Tuesday, July 3, 2007

Kalau 'gak ikut main ya 'gak bakal menang

Banyak sekali orang kepingin menjadi pengusaha. Tapi banyak juga yang cuma berhenti hanya pada tataran gagasan, sekadar wacana atau malah tinggal keinginan doank untuk punya usaha sendiri terus selesai. Semangatnya ada, tapi nggak dilanjutkan untuk take action. Kalau ditanya jawabannya hampir seragam : nunggu modal terkumpul, masih dihitung & dianalisa, takut gagal, nunggu waktu yang tepat dan nunggu peluang, nggak punya pengalaman, bingung mau bikin usaha apa?, dan masih banyak pembenaran lainnya.

Modalnya niat & komitmen

Masalah tersedianya modal memang penting. Salah satu solusi adalah dengan menghimpun modal, kalau menjadi karyawan, ya harus menyisihkan dan ditabung sedikit demi sedikit. Tapi biasanya kalau sudah terkumpul sampai puluhan juta atau ratusan juta, seringkali malah takut rugi, kan ngumpulinnya susah. Akhirnya ya nggak akan mulai-mulai untuk take action. Lebih baik mulai take action dulu dengan modal seadanya sambil terus belajar.

Kalau punya reputasi yang baik dan mudah dipercaya, modal pinjaman dari orang lain [dari teman, saudara, orang tua, mertua, kantor dsb.] juga bisa menjadi alternatif. Cara ini biasanya kemungkinan berhasilnya cukup besar, asalkan nggak terlalu besar nilai pinjamannya. Memang sebaiknya kalau baru memulai usaha dan belum punya pengalaman, sebaiknya pinjamannya juga jangan terlalu besar karena di usaha pertama, kemungkinan gagalnya cukup besar.
Bisa juga modal untuk usaha diperoleh dengan bekerja sama. Ide usaha sudah ada, tapi modalnya kurang, ya lebih baik ditawarkan ke teman, saudara atau siapa saja yang punya dana nganggur. Tawarkan sistem bagi hasil yang win-win solution, pasti banyak juga yang berminat untuk invest mewujudkan ide usaha tsb.

Dari paparan ini menjadi jelas, bahwa alasan ‘nggak mulai take action karena ‘nggak punya modal bisa diatasi dengan bagaimana kita memutar otak untuk menghimpun dana atau modal usaha.

Kebanyakan menghitung dan analisa

Banyak juga di antara kita yang nggak jadi take action karena kebanyakan menghitung dan menganalisa. Jadi bukan semangat untuk take actionnya yang dikedepankan tapi malah hitungan dan analisa usaha yang njlimet yang terus dipikirin. Akhirnya ya nggak berani juga untuk take action. Memang hitungan dan anlisa itu penting, tapi kalau kebanyakan berkutat di masalah itu ya mandeg juga.

Ada juga yang maunya sangat idealis. Kalau bisa usaha itu langsung besar dan fasilitasnya komplit, tempatnya di mal & tempat bisnis, atau pinggir jalan, untuk angkutannya harus sudah punya mobil sendiri, dsb. Pas dihitung ternyata kebutuhan dananya menjadi sangat besar. Akhirnya nggak take action juga. Ditawarkan ke investor pun kalau belum ada track record bahwa usaha kita berhasil [karena belum pernah mulai] pastinya juga nggak akan ada yang mau invest.

Ingat dalam memulai usaha itu yang penting kan bertindaknya atau take actionnya dulu. Jadi kalau memang niat bisa mulai dari garasi rumah, ngelapak, di depan gang, atau cari kios gratisan pun nggak masalah. Yang penting niat dan komitmen. Kalau sudah niat pasti ada jalan keluarnya, saat kita menghadapi masalah.

Kata mereka yang sudah take action dan sudah jadi pengusaha, sebaiknya mulai usaha jangan yang langsung besar & butuh modal banyak. Jalani aja usaha dari skala kecil dulu. Yang penting kita siap mental, kalau usaha yang dirintis ini gagal nggak merasa ‘sakit’, saat menanggung resikonya.

’Nggak gagal, ya nggak belajar

Survey di AS memaparkan bahwa semua usaha yang baru dirintis, dalam 5 tahun pertama 80% mengalami kegagalan. Yang 20% dalam 5 tahun ke-2 , 80%-nya juga akan mengalami kegagalan, nggak berkembang maju atau ganti usaha. Artinya kalau hari ini ada 1000 usaha baru, maka di tahun 2012 hanya akan bersisa 200. Tahun 2017 sisa 40, yang mampu bertahan hidup dan berkembang maju. Sisanya bubar, ganti usaha, atau jalan di tempat.

Data di atas sebaiknya jangan dijadikan fakta yang membuat takut untuk memulai usaha, tapi justru harus dijadikan masukan positif bagi persiapan mental bahwa kita harus berani menerima kenyataan seandainya mengalami kegagalan. Kalau toh gagal ya siap untuk bangkit dan mencoba lagi usaha. Ingat kalau ‘gak pernah gagal, berarti kita ‘gak pernah belajar. Anggap saja modal usaha yang amblas saat gagal memulai usaha sebagai biaya belajar. Karena seringkali kita temui orang yang mulai usaha, kemudian gagal terus kapok atau jera dan nggak mau usaha lagi.

