Tuesday, November 20, 2007

Dari 6 P menuju 1 P


Judulnya yang pakai singkatan huruf P memang terinspirasi dari tulisan pak Iim Rusyamsi [nggak papa ya pak…]. Tulisan ini sebenarnya terkait erat dengan 2 tulisan sebelumnya yaitu, “Nggak nyangka berani ngutang Rp 1M” dan “Si Komatsu berangkat ke lokasi”. Kali ini saya hanya ingin mengkilasbalik proses dan tahapan kerjasama kami yang akhirnya membuahkan sebuah usaha Rental Excavator. Dan yang penting, bisnis rental excavator ini bukanlah kami peroleh dengan secara ‘kebetulan’ [kayaknya nggak ada deh sesuatu kejadian itu terjadi begitu saja secara kebetulan], tapi memang hasil kerja keras kami menyatukan energi positif dan ber LOA bareng agar usaha bersama ini dapat terwujud. Dan ternyata Allah SWT menjawab doa kami dan memang menghadiahi kami dengan berkah yang luar biasa ini. Amin.

P1 = Penyamaan Visi
Seperti yang pernah saya ceritakan sebelumnya, keinginan kuat untuk bikin usaha bersama keluarga memang berasal dari saya. Lalu saat ketemu di suasana Lebaran 15 Oktober 2007 lalu di Yogya, saya lontarkan semua keinginan itu. Setelah duduk bersama untuk menyamakan visi, akhirnya memang muncul kesepakatan untuk bisnis bersama dengan komitmen sepenuhnya. Setelah visi besar kita satu gelombang [tune in], pembicaraan pun menjadi lebih mudah [mungkin juga karena kami saudara sekandung kali ya?] .

P2 = Peluang
Obrolan kita pun berlanjut ke pencarian peluang-peluang yang memungkinkan untuk digarap [brainstorming gitu]. Mulai dari usaha penggemukan sapi, ternak bebek, jati mas, pabrik pupuk kompos, dll. hingga akhirnya kakak saya melontarkan tentang peluang di bidang rental excavator. Dan ternyata setelah kita diskusikan lebih mendalam, peluang ini yang nampak paling menarik dan prospeknya begitu menjanjikan. Akhirnya, semua energi kami fokuskan ke peluang ini. Mulailah via telepon kita pastikan bagaimana komitmen dari mereka yang hendak menggunakan jasa excavator ini [Gile kali ye, Lebaran malah nyari peluang bisnis]. Deal. Sebelum 15 November 2007 Excavator harus sudah ada di lokasi, atau peluang ini diambil pihak lain. Kami pun dengan yakinnya menjawab tantangan tsb. Logikanya, kalau kepepet deadline, mau nggak mau kan kami kompak dan menyatukan energi positif untuk dapat mewujudkan peluang bisnis yang satu ini.

P3 = Pembelajaran
Awalnya, kami belum kebayang sama sekali seluk-beluk bisnis di bidang ini. Semua dari kami pengalamannya nol. Cuma saya yang berpengalaman di bidang rental kendaraan. Tapi yang ini kan excavator, beda banget. Tapi dengan semangat untuk menjemput rejeki yang lebih baik, akhirnya kami dapat nomor telepon beberapa orang yang telah bergelut di bidang usaha ini. Kakak saya yang kontraktoran dan Adik saya yang mantan banker juga mulai kontak semua kolega dan pertemenan-nya untuk mencari tahu segala sesuatu data tentang biz excavator ini. Mulai dari beli barangnya di mana, harganya, merek apa yang bandel di lapangan, perusahaan leasing mana aja yang biasanya mau membiayai, persyaratan apa saja yang harus ada, sampai operator & orang lapangan yang nantinya mau kerja di lapangan dan punya pengalaman. Dari data-data yang masuk mulailah kita rangkai dan pilah-pilah mana yang berguna untuk dibicarakan lagi nantinya. Sore itu pertemuan kami selesai dengan berbagai pengetahuan baru yang berseliweran di kepala tentang excavator ini.

P4 = Perhitungan
Malamnya, kami ketemu dengan orang-orang lapangan yang punya pengalaman dengan biz rental excavator ini. Mulailah kami memperhitungkan berapa selayaknya harga rental excavator tsb. Berapa modal perusahaan yang harus tersedia untuk running di awal, berapa pendapatan minimal yang harus diperoleh untuk mencapai BEP [break event point]. Dari perkiraan harga excavator, kami coba hitung berapa cicilan yang mampu kami bayar dari hasil sewa yang masuk, berapa tahun kami harus membayar cicilannya. Berapa jam kerja excavator dalam 1 hari agar dapat menutupi semua overhead cost yang ada. Kemungkinan terburuk cicilan tsb. kalau tidak terbayar ya harus kita tanggung bersama. Akhirnya, dengan tawaran yang ada, setelah kami perhitungkan dengan cermat, hasilnya setidaknya sudah bisa untuk menutup biaya leasingnya, gaji karyawan, dan masih ada sisa [tapi semua masih perkiraan]. Berarti, usaha ini sangat potensial. Tanpa pikir panjang, peluang ini pun sepakat untuk kami garap. Namanya peluang kalau kebanyakan dihitung-hitung ntar malah nggak jadi take action. Kami putuskan untuk maju terus dan take action!

