Saturday, May 26, 2007

“Merger” lagi [sekilas info TDA Sepatu]

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

TDA-ers,
Setelah sekian lama tidak melaporkan ‘geliatnya’, ada baiknya saya sharing kondisi terakhir TDA-Sepatu per Sabtu, 26 Mei 2007.

April 2007 yang lalu, tim TDA-Sepatu yang semula [September 2006 s.d. Maret 2007] menempati 8 kios [saya, pak Eko Rachmat, pak Prasetyo, pak Hidayat, pak Didik Sukarna, duet pak Agung K-pak Lendro, duet pak Yoga-pak Rony W, & pak Herumi Rachman] di Low Ground Pusat Grosir Metro Tanah Abang telah dipindahkan [oleh pak H. Allay] ke 2 buah ruko blok F3 Tanah Abang.

Saat proses pindah tempat ini, TDA-Sepatu berkurang anggotanya. [pasangan pak Agung K-pak Lendro K mundur untuk memfokuskan ke toko sepatunya yang di BSD, pak Eko Rachmat mundur karena tugas TDB nya di Palembang, dan pak Prasetyo mundur karena ingin fokus ke usaha ekspedisinya].

Tim TDA-Sepatu, akhirnya melakukan merger, Ruko blok F3 no. 9 ditempati oleh saya, pak Hidayat, pak Didik Sukarna, dan pak Rachman. Mengingat stock barang kami saat itu sudah tidak begitu banyak jadi biar kelihatan bisa memenuhi ruko yang luas dan berlantai 4 ini. Dan Ruko blok F3 no 10 ditempati duet pak Yoga-pak Rony W yang memang stock barangnya banyak sekali.

Karena blok ruko ini memang masih baru [belum semua buka dan belum dikenal] kondisi jualannya juga masih jauh di bawah target [padahal ruko blok F –nya ramainya luar biasa]. Masing-masing dari kami, lebih banyak berjualan di luar Tanah Abang [di lingkungan rumah, dan di kantor] untuk cari tambahan buat menutup biaya gaji karyawan. Bahkan akhirnya, 2 minggu yang lalu, 4 karyawan [bawaan masing-masing dari PGMTA] dengan berat hati kami rumahkan, kami ganti dengan 1 karyawan baru [nantinya kita gaji bersama].

Kamis, 24 Mei 2007 yang lalu, pak Hidayat [Syahid Family] sowan ke pak H. Allay mengajukan pengunduran diri juga. Sabtu, 26 Mei 2007, oleh pak H. Allay, kami [saya, pak Rachman & pak Didik Sukarna] dipindahkan lagi [merger lagi] menjadi satu ruko dengan duet pak Yoga-pak Rony W. Jadi sekarang TDA-Sepatu hanya ada di blok F3 no 10, dan beranggotakan : Endro Wahyu, Herumi Rachman, Didik Sukarna, dan duet Yoga-Rony W.

Demikian up date terbaru dari TDA Sepatu Tanah Abang.

Tetap semangat!

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Endro Wahyu Mardiyanto
TNM-E20
08161996348
email : endrowm@yahoo.com
blog: http://endrowahmar.blogspot.com

begitu yakin kepingin usaha, ya take action lah! kalau sudah take action, ya harus yakin lah!

Pak H. Allay : “Biar semangat lagi, ini 1 juta rupiah coba diputar…”

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

TDA-ers,
Sejak usaha sepatu di Ruko Blok F3, Tanah Abang “speednya melambat”, akhir-akhir ini saya memang terus berikhtiar untuk mencoba usaha lain, tapi yang basisnya juga Tanah Abang. Dari observasi selama ini yang terpikir ya jualan busana muslim. Malah saat kita ngobrol bareng [saya, pak Hidayat, pak Rahman dan pak Didik] sempat tercetus pikiran : “Asyiik juga ya kalau bisa jualan barang-barang pak H. Allay tanpa harus membayarnya dulu” [saya memang memikirkannya terus].

