual, menggandakan DVD yang nggak original dikategorikan sebagai pelanggaran hukum. Tabik aah!

Sunday, November 4, 2007

Biasakanlah berpikir & bertindak keluar dari pakem

Pakem dalam dunia wayang kulit adalah alur cerita yang harus diikuti. Seorang dalang wayang kulit saat membawakan cerita tertentu biasanya ya harus mengikuti alur cerita yang telah ada. Ceritanya pun jadi mudah ditebak bagaimana ending-nya [yang sering nonton sudah pada tahu ceritanya]. Kalau ki dalang mencoba keluar dari pakem cerita yang ada, penonton pun akan protes keras. Kalau si dalang mencoba & berani membawakan cerita yang di luar pakem [atau keluar dari rel] ia pun akan mendapatkan julukan ‘dalang edan’.

Begitu pula dalam dunia kehidupan sebenarnya, secara tidak kita sadari, sebagian besar dari hidup yang sudah kita jalani selalu mengikuti pola-pola atau alur-alur tertentu yang sudah selazimnya diikuti. Maka hasilnya adalah sebuah jebakan kesamaan yang tidak menghasilkan terobosan apapun. Bila kita bertindak yang tidak seirama dengan hal-hal yang dianggap wajar oleh masyarakat sekitar kita, pasti julukan ‘edan’, ‘gendeng’, ‘gila’ atau sejenisnya yang akan kita terima.

Padahal seharusnya kitalah yang wajib menjadi dalang bagi diri kita sendiri dan juga menciptakan pakemnya. Sadar nggak, dulu orang tua kita selalu menasehati untuk sekolah yang rajn dan pintar, mulai dari TK, SD, SMP, SMA, Universitas. Begitu lulus lalu mencari pekerjaan yang baik, berkarir dst. Semua ini kan juga mengikuti pola yang telah lazim berlaku di dalam dunia kehidupan saat itu. Jarang sekali ada orang tua [khususnya priyayi Jawa] yang menasehati anaknya untuk keluar dari pola ini [misal : nggak usah sekolah tapi langsung belajar jadi pengusaha].

Dalam dunia nyata saat ini, yang kian hari kian cepat dan dahsyat perubahannya, nampaknya harus mulai dipikirkan bagaimana agar kita tidak terjebak dengan pola, alur, atau rel kehidupan yang telah biasa itu. Kita harus berani untuk berpikir dan bertindak yang keluar dari pakem yang ada. Lihat saja, yang sering terjadi di masa kini, sekolah dengan baik, lulus universitas dengan nilai yang baik belum tentu menjamin kesuksesan di masa mendatang? Yang sering terjadi justru kegagalan ujian, angka yang jelek, atau mereka yang drop out dan kepepet mungkin akan melahirkan kehidupan luar biasa nantinya di masa mendatang [karena banyak orang yang belajar dari kegagalannya akhirnya justru meraih sukses]. Angka rapor yang baik tidak menjamin kesuksesan ataupun kehidupan yang menarik, tapi daya imaginasi dan kreativitas kita lah yang mampu membentuk itu.

Bagi yang masih TDB seperti saya ini, harus mulai berpikir di luar pakem, kesamaan ataupun alur yang telah terpola [tinggalkan pikiran bahwa kita akan bekerja dalam waktu yang lama, kalau bisa berkarir terus hingga top level dan seterusnya hingga masa pension tiba]. Sebaliknya harus kita ciptakan perasaan bahwa kita nggak mungkin untuk bekerja selamanya. Jaman ini cepat berubah, dan tidak ada lagi kata kelanggengan dunia kerja. Maka sebaiknyalah kita siap dipecat. Atau situasikan bahwa kondisi hidup kita saat ini sedang kepepet, kalau nggak punya usaha bakalan sengsara, atau pikirin bahwa kitalah yang harus menyiapkan dana pension untuk diri kita sendiri, sehingga akhirnya kita akan mencoba untuk mencari peluang usaha sendiri atau menciptakan pekerjaan sendiri.

Dan bagi mereka yang sudah yakin mau pindah kuadran menjadi pengusaha, mesti memikirkan usaha apa yang unik, lain daripada yang lain, tapi dahsyat, atau yang keluar dari ‘kerumunan’. Jangan seperti yang pernah saya alami [maklum, yang penting kan take action dulu] tatkala mencoba buka toko, saya memilih jalan yang nampaknya mudah dan terjamin dengan mengikuti yang pernah dilakukan orang lain dan sukses. Orang lain sukses membuka toko seluler saya ikutan, ada peluang dari pak H. Allay usaha sepatu, saya & rekan-rekan TDA ikutan. Barusan saya menyadari bahwa toko seluler & toko sepatu yang pernah saya set-up ternyata memang tidak ada yang unik spesifik dan keluar dari pakem [biasa-biasa saja, nggak ada istimewanya]. Makanya trendnya ya terlibas oleh keganasan dunia usaha yang juga semakin kompetitif.

Logikanya, semua orang ingin kehidupan yang sukses dan menarik. Tetapi seringkali pada saat kita dihadapkan pada pilihan, kita memilih jalan yang nampaknya mudah dan terjamin. Kita ingin meniru H. Allay, H. John dengan Tip Topnya, Ronny Yuzirman dengan Manettnya, Bill Gates, dll., tetapi kita tidak mau mengambil resiko dalam hidup ini untuk berani mengambil langkah gila yang keluar dari pakem. Kita sadar bahwa alur atau rel baru selalu memiliki resiko, karena jalan tersebut belum pernah ditempuh orang. Padahal, bisa jadi jalan inilah yang ternyata terbaik buat kita tempuh dan memberikan sukses sebagai pengusaha. Berusahalah selalu untuk be yourself. Yang boleh kita pelajari dari orang sukses adalah cara mereka menemukan peluang atau ide usaha, semangatnya, dan cara mereka mewujudkan impian & kerja kerasnya. Tapi jangan kepingin menjadi seperti mereka.

Saatnya kita semua membiasakan pikiran kita lepas berkelana ke mana saja dan keluar dari kebiasaan dan kesamaan yang selama ini membuat diri kita menjadi ‘biasa’ seperti orang kebanyakan. Kalau perlu berpikir & bertindaklah yang extreme sekalian menerobos pakem yang ada. Dari pengalaman saya belajar jadi pengusaha, kalau kita nggak punya ide usaha yang keluar dari pakem, hasilnya akan so so aja. Apalagi masih disambi kerja sebagai TDB pula, nggak akan maksimal hasilnya. Saya telah membuktikannya. Semoga menambah wawasan Anda semua.