P5 = Permodalan
Di bagian ini yang paling berat dan alot kami bahas. Memang untuk excavator, kami telah sepakat untuk leasing. Tapi, untuk DP dan modal perusahaan agar bisa running sebelum ada pemasukan kan juga harus disediakan. Kami pun sepakat untuk ‘bagito’ atau bagi rata kebutuhan modal awal ini. Masing-masing dari kami sebetulnya posisi keuangan masing-masing juga sedang kosong. Di tahap ini kakak ipar saya mundur teratur. Kalau tadinya kami berlima, sekarang tinggal berempat [saya, adik dan 2 kakak]. Namun semangat dan tekad kami berempat ternyata memang tak tergoyahkan, akhirnya konsorsium pun tetap dilaksanakan. Sebelum tanggal 4 November 2007, kami sudah harus setor modal yang jumlahnya sama besar..

Catatan:
Sejujurnya, saya sedang tidak punya dana cash yang cukup untuk setoran modal ini. Yang ada hanya tinggal untuk kebutuhan hidup sebulan setelah mudik Lebaran [yang juga menghabiskan tabungan]. Sebenarnya ada tabungan istri dan invesatsi Reksadana saham saya, tapi saya bertekad untuk tidak menggunakannya. Jangan menyerah! Mulailah saya memikirkan darimana harus dapat modal yang cukup besar tsb. Cling, tiba-tiba saya ingat pernah dapat tawaran pinjaman dari salah satu Bank penerbit Credit Card. Waktu masih sering dinas ke Manca Negara, kartu Platinum saya memang aktif banget jadi seringkali sama penerbit kartu krredit tsb. dipaksa-paksa buat minjem duit, tapi saya nggak pernah mau. Kali ini mudah-mudahan tawarannya masih berlaku . Lalu besoknya, saya telepon, akhirnya deal dapat pinjaman 68jt dengan bunga hanya 10 % per tahun, dicicil selama 3 tahun [toh, dari hasil bulanan excavator yang menjadi hak saya nanti masih bisa untuk menutupi cicilannya]. Janjinya, proses kurang lebih 1 minggu dan akan ditransfer ke rekening saya. Hebat ya Bank ini, minjemin duit segitu kok nggak pake agunan dan nggak banyak nanya. Saya cuma diminta ngefax, bukti PPH 21 tahunan saya yang dari kantor. Jadi bener-bener metode BODOL nya pak Purdie Chandra yang saya terapkan untuk biz yang satu ini. Jadi modal saya bener-bener Rp 0,-. Salah satu kakak saya malah lebih gila lagi, sertifikat rumahnya disekolahin. Karena kami yakin usaha yang satu ini prospek ke depannya bagus. Return-nya di atas kertas sudah kelihatan oke. Kan sayang kalau nggak dijalani. [Tapi saran saya, kalau peluang bisnisnya masih belum pasti return-nya jangan sekali-sekali ikuti langkah yang model begini].

P 6 = Pelaksanaan
Kerja cepat dan kilat pun harus segera dilakukan. Tanggal 17 Oktober 2007 s.d. 21 Oktober 2007, mulailah semua persyaratan kami coba untuk lengkapi, mulai dari SIUP, NPWP, Rekening Koran, Surat Kontrak kerja sama, Perintah Kerja dsb. Memory of Understanding kerjasama kita pun juga telah siap untuk ditandatangani. Tanggal 22 Oktober 2007, begitu kantor mulai buka after cuti Lebaran, kami mulai survey excavator di Surabaya. Kenapa Surabaya? Karena adik dan kakak saya [yang keduanya mantan banker] punya banyak jaringan di Surabaya. Tanggal 23 Oktober 2007, akhirnya kami putuskan unit mana yang mau dibeli. Lalu penawaran harganya kami lampirkan untuk pengajuan kredit ke perusahaan leasing [yang sudah biasa mendanai bisnis sejenis]. 24 Oktober 2007, kami mengajukan permohonan kredit.

Untuk sementara, bolanya sudah tidak berada di tangan kami. Mulailah kami berdoa & ber LOA bareng-bareng, sambil harap-harap cemas menunggu jawaban dan kepastian. Perjuangan kami yang bagaikan ‘tentara komando’, sayang kan kalau tinggal selangkah lagi harus menyerah. Ternyata, 30 Oktober 2007, kami dapat fax dari Leasing Company, bahwa permohonan kredit kami disetujui. Alhamdulillah. Bersama-sama kami nggak habis-habisnya mengucap syukur ke hadirat Allah SWT. Jadi bener-bener rangkaian kata “take double action [tda] - miracle happen”, yang sering kita dengungkan di awal-awal keberadaan komunitas TDA ini, berlaku buat kami. Sambil menunggu proses administrasi dari Leasing Company & Supplier excavatornya yang kurang lebih 1 minggu, kami menyiapkan tenaga kerja yang bakal in charge di bisnis ini. Khusus operator excavator yang tiga orang dan mekanik 1 orang diberikan pelatihan singkat dari perusahaan tempat kami membeli alat berat tsb.

P [terakhir] = Pemenang
Betul. Akhirnya kami memang keluar menjadi PEMENANG! Kami menang melawan ketidakmampuan kami sendiri. From nothing, we got everything new in business rental excavator. 10 November 2007, tepatnya di Hari Pahlawan yang sejarahnya juga terjadi di Surabaya, excavator kami diberangkatkan dari Surabaya ke lokasi kerjanya untuk mulai menjemput rejeki. Kami pun berhasil membuktikan bahwa janji kami untuk menyediakan 1 unit excavator lengkap dengan man hour-nya di lokasi sebelum 15 November 2007 dapat terlaksana dengan baik. Kami ternyata BISA!

Sengaja proses ini yang kami sharing, karena bagi kami proses menjadi lebih penting untuk pembelajaran bersama ketimbang hasil [hasil juga penting sich… kan buat passive income]. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi Anda semua.