Rupanya, ‘hukum tarik menarik’ dan kekuatan doa/pikiran menunjukkan buktinya. Sabtu, 26 Mei 2007, [usai sholat Dzuhur di musholla blok F Tanah Abang yang diimami oleh pak H. Allay] saya, pak Rahman dan pak H. Allay berjalan bersama menuju ruko Blok F3 sambil membahas kondisi terakhir TDA-Sepatu. Akhirnya, saat kita berada di ruko pak Haji yang dikelola pak Edi & pak Enon dari TDA-Apprentice, kejutan pun datang.

Tiba-tiba pak Haji mengeluarkan berturut-turut bundelan uang 1 juta rupiah dari sakunya lalu diberikan kepada saya, pak Rahman, pak Enon & pak Edi sambil berpesan : “Biar semangat lagi, ini 1 juta coba diputar… jadiin modal… silakan beli barang dari 3 toko ini, mukenah, peci, atau kerudung…uangnya diputar terus ya…

Alhamdulillah. Masing-masing dapat 1 juta rupiah. [ternyata pak H. Allay betul-betul berempati dengan anak-anak bimbingannya. Sebuah bukti lagi bahwa beliau selalu banyak ‘memberi’ dan teladan buat kita semua untuk selalu menebar rahmat]

Setelah berembug, akhirnya saya dan istri, juga pak Rahman memutuskan untuk kulakan kerudung di toko pak Haji untuk dijual lagi. Take action lagi! Eh, di toko kerudungnya pak Haji, ketemu sama bu Dorris & pak Yassir yang juga sedang kulakan kerudung buat jualan di tokonya yang baru 28 hari buka di daerah Tebet. Selamat ya!

Inilah small winning saya dan pak Rahman. I like Saturday!

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Endro Wahyu Mardiyanto
TNM-E20
08161996348
email : endrowm@yahoo.com
blog: http://endrowahmar.blogspot.com

begitu yakin kepingin usaha, ya take action lah! kalau sudah take action, ya harus yakin lah!

Friday, May 25, 2007

Kiat menghadapi 'sukses yang tertunda'

Semua pasti akrab dengan kata bijak ini :‘kegagalan’ adalah ‘sukses yang tertunda’.

Siapa pun yang bisnisnya pernah bermasalah, pasti pernah mengalami bagaimana ‘nikmatnya’ pembelajaran dari kejadian itu. Saat harus mengamputasi toko seluler saya, September 2006 yang lalu, saya juga merasakan bagaimana rasanya menyesali kebodohan diri sendiri, stress, trauma, dsb. Saat itu yang bisa dilakukan hanyalah merenungi nasib sambil mengambil hikmah dari ‘sukses yang tertunda’ tsb.

Itulah yang terjadi saat itu. Seiring dengan berjalannya waktu, setelah lebih banyak belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain serta belajar untuk selalu positive thinking, mindset saya dalam memandang masalah ‘sukses yang tertunda’ yang pernah saya alami, menjadi lebih positif dan lebih arif.

Ada pepatah import “if a problem doesn’t kill you, it will make you stronger”. Pepatah ini memang erat kaitannya dengan salah satu kodrat manusia sebagai makhluk yang flexible, liat & mudah beradaptasi. Jadi seharusnya, saat kita mengalami masalah, seberat apapun masalahnya, selama stressnya tidak membuat kita ‘tamat’, mental kita akan melakukan penyesuaian sedemikian rupa untuk ‘melahirkan’ manusia baru yang lebih kuat dan tabah. Khabar gembiranya, saat mengalami masalah yang sama [amit-amit jangan lagi lah!] maka tidak akan berpengaruh lagi. Karena mental sudah ditempa menjadi jauh lebih kuat dari sebelumnya.

Jadi hadapi saja ‘sukses yang tertunda’ tsb. dengan positive thinking. Cobalah untuk memandang ‘cobaan’ atau ‘pelajaran berharga’ yang kita temui dalam bisnis tsb. dengan full senyum. Barangkali bahasa iklannya yang cocok adalah “Enjoy aja…!” Kiat ini sangat saya yakini setelah mencoba memahami isi buku ‘The Attractor Factor’-nya Joe Vitale dan ‘The Secret’-nya Rhonda Byrne. Intinya, dengan melihat segala hal dengan spirit positive, maka ‘the law attraction’ atau ‘hukum tarik menarik’ akan menarik segala hal yang positif ke dalam diri maupun kehidupan kita. Namun jangan lupa untuk tetap bersyukur, pasrah & ikhlas. Kita sambut rencana Allah SWT selanjutnya [tentunya yang selalu kita mohon dalam doa]. Yakinlah, selama kita masih bernafas dan segar bugar, berarti masih ada rejeki melimpah yang disediakan Allah SWT, tinggal tunggu waktu dan selalu berikhtiar untuk menjemput rejeki tsb.

Lebih jauh lagi, kita juga bisa menyikapi ‘sukses yang tertunda’ itu dengan menganggapnya sebagai biaya kuliah di ‘Real Life University’ di jurusan bisnis. Pastikan untuk bersyukur dapat pengalaman dan pembelajaran yang berharga. Tentunya agar lain kali lebih berhati-hati, dan tidak terulang lagi. Cara pandang menganggap ‘sukses yang tertunda’ tsb. sebagai ‘investasi untuk belajar’ bisa jadi akan membuat kita menjadi lebih ikhlas & pasrah. Ingat, saat orang tua kita kehilangan uang untuk membayar biaya kuliah kita , mereka tidak pernah merasakannya sebagai sebuah kerugian atau menyesalinya, tapi begitu ikhlas. Karena orang tua kita menganggap proses belajar sebagai investasi penting untuk masa depan anaknya.

Semoga wacana ini dapat menjadi bahan perenungan dan pencerahan.


Endro Wahyu Mardiyanto
TNM-E20
endrowm@yahoo.com
08161996348

‘sukses yang tertunda’ akan menjadikan kita ‘sukses selamanya’

'Kebebasan Finansial' versi saya

Istilah kebebasan finansial di sini sebenarnya saya comot dari buku Robert T. Kiyosaki [Rich’s Dad & Poor’s Dad] yang 10 tahun terakhir ini berhasil merubah mindset dan paradigma tentang uang kepada para pembacanya.

Singkatnya, kita harus bekerja cerdas, bagaimana ‘uang kita’ bekerja keras untuk kita dan menghasilkan passive income. Jadi tanpa harus bekerja secara fisik, kita bisa mendapatkan income atau pendapatan yang tetap [kebebasan finansial terkait erat dengan kebebasan waktu] . Kebalikannya adalah massive income, pendapatan tetap yang diperoleh dari kita menjual tenaga/keringat kepada pemilik perusahaan [menjadi karyawan dan tidak memiliki kebebasan waktu]. Bila kita berhenti bekerja, terhenti pula pendapatan tetap kita.

Menurut Robert T. Kiyosaki, kebebasan finansial itu tercapai bila passive income yang diperoleh per bulan (ingat tanpa harus bekerja) besarnya lebih dari 3 kali expense kita per bulan. Jadi hitungan kasarnya bila saat ini di Jakarta expense kita per bulan sekitar 10 jt, artinya kita harus memiliki passive income lebih dari 30 jt per bulan. Barulah bisa disebut kita memiliki kebebasan finansial.

Dengan memiliki kebebasan finansial berarti kita juga memiliki kebebasan waktu. Tidak terikat dengan jam kantor, kitalah yang menentukan waktu milik kita, mau ngapain aja juga terserah kita. Mau nganter & jemput anak sekolah, mau main futsal sama anak, mau nongkrong di Starbuck sambil browsing internet, mau berenang ataupun main golf setiap saat juga bisa terlaksana. Pokoknya, kita menjadi tuan atas diri kita sendiri.

Bayangkan kalau kita masih berstatus sebagai karyawan [terikat dengan jam kantor], terkadang mau mengantar anak sakit ke dokter saja minta ijinnya sulit sekali. Bahkan untuk menjalankan kewajiban sholat tepat waktu saja juga tidak mudah. Pantas saja Rasulullah menganjurkan kepada umat Islam untuk mencari nafkah dengan cara berniaga [ingat 9 dari 10 pintu rejeki itu berasal dari berniaga]. Tentunya agar memiliki kebebasan finansial, kebebasan waktu serta tidak terikat penuh dengan pekerjaan, sehingga dapat menjalankan kewajiban ibadah dengan lebih baik.

Bagi saya pribadi (dengan cara pandang sederhana & realistik), kebebasan finansial itu tercapai apabila passive income bulanan yang sedang saya perjuangkan ini (PI) dibagi seluruh expense bulanan (E) dan juga disisihkan untuk tabungan (S) sama dengan (=) lebih besar dari 1 (> 1). Jadi rumusnya PI : E + S = > 1.

Artinya, dengan memiliki passive income yang lebih besar dari pengeluaran & tabungan otomatis kebebasan finansial ada di depan mata. Seandainya, tidak bekerja pun yang terpenting passive income per bulan tsb. masih dapat menutupi semua kebutuhan (expense) per bulan dan masih ada yang ditabungn [tabungan itu penting banget]. Hitungan kasarnya bila saat ini untuk hidup di Jakarta expense plus tabungan kita perbulan yang harus disediakan sekitar 10 jt, maka passive income per bulan harus 10 jt lebih (bisa 11 jt, 12 jt –an). Inilah kebebasan finansial versi saya.

Endro Wahyu Mardiyanto
TNM-E20
endrowm@yahoo.com
08161996348

kebebasan finansial akan membuat kualitas hidup lebih maksimal

Tuesday, May 22, 2007

[tonggak perjalanan bisnisku, sebuah catatan yang tercecer]

Mimpi kali ye... begitulah komentar beberapa temen 4 tahun yang lalu [Juni tahun 2003] tatkala saya mengutarakan [mendeklarasikan] keinginan untuk bisa punya penghasilan sampingan yang bersumber dari usaha sendiri atau kerennya passive income [waktu itu saya baru selesai baca bukunya Robert T Kiyosaki]. Dan saya juga nggak merasa tersinggung kok, justru malah kepingin membuktikan bahwa saya harus bisa. Kenapa komentar seperti ini muncul, karena mereka pikir memulai usaha itu kan nggak gampang… apalagi kita semua kan cuma karyawan, yang waktunya terbatas, dan penghasilan bulanan juga kebanyakan habis untuk kebutuhan keluarga [maklum inilah mindset-nya karyawan].

Oktober 2003, tanah kavlingan di pinggir komplek, yang saat itu hanya menjadi tempat istri saya memanjakan hobi bercocok-tanamnya, rumah mungil tempat saya bersantai sambil baca buku, dan tempat kedua anak saya bermain bersama teman-temannya terpaksa menjadi korban dari "keganasan" impian saya. Bersumber dari tabungan dan penghematan gaji, akhirnya Desember 2003, sebanyak 8 "apartemen" [maksud saya rumah kontrakan] berhasil berdiri di tanah itu. [istri saya protes berat karena pisang, blimbing, jambu, mangga, alpukat saat itu sedang produktif berbuah, anak-anak juga protes. saya hanya bisa berjanji untuk sesering mungkin mengajak mereka piknik ke tempat yang banyak tanamannya di akhir pekan]. Januari 2004, 8 "apartemen" tersewa semuanya. Alhamdulillah, punya kran passive income pertama.

Februari 2005, ketemu peluang usaha baru yaitu rental mobil. Bersumber dari hasil "apartemen" ditambah tabungan, akhirnya bisa buat DP mobil. Angsuran bulanannya dibayar dari hasil sewa bulanannya. Meskipun, ada beberapa bulan yang harus "nombok", tapi saat ini mobil sudah lunas. Hasil bulanannnya menjadi kran passive income saya yang kedua, Alhamdulillah. Mimpi lanjutannya semoga bisa beranak jadi mobil baru lagi dan "direntalin" lagi.
November 2005, saat asyik makan bubur ayam melihat sebuah toko dikontrakkan di seberang jalan. Entah "kegilaan" dari mana, beberapa hari kemudian ketemu sama pemiliknya dan langsung saya beri persekot untuk kontrak 1 tahun. Hampir 1 minggu lamanya saya mempelajari dan memikirkan usaha apa yang cocok untuk tempat ini. Akhirnya, saya putuskan untuk buka toko seluler. Belajar dari teman secara kilat, cari karyawan, kulakan barang dagangan & voucher, jadilah saya punya usaha toko seluler. Hingga bulan Mei 2006 saat masih saya kontrol setiap malam sepulang dari kantor, kinerja [cash flow] usaha ini bisa membukukan keuntungan [walaupun sedikit]. Sayangnya saat tugas kantor menyita banyak waktu saya [pulang malam terus], dan tidak sempat "ngontrol", karyawan pun mulai "nggak bener" jalannya. Laporannya minus terus dan modal pun terkikis untuk menutup overhead cost. Akhirnya, dengan berat hati September 2006, usaha yang satu ini saya "amputasi". Alhamdulillah saya dapat pengalaman & pelajaran yang begitu berharga dari usaha ini.

September 2006, ada tawaran kios gratis dari pak H. Allay [sesepuh komunitas TDA-tangan di atas, di mana saya bergabung sejak Maret 2006. Thanks to pak Roni Yuzirman] di Pusat Grosir Metro Tanah Abang di Ground Floor. Jadilah saya take action bersama rekan-rekan TDA [tangan di atas] dengan membuka toko sepatu di PGMTA. Saat menjelang Lebaran hasil usaha ini boleh dibilang cukup bagus. Namun setelah Lebaran hingga Maret 2007, saat mulai dipungut biaya listrik & service charge, mulailah terasa berat "nafas" TDA Sepatu, karena harus "nombok". Di bulan April 2007, pak H. Allay memindahkan TDA Sepatu ke ruko Blok F 3 Tanah Abang. Hasilnya, hingga saat ini juga masih "nombok". Namun pak H. Allay memberi nasehat bahwa yang namanya usaha itu bisa sukses dalam waktu 6 bulan, bisa 6 tahun, jadi ya harus bersabar, berdoa, pasrah & ikhlas. Meskipun keran passive income belum mengucur dari usaha yang satu ini, saya tetap bersyukur karena banyak pelajaran penting & berharga yang bisa saya petik saat menjadi pedagang Tanah Abang ini.

April 2006, saya bersama pak Dhany [member TDA] take action bikin warnet bersama tim Alpha [pak Adzan, pak Deddy, dan pak Dimas] di Jl. Raya Bogor seberang Mal Cijantung. Alhamdulillah, awal Mei sudah dapat "transferan" pembagian keuntungan. Jadilah usaha ini sebagai keran passive income saya yang terbaru.

So, temen-temen… tulisan ini bukan bermaksud untuk "pamer" atau menyombongkan diri, tapi semata-mata hanya mau sharing bahwa 4 tahun yang lalu, sebagai karyawan, saya berangkat memulai usaha dari ejekan "mimpi kali ye… " tapi ternyata tak terasa berproses dan berjalan "mengalir" seperti harapan saya saat itu yang kepingin banget punya usaha & bisa mendapatkan passive income. Meskipun, tidak setiap usaha yang dirintis dapat menghasilkan keran passive income, tetapi ada hal yang lebih penting buat saya pribadi, yaitu proses belajar untuk bisa jadi pengusaha.

Jadi jangan remehkan impian-impian kita. Bila kita niat dan berani take action untuk mewujudkannya, secara perlahan tapi pasti ternyata hasilnya "luar biasa". Mimpi saya selanjutnya, karena telah mengenal & bergabung dengan komunitas TDA [Tangan di Atas], tentunya adalah menjadi full TDA. Doain ya…

Salam,
Endro WM
TNM-E20

08161996348
endrowm@yahoo.com

begitu yakin kepingin usaha, ya take action lah! kalau sudah take action, ya harus yakin lah!

Catatan:
Tulisan ini "terpaksa" dibuat untuk memenuhi kewajiban sebagai member TDA yang harus punya blog sendiri, sesuai himbauan "jendral" TDA, pak Roni Yuzirman, hehehe…



Jangan investasi bila takut modal tak kembali

Saat hendak take action buka usaha grosir sepatu di Pusat Grosir Metro Tanah Abang, September 2006 yang lalu, istri saya adalah orang meragukan prospek ke depan usaha ini. Maklum, ketika gagal dengan toko seluler, ia masih merasa trauma untuk memulai usaha baru yang harus jualan di toko. Apalagi kita memulai dengan nol besar, tanpa pengetahuan sedikitpun di bidang bisnis persepatuan, ke mana harus mencari sumber barangnya, bagaimana pricingnya, mesti sedia stock barang seberapa banyak, model sepatu seperti apa saja yang lagi trend dan disukai, terus bagaimana kalau ternyata barang tsb. tidak habis, bagaimana sistem pembukuannya agar memudahkan pengontrolan, dan yang lebih penting lagi pertanyaan klasik namun mendasar, bagaimana kalau modalnya nanti amblas dan tidak kembali?

Saya pun sempat terpengaruh dan agak gamang melangkah untuk usaha yang satu ini. Biasanya, kalau saya mulai ragu, mulailah saya buka email, browsing internet, membaca ulang buku bisnis & cari tulisan-tulisan yang memberi semangat. Biarkan segala masalah tersebut ‘mengendap’ dulu sambil merenung ulang jejak langkah belajar usaha selama ini.

Namun, karena berjualan di mal adalah salah satu cita-cita dan keinginan yang lama terpendam, maka saya putuskan harus maju terus pantang mundur. Apapun nanti hasilnya, ini adalah sebuah pembelajaran bagi diri saya pribadi. Langkah berikutnya, segala macam masalah di atas saya coba bikin listnya. Sambil berjalan & take action, semua masalah di atas akan menjadi PR saya untuk dipelajari dan dicarikan solusinya.

Dari salah satu tulisan yang saya baca, saya mendapatkan sedikit pencerahan yang membuat ‘tetap semangat’. Dalam tulisan tsb dijelaskan bahwa pada dasarnya manusia itu adalah ‘makhluk kebiasaan’, yang biasanya hanya bersedia melakukan apa-apa yang biasa dilakukannya. Kalau saat ini kita menulis dengan tangan kanan, itu karena kita sudah terbiasa melakukannya dari sejak lama. Kalau tiba-tiba terjadi sesuatu sehingga tangan kanan tidak bisa digunakan, maka akan sangat sulit sekali apabila kita ingin menggunakan tangan kiri untuk menulis. Jadi, sebagai seorang pemula dalam bisnis, dan bila merasa ragu-ragu, itu adalah hal yang umum terjadi. Karena memang diperlukan keberanian ekstra bagi kita untuk keluar dari kebiasaan lama (kemapanan dan kejelasan) dan memulai kebiasaan baru (yang belum jelas bagaimana prospek ke depannya).

Kalau mau memulai bisnis sepatu, ya mulailah melakukan kebiasaan-kebiasaan baru yang berkaitan dengan dunia bisnis persepatuan, termasuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan bisnis yang ingin ditekuni. Mulailah mengamati di mal-mal bagaimana kegiatan yang ada di toko sepatu. Saya coba mendatangi beberapa toko sepatu yang ada di Jatinegara dan Bogor untuk mendapatkan insight. Meskipun hanya sekedar bertanya-tanya dan ngobrol dengan para pembeli dan pemilik toko kita dapat merasakan atmosfir bisnisnya.

Ternyata, untuk mengubah kebiasaan adalah sebuah proses yang sangat berat. Tidak bisa berhasil dalam sekejap. Perlu cukup waktu untuk bisa masuk dan merasakan nikmatnya menjadi pengusaha.Untuk sumber sepatu dengan harga termurah, saya mulai bertanya ke sana ke mari, juga cari di internet. Mulailah saya mendatangi pusat perkulakan sepatu di daerah Jatinegara dan Bogor. Sambil belanja barang saya berusaha bertanya pada orang yang tepat dan terus-menerus berusaha. Pokoknya, semangat pantang mundur dan terus menambah wawasan persepatuan, sambil juga belajar bagaimana pricingnya, mesti sedia stock barang seberapa banyak, model sepatu seperti apa saja yang lagi trend dan disukai (melakukan pengamatan dan bertanya ke siapa saja), bagaimana sistem pembukuannya agar memudahkan pengontrolan, dsb.

Lalu bagaimana kalau nantinya modal tidak kembali? Tentu saja banyak pilihan. Bisa saja nantinya saya menangis dan berhari-hari menyesali amblasnya modal usaha. Atau mengambil hikmahnya sebagai pelajaran berharga, sehingga perlu dicari berbagai penyebab kegagalan usaha tersebut, sampai akhirnya kita bangkit dan berusaha kembali. Karena terjun di bidang usaha itu resikonya cuma ada dua, untung atau buntung. Kalau kita siap untuk meraih sukses, kita juga harus siap menderita kerugian. Ini sudah menjadi hukum dalam menjalani usaha. Sepengetahuan saya, sampai saat ini hanya ada satu cara untuk menghindari modal tidak kembali, yaitu JANGAN BERINVESTASI alias JANGAN BUKA USAHA. Tetap semangat dan maju terus pantang mundur.

Salam,
Endro WM
TNM-E20

08161996348
endowm@yahoo.com

begitu niat jadi pengusaha, ya take action lah! kalau sudah take action, ya harus niat lah!

Thursday, May 17, 2007

Filosofi Kegagalan

Sebagai karyawan yang telah mencoba membuka usaha, kegagalan memang menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Saat bangkrut di usaha toko seluler [September 2006], saya betul-betul merasakan gimana 'sakitnya', apalagi 'mantan pacar' eh istri saya yang ngomel terus-terusan dan mengancam untuk melarang saya buka usaha yang lain lagi. Namun perlahan namun pasti saya mencoba memberi pengertian bahwa untuk mewujudkan mimpi memiliki usaha sendiri kita harus melewati berbagai "kondisi jalan", bisa mulus, bisa berliku, bisa juga terjal. Dan yang namanya belajar jadi pengusaha itu ibarat belajar naik sepeda, pasti ada jatuh bangunnya. Nanti kalau sudah lancar kan bisa ngebut.... wesss! Akhirnya, hingga detik ini istri tercinta masih merestui langkah saya untuk mewujudkan mimpi bisa jadi pengusaha.

Tulisan ini, pernah membangkitkan semangat saya untuk tidak menyerah tatkala gagal di usaha toko seluler dan berhasil mengikis mental block yang jadi penghambat hingga akhirnya saya memutuskan untuk berani buka usaha lagi.

Ada statement bijak yang mengatakan bahwa ‘kegagalan terbesar adalah bila kita tidak pernah berani untuk mencobanya’. Makna dari rangkaian kata-kata tsb. terasa sangat mendalam kalau kita mengkajinya secara lebih dalam lagi. Bagi karyawan yang ingin memperoleh passive income seperti saya, kalimat ini jelas memberikan inspirasi dan motivasi yang positif. Kalau ingin memperoleh passive income ya harus memulai usaha. Namun apa jadinya bila untuk memulai saja kita tidak pernah take action, jelas hasilnya adalah kegagalan sebelum memulai atau kalah sebelum berperang. Bila tidak pernah memulai action untuk menjadi pengusaha maka selamanya akan menjadi orang yang gagal menjadi pengusaha.

Statement lain mengatakan ‘berani sukses harus berani gagal’. Dalam memulai usaha mental harus sudah siap bahwa setiap usaha itu selalu mengandung 2 resiko. Ibarat 2 sisi mata uang yang berlawanan : ‘sukses atau ‘gagal’. Jadi kalau dalam memulai usaha kita berangan-angan untuk siap meraih kesuksesan berarti harus siap mental pula untuk mengalami kegagalan.

Lalu bagaimana seandainya, saat menjalankan usaha mengalami kegagalan? Bila setelah mengalami kegagalan terus kita jera untuk jadi pengusaha, ya berarti kita menjadi orang yang gagal. Kenapa gagal? Karena kita memutuskan berhenti untuk belajar jadi pengusaha setelah mengalami kegagalan atau kebangkrutan. Padahal seharusnya justru dari kegagalan ini kita harus belajar banyak dan mengevaluasi segala hal yang terkait dengan usaha tsb. Jadikan kegagalan tsb sebagai pengalaman atau guru terbaik untuk diri kita. Tentunya, dengan asumsi agar ke depannya kita tidak gagal lagi dan berhasil meraih sukses.

Sebagai karyawan yang kepingin menjadi pengusaha, mental kita harus terus diasah untuk tetap optimis mencoba dan mencoba lagi menjalankan usaha. Kata kuncinya ‘jangan pernah menyerah’. Ingat sukses itu milik siapa saja yang tetap mau berusaha. Semua orang punya hak untuk sukses. Sukses itu datangnya juga kapan saja, di mana saja. Sejarah juga telah mengajarkan kepada kita semua. Bagaimana seorang Thomas Edison berhasil menciptakan lampu pijar setelah melewati kegagalan dalam percobaannya lebih dari 10.000 kali percobaan. Dia tidak pernah berhenti untuk mencoba dan mencobanya lagi. Akhirnya, dia pun memperoleh kesuksesan yang luar biasa, karena penemuannya begitu bermanfaat bagi umat manusia sedunia hingga saat ini. Bahkan, pak H. Allay [sesepuh komunitas Tangan Di Atas] pun pernah bercerita bahwa beliau pernah bergonta-ganti usaha berkali-kali hingga akhirnya bisa menjadi seperti sekarang ini.

Belajar dari kegigihan Thomas Edison maupun pak H. Allay, jika ingin sukses kita harus bisa menggali potensi diri kita. Lalu belajar dan belajar terus untuk bisa menjadi pengusaha sukses. Belajar bisa dari mana saja, misal dari perjalanan sukses para pengusaha [karena sukses seorang pengusaha pasti ada jejaknya]. Di komunitas TDA ini kita bisa belajar banyak dari pak H. Allay, pak Roni, pak Agus Ali, pak Hadi Kuntoro, dan masih banyak lagi yang akan panjang daftarnya bila disebutkan semuanya. Belajar dari membaca buku-buku, majalah kewirausahaan yang mulai banyak di pasaran. Belajar langsung dari para pengusaha di seminar-seminar atau kursus-kursus singkat untuk calon pengusaha. Berinteraksi langsung dengan komunitas pengusaha baik melalui milis maupun kelompok-kelompok. Dst.

Kalau sudah memperoleh insight atau wawasan tentang kewirausahaan, mulailah take action. Beranikan diri kita untuk memulai usaha dari skala yang seminimal mungkin sehingga bila mengalami kegagalan masih siap menanggung resikonya. Bila mengalami kegagalan jangan kapok lantas berhenti untuk memulai lagi. Karena ‘gagal dalam mencoba’ jauh lebih baik ketimbang ‘tidak pernah gagal tetapi tidak pernah pula mencoba memulai usaha’.

Kembali ke filosofi kegagalan tadi, pertanyaannya adalah ‘beranikah kita untuk mencoba atau memulai untuk menjadi pengusaha’? Jawabannya berpulang kepada diri kita masing-masing. Karena dalam hidup ini terbentang serangkaian pilihan. Hendak ke mana langkah kita akan diayunkan? Setiap usaha pasti ada resiko meraih kesuksesan atau kegagalan? Atau kita berdiam diri saja – tidak take action - karena terlalu banyak berpikir dan menimbang untung-rugi sehingga akhirnya takut untuk memulai usaha?

Salam sukses TDA,
Endro WM
TNM-E20

08161996348
endrowm@yahoo.com

"begitu niat jadi TDA, ya dijalani saja. kalau sudah dijalani, ya harus diniati!"