Takut gagal? Yang ini memang adanya di bagian mental kita. Benar, dan kita harus jujur pada diri sendiri bahwa yang namanya memulai usaha pasti dihadapkan dengan kemungkinan mengalami kegagalan. Tidak ada yang berani memastikan dan menjamin 100% bahwa usaha kita pasti berhasil dan langsung melaju… wess… wess… [tapi ada juga sih yang mulai usaha terus langsung sukses dan melejit] So, jangan gara-gara takut gagal terus nggak jadi take action.

Yang namanya resiko pasti ada, tapi seharusnya bisa dikendalikan asal punya persiapan dan mau belajar dari pengalaman orang lain, dari buku, atau dari mana saja pengetahuan tentang usaha tsb bisa diperoleh.

Nunggu waktu yang tepat dan nunggu peluang

Ingat menunggu itu juga harus ada batasan waktunya. Di dalam dunia bisnis, kalau terlalu lama menunggu akhirnya ya nunggu terus sampai kita tersadar ternyata sudah ketinggalan dan sudah tua untuk memulai, akhirnya takut untuk ambil resiko. Yang namanya peluang itu ya harus diciptakan. Jadi kalau ditanya kapan sebaiknya kita buka usaha, ya sekarang juga. Kalau pun kita nggak take action buka usaha, bisa jadi orang lain lah yang ambil kesempatan take action. Ingat di dunia ini hanya satu yang selalu berlalu begitu cepat meninggalkan kita yaitu : ‘waktu’. Dan waktu tidak pernah bisa kita rewind kembali.

Pengalaman saya mulai usaha 4 tahun yang lalu, hasilnya bisa dirasakan saat ini. Yang namanya keran passive income dari beberapa usaha, saat ini mengalir terus. Memang jumlahnya belum seperti mimpi saya, tapi wajib saya syukuri. Bayangkan kalau 4 tahun yang lalu nggak take action, barangkali ya sampai sekarang tetap saja nggak punya usaha. Dan saat ini saya nggak merasakan nikmatnya ‘nemu duit’ dari usaha yang kita bangun.

So, jangan alasan nunggu waktu dan nunggu peluang menjadi pembenaran untuk tidak take action. Saran saya bagi yang belum take action, cobalah take action sekarang juga, lalu nikmati prosesnya, fokus dan belajar terus dengan bisnis yang telah dipilih untuk ditekuni, tunggu hasilnya… pasti luar biasa

Nggak punya pengalaman

Semua pengusaha sukses saat ini kalau ditanya apakah pada waktu memulai usaha sudah punya pengalaman?. Pasti semua menjawab bahwa mereka memulai usaha dengan modal nekad dan ‘terjun bebas’. Justru kenekatan untuk take action itu yang menjadi pengalaman terindah dan dikenang seumur hidupnya. Dan kalau kita nggak memulai take action buka usaha, ya nggak bakalan punya pengalaman.

Jadi nggak perlu mikir belum atau sudah punya pengalaman. Kalau sudah niat buka usaha ya jalani saja. Sambil berjalannya waktu dan menikmati suka dukanya kita bisa banyak mendapatkan pengalaman nyata menjadi pengusaha. Percayalah begitu kita take action buka usaha bakal banyak tantangan dan wawasan baru yang bakalan memperkaya pengalaman kita dalam berbisnis. Dari pengalaman itulah kita belajar untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.

Cari usaha yang dibutuhkan orang?

Bingung mau usaha apa? Ini juga alasan lain yang sering digunakan untuk mereka yang nggak mulai take action. Kalau ngomongin mau bisnis apa, kita bisa belajar dari buku, majalah bisnis, atau mengamati sekeliling kita. Kira-kira apa sih yang dibutuhkan oleh orang-orang di sekitar tempat tinggal kita. Kita juga bisa mulai usaha dengan menjadi reseller produk-produk milik siapa saja.

Tapi ingat kalau hanya berkutat ‘mau usaha apa ya?’ takutnya sampai kapan pun juga belum tentu take action memulai usaha. Sekali lagi mulai saja usaha apa saja yang bisa kita jalani dengan skala kecil dulu. Yang penting take action dulu, secara perlahan dan sambil berjalan kita belajar lagi lebih banyak seluyk beluk usaha yang kita jalani. Pokoknya yang penting mulai dulu. Tapi ingat jangan membabi buta, kalkulasikan berapa resikonya.

Saya jadi ingat pengarahan dari pak H.Allay di depan kios yang mau dipinjamkan saat mau take action buka toko sepatu di Pusat Grosir Metro Tanah Abang, September 2006 yang lalu. “Jadilah pelaku ekonomi jangan cuma jadi pengamat ekonomi! Nggak ada pengamat ekonomi yang kaya tapi lihatlah para pelaku ekonomi banyak yang sukses!” Jadi pada hakekatnya, buka usaha itu hanyalah sebuah permainan, kita hanya perlu tahu aturan mainnya, tahu bagaimana cara untuk memenangkan permainan. Tapi yang penting, kita harus ikut dan terlibat dalam permainan [play the game]. Kalau nggak ikut main ya nggak bakalan menang!

Endro Wahyu M
TNM-E20 [mastermind Jakarta Timur]
Email : endrowm@yahoo.com

‘kalau niat pengin usaha ya take action, kalau sudah take action ya harus niat’

No comments: