Sunday, March 30, 2008

Sepenggal cerita tentang “Bus SIM Keliling”


Nggak kerasa, SIM A & C tanggal 4 April 2008 ini sudah habis masa berlakunya. Mau nggak mau kan mesti diperpanjang sebelum tanggal tsb. Kebayang 5 tahun yang lalu [karena nggak mau repot ‘dikerjain oknum’], urusan memperpanjang SIM tsb. melalui biro jasa. Alhasil habisnya lumayan mahal [Rp 360,000]. Kali ini, iseng-iseng nanya ke biro jasa yang sama untuk perpanjangan SIM A & C membutuhkan biaya Rp 500,000. [Enak banget ya nyari duitnya???]

Akhirnya, memilih untuk mencoba memperpanjang SIM tsb. sendiri tanpa perlu bantuan biro jasa. Sambil mencoba petualangan baru, kayak apa sih ribetnya? Kan katanya dalam usaha mewujudkan good government service di tubuh POLRI, sekarang ‘ngurus’ SIM & STNK lebih gampang dan nyaman, tanpa harus melalui calo ataupun biro jasa. [maaf ya buat temen-temen yang punya usaha biro jasa khusus SIM & STNK, hehehe…].

Sekaligus mendukung usaha POLRI untuk ‘memberantas praktek pungli & percaloan’ dari dalam instansinya. Kalau nggak dimulai dari diri kita sendiri, tujuan mulia ini akan mubazir. Inilah niat yang saya canangkan, ‘memerangi praktek pungli yang telah membudaya di masyarakat’ yang bikin bangsa ini terpuruk terus menerus. Mau se’repot’ apapun akan ane jabanin!

Tanggal 27 Maret 2008, mulailah browsing di internet, cari info tentang perpanjangan SIM ini, eh ketemu dengan yang namanya layanan SIM keliling. Emang beberapa tahun yang lalu pernah denger kalau Polda Metro Jaya melaunching fasilitas tsb. Tapi kan karena saat berita tsb. dirilis belum perlu, ya informasi tsb. lewat begitu saja. Masalahnya, layanan bus SIM keliling tsb. lokasi mangkalnya berpindah-pindah setiap hari.

Tatkala menanyakan ke telepon yang tertera di WEB resmi POLDA Metro Jaya [ http://www.lantas.metro.polri.go.id ] dijawab agar menelepon di pagi hari jam 8,00 di hari kapan kita mau memanfaatkan jasa layanan bus SIM keliling ini. Atau bisa juga SMS ke no. 1717 pk. 8,00 di hari yang sama. Juga bisa dilihat di halaman utama WEB resmi POLDA Metro Jaya setiap harinya [ http://www.lantas.metro.polri.go.id ].

Tanggal 28 Maret 2008 pagi, pk. 08,10 iseng-iseng nyoba nelpon ke no. telepon yang dianjurkan 021 527 6001, ternyata tidak ada satu pun yang menjawab [gimana nich???]. Terus nyoba SMS ke no. 1717 : “mohon info, hari ini 28 Maret 2008 layanan bus SIM keliling untuk wilayah Jak Tim lokasi ada di mana ya?”. Eh, nggak sampai 5 menit SMS telah dibalas : “SIM/STNK Jak Sel di Kebun Binatang Ragunan [SIM hari ini tidak beroperasi], Jak Tim di Pusat Grosir Cililitan, Jak Ut di Mall Pluit, Jak Bar di Carrefour Puri Kembangan, Jak Pus di PT Pelni Jl. Gajah Mada. Jam operasi 08.00 – 13.00 WIB.”

Langsung otakpun ambil keputusan untuk memilih Bus SIM Keliling yang ada di Pusat Grosir Cililitan [PGC] karena lebih dekat dari rumah. Meluncurlah ke PGC. Sampai di PGC sekitar 08.45. Di halaman parkir sudah terparkir Bus SIM Keliling & Bus STNK Keliling.

Di depan Bus SIM Keliling sudah ngantri 5 orang sebelum saya. Saya tanya ke petugas, apakah SIM saya yang habisnya 4 April 2008 nanti boleh diperpanjang sekarang? Karena saya minggu depan 1 April s.d 5 April 2008 ada tugas pekerjaan kantor. Kalau memperpanjang setelah tanggal itu kan kena denda. Ternyata oleh petugas diijinkan untuk itu. [Thanks ya.] Di dompet ada duit Rp 300,000, seharusnya cukup untuk biayanya.

Setelah KTP dan kedua SIM tsb. difotocopy oleh petugas [biaya fotocopy untuk 3 lembar Rp 3,000], langsung diminta untuk mengisi formulir permohonan perpanjangan SIM. Sayangnya, saya nggak bawa ballpoint jadinya untuk mengisi formulirnya harus menunggu orang yang bisa meminjamkan ballpoint-nya. Inilah masalah yang bikin agak lama. Saat mengisi pun juga memerlukan waktu agak lama, karena harus mengisi 2 formulir [SIM A & C]. Akhirnya, pk. 09.10 formulir tsb. berhasil saya serahkan ke petugas. Tibalah ke tahap menunggu panggilan untuk difoto [nggak disediakan kursi jadi ya pada berdiri ‘berceceran’ di sekitar bus tsb].

Pk. 09.20, dipanggil naik ke atas bus untuk photo session, sekaligus dicek ulang data yang akan tertera di SIM kita [Nama, Tgl. Lahir, Alamat]. Petugasnya pun ramah dalam melayani para pemohon SIM. Berbeda jauh dengan pengalaman saya ‘ngurus’ perpanjangan SIM di SAMSAT Jl. Daan Mogot 5 tahun yang lalu, di mana petugasnya cuma ramah sama duit kita [waktu itu kan lewat Biro Jasa].

Selesai foto diminta untuk membayar Rp 170,000 untuk SIM A & C tsb. [jadi @ Rp 85,000]. Surprise banget! Sungguh di luar expectation saya sebelumnya. [perkiraan saya paling murah Rp 200,000 untuk 2 SIM tsb]. Bayangin pula kalau mesti ‘ngurus’ lewat biro jasa atau calo yang budgetnya sekitar Rp 500,000.

Sambil ngobrol, petugas tsb. juga menginformasikan bahwa mulai awal April 2008 ini layanan SAMSAT akan buka kantor di PGC ini, dan beberapa mal lainnya [salah satunya Mal Taman Anggrek dll.]. Jam bukanya juga seiiring dengan bukanya Mal tsb. Jadi konsepnya, sambil belanja kita bisa memperpanjang SIM & STNK. Sabtu Minggu juga buka. Jadi nggak ada lagi alasan untuk kita nggak ada waktu untuk memperpanjang SIM or STNK. Hebat ya… terobosan yang dilakukan POLRI.

Pk. 09.25, kedua SIM baru saya diserahkan. Saya hitung, waktu yang diperlukan juga lumayan singkat [lebih lama ngisi formulirnya dibanding bikin SIM nya]. Pk. 09.30 saya sudah keluar dari areal parkiran PGC. Jadi dari saya tiba di PGC hingga pergi meninggalkan PGC hanya membutuhkan waktu 45 menit saja. Betul-betul puas saya dibuatnya. Baru kali ini saya merasakan berurusan sendiri dengan birokrasi begitu lancar & efisien dari segi waktu. Kalau semua instansi pemerintah yang terkait dengan layanan public bisa seperti ini semua, saya yakin negeri ini akan melangkah lebih maju. Salut juga ane ama reformasi POLRI.

Setelah mengalami sendiri bagaimana mudahnya ‘urusan’ memperpanjang SIM ini, saya anjurkan kepada siapa saja agar memanfaatkan layanan perpanjangan SIM & STNK melalui Bus Keliling ini. Dijamin kesan ribet & repot yang selama ini melekat jika kita bicara ‘urusan’ dengan SAMSAT, akan langsung sirna saat itu juga. Coba & buktikan.


Informasi tambahan bagi yang mau memanfaatkan layanan ini:

-Pagi pk. 08.00, cari tahu keberadaan Bus SIM Keliling dengan SMS 1717

-Bus SIM Keliling DKI hanya melayani perpanjangan SIM ‘keluaran’ Polda Metro Jaya

-SIM yang kadaluarsa lebih dari 1 tahun juga tidak bisa dilayani

-Bawa KTP & SIM aslinya

-Berpakaian yang sopan & layak untuk difoto

-Siapkan uang pas [seringnya nggak ada kembalian]

-Siapkan payung [kalau pas musim hujan], karena tidak ada tempat berteduh

-Siapin juga air minum biar nggak kehausan bila menunggu saat teriknya matahari

-Sebaiknya datang lebih pagi [pk 8.00] , karena makin siang makin berjubel antriannya


Masukan untuk Bus SIM Keliling :

-Meja & kursi untuk mengisi formulir isian sebaiknya diperbanyak

-Sistim antriannya, meski sudah lumayan baik, kalau bisa menggunakan Ticketing System seperti di Bank. Kalau antriannya membludag ‘takutnya’ jadi kacau

-Perlu disediakan papan informasi tentang ‘aturan main’ dan penjelasan apa saja yang bisa dilayani & tidak bisa dilayani [banyak yang ditolak padahal sudah ‘ngantre’]


Peluang usaha :

-Jualan minuman/snack dll. [juga ballpoint] kerja sama dengan bus SIM Keliling ini

-Menyewakan kursi lipat juga oke lho…

-Bisa untuk ajang sampling product bagi yang punya tim SPG

-Bisa beriklan melalui X-banner, spanduk, tenda ruang tunggu

Friday, March 28, 2008

Cobalah berpikir jahil, iseng & nyleneh



Bukan maksud saya untuk mengajak Anda mengisengi & menjahili orang lho… Tapi memang ajakan agar jahil, iseng & nyleneh untuk diri sendiri masing-masing. Kalau kita mau kreatif dan punya ide-ide yang liar dan keluar dari pakem, syarat inilah yang minimal harus dipenuhi terlebih dahulu. Jadi pikiran kita harus diajak ‘nakal’ dan ‘nggak gampang puas’, tentunya agar bisa menemukan ide-ide yang outstanding. Saya memang mewajibkan kepada diri pribadi agar di sela-sela waktu senggang [daripada ngelamun] untuk menerapkan metode berpikir ‘liar’, jahil, iseng & nyeleneh ini.

Tulisan ini untuk melengkapi 2 tulisan sebelumnya tentang brand name & slogan.

Pikiran jahil, iseng & nyleneh setidaknya akan membawa kita untuk selalu mengutak-ngatik ide atau segala hal yang selama ini sudah dianggap mapan. Terus, ‘jangan gampang puas’, sehingga memacu untuk terus mencari dan mencari ide-ide segar yang baru. Hasilnya, apa yang kita pikirkan dan ciptakan akan menjadi ‘to be different’ dan keluar dari pakem.

Kalau kita cermati, hampir semua usaha yang saat ini exist dan berjaya adalah hasil dari pola berpikir seperti ini. Memang tidak semudah membalik telapak tangan. Tapi bila ada kemauan yang keras diiringi dengan ‘doa’, saya yakin akan banyak lahir ide-ide usaha yang bakalan ‘keluar dari pakem’. Hanya masalah waktu saja yang akan membuktikannya. Apalagi ditambah dengan mulai berjangkitnya virus semangat entrepreneurship di kalangan kelas menengah ke atas dan terpelajar, yang kian marak akhir-akhir ini. Pastinya, akan seperti bola salju, yang akan bergulir semakin lama semakin membesar.

Inilah beberapa contoh hasil dari berpikir jahil, iseng & nyleneh :

Es Teler 77, Soto Gebraaaak , Rawon Setan, Rumah makan mbah Jingkrak, Nasi goreng Gila, Bakso Rudal, Bubur Ayam Ceker, Klenger Burger, Obonk Steak, Waroeng Bebek Krathon, T-Shirt Dagadu [matamu], Depo Bangunan, Toko Babe [barang bekas], Markaz Ritel, Laundry Kiloan, Terminal Tiket, Kids2Success, dan masih banyak lagi.

Semoga daftar ini bertambah banyak lagi nantinya dengan usaha milik Anda semua. Amin.
Ayo manfaatkan waktu luang untuk ‘think different and act excellent’ sambil tetap semangat dan enjoy aja!

Thursday, March 27, 2008

Motto atau Slogan

Kalau nama brand sudah ada, lalu penting nggak kita menciptakan motto atau slogan untuk produk kita? Jawabannya tentunya berpulang kepada si pemilik produk tsb. Bagi Anda yang kepingin produknya kepingin cepat dikenal oleh masyarakat dan bisa exist selamanya, sudah seharusnya memiliki motto atau slogan yang mudah diingat dan dekat asosiasinya dengan karakter produk itu sendiri.

Lampu Philips misalnya, di Indonesia ia menggunakan slogan yang sangat smart & memorable bagi kita semua yaitu : ‘terus terang Philips terang terus’. Slogan ini sangat dekat sekali dengan karakter produknya itu sendiri. Contoh lain, yang juga brand International dan terkenal yaitu Nike dengan slogan ‘just do it’. Slogan ini meskipun dalam bahasa Inggris, dapat memberikan kepada siapapun yang membacanya sentuhan emotional benefit berupa jiwa yang penuh dengan kebebasan, segalanya nggak perlu mesti dipertimbangkan dulu. Bener- bener pas dengan jiwa olahraga di mana produk mereka memang ditujukan untuk dunia sport.

“Apapun makanannya, minumnya Teh botol Sosro” adalah salah satu contoh produk local yang motto atau slogannya begitu kuat. Langsung menjual positioning produknya. Coca Cola yang international brand saja sempat ‘grogi’ juga dengan kiprah Teh botol Sosro ini.

Belajar dari brand-brand yang telah mapan di atas, nampak bahwa motto atau slogan kalau dirasakan feelnya, dibayangkan, disigi yang tersirat akan terasa ada pesan penting yang dikampanyekan. Motto atau slogan punya tugas sebagai berikut:

1. Untuk mengkomunikasikan secara singkat & padat tentang product promise.

2. Mengkomunikasikan pula brand positioning dari produknya.

3. Sebisanya juga memuat benefit dari produk itu sendiri.

4. Dapat menggambarkan personality produknya.

5. Juga mampu menyiratkan misi dari produknya.

Setelah brand name & slogan tadi tercipta dan saling melengkapi, harus disosialisasikan agar dapat menancap di benak target konsumen yang dituju. Caranya, bisa melalui brosur yang kita sebar, papan usaha, iklan di web/blog dsb. Yang terpenting, motto atau slogan tsb juga harus dibuktikan dalam bentuk tindakan. Misal, sebuah usaha yang bergerak di bidang jasa pelayanan mengkampanyekan slogan ‘we serve better’, maka seluruh tindakan perusahaan tsb. ya harus sungguh-sungguh memberi layanan terbaik, tulus, ramah, dan memberikan kemudahan kepada yang dilayani tanpa pandang bulu. Ingat, bila kenyataannya justru sebaliknya, konsumen akan merespon negative dan akhirnya motto atau slogan tsb menjadi boomerang.

Bagaimana dengan produk Anda? Sudahkah memiliki motto atau slogan yang ‘kuat’, ‘smart’ dan berbeda dari yang lain? Barangkali bagi sebagian orang motto atau slogan dianggap nggak penting, yang penting kan jualannya lancar. Namun ada baiknya mempertimbangkannya. Mengingat masyarakat Indonesia lebih kuat budaya verbalnya, lebih menyukai joke juga hobi ‘ngutak-ngatik’ kata-kata. Dengan memiliki motto atau slogan yang unik dan memorable bisa jadi akan sangat membantu mengangkat awareness brand dari produk yang kita miliki. Terlebih lagi bila produk dan brand name tsb. baru saja diluncurkan.

Monday, March 24, 2008

Pentingnya brand name untuk produk kita



Bagi pemilik produk, terutama yang baru mulai start memulai usaha, nama brand atau merek adalah juga doa agar ‘nantinya’ bisa meraih kesuksesan. Itulah sebabnya, mencipta nama brand untuk produk menjadi sebuah kegiatan awal yang sangat penting. Dan seyogyanya harus melalui berbagai pertimbangan yang matang. Mengingat brand tsb. kan untuk jangka panjang. Dasar pertimbangan utama, kita harus sadar sepenuhnya bahwa produk tsb. adalah ‘baby’ kita, jadi kalau salah memberi nama akan menyesal ke depannya.

Kalau ditelisik lebih jauh, sepertinya menciptakan nama brand untuk produk kita kok gampang ya… Benarkah demikian? Saya kok merasa justru sebaliknya. Banyak pertimbangan filosofis yang tersirat pada kegiatan mencipta brand name ini. Setidaknya ada unsur logika di sana. Kecuali jika kita cukup dipuaskan dengan menciptakan brand name dengan bermodalkan good feeling dan perasaan hati ‘suka’ dan ‘tidak suka’. Memang nggak salah sih, karena terkadang feeling kita kan so good juga. Hehehe…

Lebih dari itu, brand name kan juga harus ada rationale-nya, memiliki visi, asal-usul dan relevansi dengan produk

Yang sering terjadi, saat menciptakan brand name situasinya adalah dikejar dead line karena kepinginnya produk tsb. cepat di-launch. Akhirnya, brand name-nya berangkat dari nama si owner, nama anak, nama lokasi, nama jalan, singkatan. Atau nama yang berangkat dari doa atau harapan kita seperti ‘rizki’, ‘anugerah’, ‘subur’, ‘barokah’, dan masih banyak lagi. Nggak salah juga sih… Hanya kalau diamati, banyak banget brand name yang sama atau mirip-mirip seperti itu. Jadinya, brand name kita nggak stand out, nggak catching, nggak get attention, nggak nyleneh dan nggak keluar dari pakem yang dianut ‘orang kebanyakan’, ujung-ujungnya nggak memorable.

Pengalaman di atas, juga pernah terjadi pada beberapa usaha saya. Saat membuka toko seluler, karena sudah ditunggu oleh supplier yang akan membuat papan nama toko, cap, nota, dan kwitansi, saya terjebak dengan pola kepepet deadline tadi. Akhirnya, setelah berpikir cepat dan simple, nama yang keluar adalah ‘ma-ju’ seluler. Yang saya maksud dengan ‘ma-ju’ adalah 2 meaning. Pertama, ma-ju = lima tujuan [bisnis, belajar, buka lapangan kerja, berkah, bersedekah]. Kedua, ma-ju = berharap usaha tsb. bisa berkembang. Pas sudah berjalan kok ternyata feel-nya biasa banget ya? Singkatannya pun secara filosofis kok cuma owner-nya yang tahu. Hehehe… namanya juga memulai usahanya ‘terjun bebas’…

Kejadian yang sama juga terulang lagi. Saat memulai bisnis rental excavator, kami juga dikejar deadline. Ditambah lagi ada 4 ‘kepala’ yang harus disatukan pendapatnya. Akhirnya, jadilah nama perusahaan kami menggunakan nama PT Duta Perdana. ‘Duta’ kurang lebih mengandung makna ‘DUit kiTA’ & ‘perwakilan’. ‘Perdana’, untuk menggambarkan usaha bersama kami yang pertama. Jadi filosofi yang tersirat, perusahaan yang pertama ini dibangun dari ‘duit rame-rame’ para ‘wakil keluarga’. So simple. Dan lagi-lagi feel-nya biasa banget kayak perusahaan kebanyakan. Padahal, saya pribadi kepinginnya brand name lebih ‘oke’ dari yang itu. Any way, apalah arti sebuah nama. Karena, saat menangkap peluang usaha rental excavator tsb. praktis waktu yang ada memang ‘mepet banget’. Saat itu, yang penting kan semangat untuk segera ‘take action’!

Ada bagusnya bila saat kita mencipta brand name juga punya bekal yang cukup tentang konsep produknya, latar belakang produk tsb., siapa target marketnya, peta persaingan di pasar seperti apa, nama apa saja yang telah digunakan dalam kategori produk yang sama, serta tone & manner yang sesuai dengan karakter produk.

Penciptaan brand name, kadangkala dipengaruhi juga oleh problematika spesifik yang terjadi di pasar pada saat itu. Sebut saja, sebuah TV swasta yang kurang laku [La TV], kemudian ada pemodal baru masuk, lalu dirubah nama serta konsep produknya [TV One] agar bisa di re-'launch' dan dilirik pasar kembali.

Selain contoh di atas, sebagai alternative lain, pemberian nama produk juga bisa diambil dari segala arah misal : product content/ingredient [Teh botol Sosro, Green Tea], product concept [Bukafe, book store & cafĂ©], product location [Soto Ambengan, Bakmi Gajah Mada], product vision and mission [Mastermind TNM-E20], customer’s dream [Kota Wisata], customer’s preference [Rawon Setan], dan random.

Yang penting pula, kita jangan pernah takut menciptakan brand name yang aneh-aneh, yang keluar dari pakem. Lebih baik membuat dulu ratusan nama, termasuk nama ‘nyleneh’, baru kemudian dipilah-pilah, dipilih beberapa puluh atau belasan untuk kita jagokan atau unggulkan. Dari nama-nama unggulan nantinya kita pilih lagi menjadi lebih sedikit, sampai akhirnya nanti kita pilih yang paling kita sukai. Tentunya, yang menurut kita paling cocok dengan karakter produknya. Dalam tahap ini, mungkin sebaiknya kita minta pendapat dari orang-orang terdekat kita, agar ada second opinion.

Tapi, jujur saja untuk ‘pengetahuan’ tentang brand name ini saya belum ‘berhasil’ mempraktekkannya dengan baik & benar, khususnya untuk bisnis pribadi. Kalau sekadar dimintai tolong oleh beberapa teman sudah sering saya praktekkan. Hasilnya, banyak dari mereka yang merasa puas dan menerapkannya untuk nama produknya.

Demikian sharing kali ini, semoga ada manfaatnya untuk Anda semua. Seandainya dirasa tidak ada manfaatnya abaikan saja, karena memang tulisan ini berangkat dari keisengan saya semata untuk ‘memuntahkan’ uneg-uneg yang ada di kepala. Ya wis lah!


Wednesday, March 19, 2008

Rasa puas diri = ancaman terbesar kemajuan?


Tulisan ini memang bertolak dari pengalaman pribadi. Sekedar mengingatkan ke diri pribadi, bahwa yang namanya rasa puas diri itu ternyata betul-betul membuat kita tidak kepingin bergerak untuk maju. Hal ini, pernah membelenggu diri pribadi saya bertahun-tahun lamanya.

Tatkala merasa telah memiliki pekerjaan yang mapan dengan penghasilan yang cukup, rasanya diri kita seperti terbuai dengan kenyamanan. Bayangkan, setiap bulan sudah jelas, ada income yang bakal masuk ke rekening dari hasil kerja sebagai karyawan. Serasa hidup mengalir begitu saja, tanpa berpikir bahwa ternyata yang namanya menjadi karyawan itu selalu ada resiko ketidakpastian pula. ‘Terlena dalam comfort zone’, inilah istilah yang tepat untuk menggambarkan situasi nyaman dan nikmat sebagai karyawan tadi.

Begitu gelombang krisis moneter melanda di tahun 1997 lalu, yang berdampak banyaknya karyawan terkena PHK, kemudian melonjaknya harga-harga kebutuhan hidup sehari-hari, tiba-tiba berbunyilah ‘alarm’ kehidupan. Seolah berkata, “Hei waspadalah, kondisi perekonomian yang tak kunjung membaik bisa berdampak merubah comfort zone Anda menjadi zona ketidakpastian. Saatnya bersiap diri. Back-up your life with another incomes.” Yang namanya daya beli langsung merosot tajam. Kalau tadinya, incomes yang ada masih dapat dinikmati bahkan ada sisa yang bisa ditabung, kini mesti pintar-pintar mengatur pengeluaran agar ‘dapur tetap ngebul’.

Sadar dengan perubahan mendadak yang begitu cepat tsb., mulailah memikirkan yang namanya penghasilan lain di luar income tetap sebagai karyawan. Mencoba menjadi pemilik usaha adalah salah satu pilihan yang harus dicoba. Begitulah, akhirnya mulai tahun 2003 saya pun baru berani take action dan memiliki predikat baru sebagai pengusaha [rumah kontrakan, rental mobil, toko, warnet, dan rental excavator] yang berjalan hingga hari ini. Dan saya pribadi juga harus tetap waspada bahwa rasa puas diri dapat menghambat kemajuan.

Nah bagi Anda yang masih pure hanya mengandalkan income sebagai karyawan, usahakan agar jangan sampai kelamaan terbelenggu dengan rasa puas diri berada di comfort zone. Karena kita tidak pernah tahu sampai kapan perusahaan tempat Anda bekerja tetap nyaman, tenang dan damai. Mulailah kondisikan dan biasakan diri Anda berpikir ‘kepepet’ seolah-olah status karyawan tsb. hanya tinggal beberapa hari lagi. Apa yang bisa dilakukan sebagai jalan keluarnya? Mau nggak mau kan juga harus memulai mencoba menjajagi peluang di bidang usaha.

Bagi para pemilik usaha pun, sebaiknya juga jangan terlena dengan rasa puas diri. Kita harus terus menerus berpikir untuk mengembangkan usaha yang ada sekaligus mencari terobosan-terobosan baru, kalau perlu menjajagi berbagai peluang baru. Ingat para competitor juga tidak berdiam diri untuk memenangkan pertarungan di ‘market’ yang serba kompetitif. Karena yang namanya faktor ketidakpastian juga selalu ada di dalam dunia usaha. Belum lagi ketidakpastian usaha yang berasal dari berubahnya perilaku konsumen yang disebabkan adanya kebijakan pemerintah.

Di dalam kehidupan nyata banyak kita jumpai bagaimana sebuah usaha yang tadinya nampak mapan tetapi mendadak berubah menjadi sebaliknya gara-gara perubahan yang tidak pernah diantisipasi sebelumnya. Saya pernah ngobrol dengan supir angkutan umum yang mengeluh penghasilannya menurun gara-gara sepinya penumpang. Padahal kebutuhan hidup keluarganya justru semakin meningkat. [konon, banyak penumpang yang berpindah naik sepeda motor untuk mengirit pengeluaran transportasi yang kian mahal gara-gara kenaikan BBM, kan uang transportnya bisa untuk kredit sepeda motor].

Begitu juga terjadi pada penjual minyak tanah keliling dan pemilik usaha pangkalan minyak tanah se-Jabodetabek, yang harus segera berganti usaha, gara-gara kebijakan pemerintah mengganti minyak tanah menjadi gas. Contoh lain, yang kita semua tahu, berapa banyak pemilik usaha kuliner di Jl. Panjang [yang tadinya bisnisnya mapan], tiba-tiba serentak ‘koor’ menyuarakan menurunnya penghasilan secara drastis gara-gara dibangunnya jalur busway di jalan tersebut. Karena tidak ada lagi yang boleh parkir di ruas jalan yang tinggal satu jalur tsb.

Mungkin ada baiknya bila kita juga belajar memaknai terjadinya perubahan di dunia usaha ini dengan the powerful words berikut : “Peluang itu selalu berada di balik tantangan, dan juga di balik kesulitan…” Dan yang penting jangan pernah menyerah dengan keadaan, karena “di mana ada kesulitan, pasti ada jalan keluarnya…”

Thursday, March 13, 2008

Perang tanding tarif ponsel, siapa sih yang untung?

Kalau kita amati, sebagai pengguna ponsel, akhir-akhir ini ada fenomena menarik
tentang perang tarif yang sedang gencar dilakukan oleh beberapa provider. Iklan pun juga menjadi ajang ‘perang tanding’ ini. Lihat saja iklan yang ditayang di beberapa TV swasta nasional. Iklan XL yang ‘kawin dengan monyet’ menjanjikan tarif 0,1 per detik, belum lama tayang sudah dibalas dengan iklan IM3-nya Indosat versi ‘pantai’, yang menjanjikan 0,0001 per detik. Lucu banget. Kayak anak kecil aja, ‘dicubit’ eh cepet-cepet mbales ‘nyubit’. Hehehehe…

Seandainya tarif baru yang diberlakukan oleh para operator itu benar adanya, berarti kan selama ini konsumen dibohongi [dikenai tarif mahal], buktinya kok sekarang mereka berani pasang tarif yang jauh lebih murah daripada yang berlaku sebelumnya??? Sama dengan, selama ini para provider tsb. sudah menikmati untung ‘gede’.

Kali ini, saya nggak mau membahas apakah tarif-tarif tsb. bener atau tidak [karena saya nggak pakai XL maupun IM3], tapi lebih kepingin menyoroti siapa-siapa saja yang sebenarnya diuntungkan dengan adanya ‘perang tarif’ ini.

1. Paling untung ya pastinya si pemilik bisnis tsb. Semakin ‘menjanjikan’ tarif murah akan semakin banyak jumlah pelanggan yang bakalan masuk ke jaringan mereka. Dan tentunya akan lebih banyak lagi fulus masyarakat yang bakal ‘disedot’.
2. Stasiun TV dan media iklan lainnya, yang jelas bakalan gembira karena bisa memperoleh gelontoran ‘jor-joran’nya budget iklan yang tentunya untuk perang iklan ini spending-nya ‘gede’ juga.
3. Advertising agency yang meng-handle Client yang lagi asyik ‘perang iklan’ tsb. As a marketing & communication consultant sudah pasti banyak pula meraup untung. Jaman gini ada yang jor-joran iklan, asiik buaaanget!
4. Public Relation Consultant-nya juga pasti ikutan dibayar untuk membangun image yang diinginkan.
5. Production House, Director Film [sutradara iklannya], dan jajaran tim produksi iklannya. Bayangin aja, nggak sampai sebulan sudah bikin iklan dua kali. Bayangkan, Budget produksi iklan TV paling murah saat ini sekitar 500 jt-an.
6. Para penjual product para provider tsb. [mulai dari grosir, agen, sub agen, outlet, dst.], karena semakin gencar diiklankan akan semakin banyak yang kepingin membelinya. Pastinya kan ada untungnya.
7. Para konsumen atau end user-nya. Kalau memang tarif murah ini benar adanya, jelas masyarakat akan menikmati. Bisa bertelepon-ria sepuasnya dengan tarif yang ‘miring’.

Hanya saja, untuk masyarakat konsumen, kok feeling saya meragukan akan ‘tarif murah’ yang dijanjikan tsb. Pengalaman selama ini, kalau ada fihak yang dirugikan adalah selalu konsumen. Merekalah sebenarnya yang akhirnya ‘membiayai’ semua budget yang telah dikeluarkan untuk ‘perang tanding’ iklan tsb. Ingat, mana ada di dunia ini orang bisa menikmati ‘kenyamanan’ tanpa dipungut bayaran??? Yang namanya promosi, iklan & sejenisnya, kan selalu pada akhirnya dibebankan ke konsumen atau end user. Ini kan pinter-pinternya mereka mengemas dengan trick-trick promosi yang canggih. Betul nggak?

Pertanyaannya, apa saja syarat & ketentuan yang berlaku untuk tariff Rp 0,0001 /detik tsb? Kan tidak pernah dijelaskan secara ‘gamblang’ saat penayangan iklan tsb. Alasannya, tidak tersedianya ruang & waktu [lagu lama ah..] Padahal informasi ini jelas penting.

Yang saya juga heran, kok sepertinya ‘perang iklan’ tsb. bermuara ke ‘perang kreativitas kata-kata’ yang ‘takutnya’ berujung kepada pembohongan & pembodohan masyarakat konsumen Indonesia.

Dalam menyikapi fenomena ini jelas sikap kritis kita diuji. Jangan mau menjadi korban iklan. Dan jangan mudah terjebak dengan bujuk rayu ‘perang iklan’ tsb. Kalau dulu usai penayangan iklan di TVRI [Siaran Niaga] selalu diperingatkan kepada para pemirsa agar ‘teliti sebelum membeli’, alangkah baiknya sekarang dalam menyikapi tawaran tarif murah tsb., konsumen juga dapat memahami sejelas-jelasnya mekanisme & cara kerja sejatinya tarif murah tsb. Tentunya, agar dapat memanfaatkan secara ‘cerdas’ tarif murah tsb.

Saat ini sebenarnya apa sih yang diharapkan konsumen di Indonesia? Apakah benar tarif murah atau Bonus? Atau lebih jauh lagi, misal pelayanan yg baik? Karena biasanya kalau pelanggannya sudah ‘membludak’, urusan pelayanan ke konsumen menjadi amburadul. Nah loh…

Mudah-mudahan temen-temen semua berada di pihak yang diuntungkan.

Wednesday, March 12, 2008

Komatsu menapaki bulan ke-4 masa probation period

Alhamdulillah. Tanggal 7 Maret yang lalu usaha rental Excavator kami masih dapat berjalan seperti yang diharapkan. Cicilan leasing yang ke-4 pun masih bisa kami bayar tepat waktu. Uang pembayaran dari klien juga lancar.

Evaluasi rutin pun tetap kami lakukan. Boleh dibilang probation period untuk usaha yang satu ini memang memerlukan timing yang agak panjang. Maklum, kami juga terus belajar tentang seluk beluk bisnis rental alat berat ini. Menarik sekali memang. Dari yang tadinya kita blank sama sekali tentang Excavator, saat ini kami juga mulai ‘sedikit banyak’ tahu.

Februari yang lalu memang kami sempat menjajagi peluang baru untuk rental Excavator dari klien lain untuk daerah Klaten. Kami sempat GR juga. Asyiik juga seandainya peluang baru tsb. dapat terwujud [punya 2 Excavator]. Tapi yang namanya rejeki kalau belum ‘milik’ ya ada saja hambatannya. Setelah negosiasi yang alot dan banyak menghabiskan energy, ternyata ada ketidak sepakatan di masalah harga rentalnya.

Karena menurut perhitungan kami [belajar dari pengalaman saat ini] dengan harga rental yang ditawarkan klien tsb. ibaratnya kami ‘cuma kerja bakti doang’. Pemasukan hanya habis untuk biaya operasional dan bayar leasingnya saja. Kalau toh dapat untung hanya dari hasil penjualan excavator [nantinya] di akhir tahun ke-3 yang nilainya tinggal sekitar 400 jt-an. Padahal modal untuk pengadaan alat berat ini di lokasi barunya [DP leasing, base camp, pengiriman dsb.] memerlukan dana sekitar 250 jt. Berarti setelah berjalan 3 tahun kami cuma dapet 150 jt.

Lain ceritanya kalau Excavator tsb. tidak harus membayar leasing yang besarnya sekitar 25 jt per bulan [sudah milik kami sendiri], pasti peluang ini bisa menjadi big winning yang baru bagi kami. Potensi penghasilannya pun jelas per tahun 300 jt di depan mata.

Akhirnya, setelah melalui berbagai pertimbangan, kami persilakan klien tsb untuk ‘pindah ke toko sebelah’, kami menyerah. Daripada klien kami ‘makan keju’ dan kami cuma ‘makan singkong’. Padahal sepengetahuan kami nilai proyek klien tsb. Milyaran. Kok ya maunya nyari rental yang mau ‘ditawar’ dan ‘ditekan’ habis-habisan.

Tapi inilah dinamika dunia usaha. Kalau segalanya serba mudah dan lancar, semua orang sudah beralih jadi pengusaha dan bisa meraih sukses semuanya. Kenyataannya kan dunia usaha itu ‘wild wild world’ yang harus ‘ditaklukkan’.

Kegagalan kami dapat job baru untuk rental Komatsu justru semakin membuat semangat untuk ‘mencari order’ yang baru lagi. Namanya juga ‘masih belajar berjalan’ ya harus sering-sering mengalami ‘hambatan’ sedikit-sedikit. Kami yakin ‘one day’, kami pasti dapat mewujudkan punya Excavator yang baru lagi. Tetap semangat!

Tuesday, March 11, 2008

Blog untuk sarana beriklan. Efektif nggak sih?











Kalau mencermati perkembangan blogger di Indonesia yang setiap hari bertambah banyak, saya jadi tertarik untuk membahas blog sebagai kendaraan baru untuk beriklan. Mengingat akhir-akhir ini banyak pengiklan yang mulai melirik blog sebagai sarana beriklan. Contoh yang paling gampang dan sering kita jumpai adalah google adsense yang memasukkan iklan di blog. Tapi yang sering kita jumpai, di blog-blog yang ramai jumlah pengunjungnya banyak pengiklan yang bersedia memasang iklan di blog milik orang lain tsb. Biasanya berupa banner Ad.


Pertanyaannya, seberapa efektifkah blog sebagai sarana beriklan?

Jawabannya memang tidak semudah pertanyaannya. Mungkin diperlukan sebuah riset yang agak mendalam untuk keakuratan jawaban pertanyaan ini. Terlebih bila ukuran efektifitas iklan tsb. apakah orang yang membaca iklan tsb. lalu melakukan action untuk bertindak merespon iklan yang dipasang di blog yang dimaksud. Terlepas dari itu, sejauh tugas iklan adalah untuk dilihat dan dibaca, saya yakin iklan yang dipasang di blog pasti dilihat dan dibaca oleh para pengunjung blog tsb.

Namun yang penting juga untuk bahan pertimbangan bahwa segmen dari blog jelas lebih sempit, berbanding lurus dengan habit konsumen yang sering menggunakan internet. Jadi produk yang hendak diiklankan sebaiknya karakternya sama dengan karakter blog tsb. atau yang related dengan dunia on line, produk gadget misalnya.

Bila dicermati lebih jauh, sebuah blog sejatinya dibuat oleh pemiliknya untuk tujuan tertentu. Yang kebanyakan adalah untuk medium pelepasan uneg-uneg, ‘curhat’, aktualisasi diri yang isi tulisannya juga lebih lepas, bebas, suka-suka, personal, dan bersifat subyektif dari penulisnya. Kalau blog yang personal ini ternyata banyak pengunjungnya, memang pada akhirnya bisa menjadi alternative media iklan yang cukup punya potensi. Bayangkan kalau pengunjung blog tsb. mencapai 500 pengunjung per hari dengan minat yang sama, artinya kalau dititipi pesan iklan tertentu yang nge-click dengan interest mereka jelas akan berdampak yang cukup signifikan.

Namun kenyataannya, banyak juga blog yang sengaja dibuat untuk sarana jualan produk pemiliknya. Dan banyak terbukti melalui blog semacam ini mereka bisa berjualan dan meraup untung yang tidak sedikit. Bahkan banyak juga yang berhasil mendapat order dari manca Negara. Fenomena ini kan indicator bahwa beriklan melalui blog ternyata berdampak positif dan cukup efektif. Untuk blog yang semacam ini, kalau iklan yang dipasang lain dengan produk-produk yang ditawarkan di blog tsb. bisa jadi juga masih lumayan efektif. Lain ceritanya kalau produknya hampir sama, pastinya akan ada conflict of interest. Intinya, untuk para pengiklan yang berminat memilih blog sebagai alternative media iklannya, mereka harus cerdas dan cermat memanfaatkan potensi dari blog tsb.

Ngobrolin efektifitas iklan di blog memang akan jauh lebih menarik kalau kita memiliki data-data hasil riset yang menunjang untuk pembahasan bersama. Namun ada kisah menarik di Amerika yang terjadi tahun 2005 yang lalu yang dituturkan oleh Andoko Darta, Managing Director Euro RSCG Adwork [sebuah biro iklan papan atas di Indonesia]. Selain bisa untuk branding, ternyata blog bagaikan pisau bermata dua, blog juga punya potensi merusak citra perusahaan. Perusahaan computer Dell di Amerika pada tahun 2005 citranya terpuruk di mata jutaan gara-gara ketidak puasan salah satu blogger, Jeff Jarvis. Konon Jeff tidak puas dengan pelayanan Dell yang tidak baik, dan ditulislah pengalaman buruk tsb di dalam blog miliknya. Bagaikan virus yang menular secara cepat, komplain Jeff tsb. menyebar ke blog-blog lain di Amerika bahkan sampai ke seluruh dunia.

Nah lu. Jadi sebaiknya beriklan di blog pun juga harus diimbangi dengan pelayanan yang baik di semua lini, tentunya agar kasus Dell computer tsb. tidak terulang lagi. Tapi sejauh kepuasan pelanggan bisa tetap terjaga, rasanya iklan Dell di blog sudah bekerja dengan baik dan punya efektifitas yang tinggi. Buktinya, cerita tentang keburukan pelayanan Dell begitu cepat menyebar dan saking fenomenalnya media massa di Amerika saat itu juga ikut mengulas masalah ini. Punten aah…

Thursday, March 6, 2008

‘Membingkai’ tanda-tanda zaman



Nampaknya krisis ekonomi di negeri ini kok belum terlihat ada perbaikan ya? Bagi saya banyak indicator kasat mata yang bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari, betapa susahnya orang mencari uang untuk menyambung hidupnya. Ambil contoh, banyak sekarang yang mencari uang dengan cara yang tidak terpuji alias rame-rame ‘merampas’ milik orang lain.

Hal ini terjadi dan menimpa putra saya si Wira 3 minggu yang lalu. Saat ia berangkat hendak kursus drum di Purwacaraka Jatiwaringin, di dalam Angkutan Kota di seputar Pondok Gede tiba-tiba orang di depannya pura-pura terjatuh [kayak orang mabuk] menimpa kakinya. Setelah itu, orang tsb turun dan jalan seperti biasa. Berbarengan dengan si ‘pura-pura mabok’ tadi turun pula 2 orang.

Putra saya belum menyadari, tapi feelingnya merasa ada yang ‘nggak beres’. Lalu dia meraba kantongnya, ternyata HP nya telah raib. Langsung dia teriak “Wuah HP gue ilang… ada yang ngembat”. Seorang ibu [penumpang] & sopir kasih tanda kalau tiga orang yang barusan turun tsb. ‘yang ngerjain’. Langsung dia turun dan mencoba mengejar ‘si pura-pura mabok’ tadi.

Mereka bertiga saat tahu anak saya turun & mengejar, ternyata tidak tinggal diam. ‘Si pura-pura mabok’ pun lari ke arah pasar Pondok Gede. Saat si Wira mengejar, yang 2 orang langsung menghalangi. Wira pun meski masih SMP ternyata gede juga nyalinya. Ia bersitegang dengan 2 orang tsb. dan akhirnya bisa melewati hambatan 2 orang tsb. Sayang ‘si pura-pura mabok’ telah ‘hilang’ di keramaian pasar. Saat berbalik pun 2 begundal lainnya juga sudah tak terlihat lagi.

Hari itu. Wira tetap berangkat kursus drum tapi dengan perasaan campur aduk : marah, jengkel, gundah, dan nggak bisa menerima kenapa harus dia yang menjadi ‘korban’. Karena HP tsb. [1 ½ tahun yang lalu], sebagian dibeli dari uang tabungannya. [Jatah dari saya waktu itu cuma 3jt. Karena dia kepingin beli yang dia mau, walaupun lebih mahal dia subsidi dari tabungannya].

Memang sejak sopir saya mengundurkan diri, setahun yang lalu, fasilitas antar jemput anak-anak dengan mobil pribadi, saya tiadakan. Hanya berangkat sekolah saja saya antar. Pulangnya mereka saya biasakan naik angkot. Termasuk kalau ada les ya harus berangkat naik angkot. Barulah kalau pulangnya kebetulan sama dengan jam-jam saya pulang, ya saya jemput.

Saya pun menasehatinya, agar mengikhlaskan HP kesayangnnya, karena memang ada orang yang ‘lagi kelaparan’. Nanti Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Karena manusia tidak pernah tahu akan ‘rencana Allah’ dalam masa kehidupan yang dijalaninya. Untuk sementara, saya suruh pakai HP bekas kakaknya Nokia 6600. Karena jatah beli HP baru dari saya baru dianggarkan 2 tahun lagi. Tentunya dengan syarat, kalau sudah lulus SMP, berprestasi 5 besar, dan bisa masuk SMA N 8 atau SMA N 81 [SMA unggulan Jakarta].

Saya juga berpesan, agar lain kali, kalau menghadapi situasi berhadapan dengan ‘gerombolan begundal’ seperti itu, mengalah saja [kasih aja apa yang diminta]. Karena biasanya kalau ‘kepepet’ mereka bisa nekad dan mengeluarkan senjata tajam. Lebih baik kita kehilangan sebagian milik kita daripada ‘runyam’. Kecuali kalau ada polisi di dekat tempat kejadian. Tapi biasanya polisi nggak pernah ada kalau saat ada kejadian atau pas dibutuhkan. Dari kejadian tsb. banyak pelajaran yang bisa dipetik dan diambil hikmahnya, agar di kemudian hari bisa lebih bijaksana menyikapinya.

Kejadian lain, pengalaman ini juga menunjukkan betapa orang ‘terpaksa’ mencari rejeki dengan cara menipu sana-sini. Dua minggu yang lalu, di rumah, istri saya ditelepon oleh orang yang mengaku bernama Drs. H. Ilyas MA dari bagian promosinya PT Telkom. Jam dua siang, Ia hendak mengantarkan hadiah TV 21 inch ke rumah, konon karena pembayaran Speedy saya selama ini lancar & nggak pernah telat, maka setelah diundi mendapat hadiah tsb. Istri saya menanggapinya dengan serius, karena yang menelepon santun tutur bahasanya dan mengaku seorang haji.

Selesai ditelepon oleh orang tsb. istri menelepon saya yang sedang berada di bengkel Mitsubishi Saharjo untuk servis rutin. Lalu saya langsung telepon ke nomor 147 untuk menanyakan kebenaran dari ‘rejeki nomplok’ tsb. Eh, ternyata Customer Service Telkom menjelaskan bahwa selama ini tidak ada promosi berhadiah tsb. Jadi jelas itu penipuan. Di saat yang sama, istri saya juga menelepon temennya yang bekerja di PT Telkom. Jadi dia tahu juga kalau sedang ‘dikerjain’. Akhirnya, saya janji kalau selesai urusan bengkel akan segera pulang.

Ternyata, nggak lama kemudian istri ditelepon lagi. Katanya, TV sedang dalam perjalanan. Tapi si bapak tsb. minta tolong untuk dibelikan voucher isi ulang Simpati yang 100 ribuan sebanyak lima voucher. Nanti kalau pas TV sampai di rumah, uangnya saya ganti yang penting ada bonnya. Lalu istri saya iseng nanya, kok beli pulsanya banyak banget ya? Saya aja kalau ngisi paling banyak cuma 100 ribu, kata istri saya. Si bapak masih dengan santunnya bilang bahwa pulsa HP nya sudah mau habis, takutnya nanti rumah ibu belum ketemu, pulsanya habis. Nganter TV nya jadi repot. Kenapa harus 5oo ribu, karena jatah dari kantor, bon pembeliannya harus 500 ribu, katanya. Akhirnya, istri saya bilang agar si bapak bersabar, karena tempat jual pulsanya kan jauh. Dan harus keluar dari komplek dulu. Paling cepat juga sejam katanya. Dan sengaja, istri saya ngomongnya dilama-lamain biar pulsa HP si bapak habis banyak juga. Sekalian nunggu saya datang dari bengkel.

Bener lho, sejam kemudian, pas saya sudah sampai di rumah, si bapak ‘Telkom’ nelpon lagi. Lalu ia menanyakan ke istri saya, apakah voucher pulsa isi ulangnya sudah dibelikan apa belum? Kalau sudah dibeli tolong digosok dan dibacain kode angkanya. Karena pulsa sudah mau habis.. Nanti kalau rumah ibu nggak ketemu dan TV nggak bisa diantar sekarang, repot lho kalau harus ngambil ke Gudangnya Telkom. Dalam hati istri saya ketawa sendiri. Istri saya mencoba ‘menguras’ pulsa si bapak ini dengan menanyakan berbagai hal tentang Telkom & hadiah TV tsb. Terkadang ditinggal sebentar ke dapur untuk supervise asistennya. Terus nanya lagi, bapak di kantor Telkom bisa dihubungi jam berapa aja? Si bapak pun menjawab kalau ia bisa dihubungi 24 jam. Dalam hati, istri saya ketawa [satpam kaleee…]. Akhirnya, si bapak tetap minta dibelikan pulsa. Istri saya janji l/2 jam lagi voucher siap, karena asisten sudah ½ jam yang lalu belinya. Sabar ya pak… katanya. Telpon pun ditutup lagi.

½ jam kemudian, telpon rumah berdering lagi, kali ini giliran saya yang ngangkat. Lalu saya pura-pura nggak tahu duduk persoalannya. Saat si bapak menanyakan ingin bicara sama istri, saya tanya secara detil : bapak siapa, dari mana, ada urusan apa, dsb. Lucunya, si bapak kok nggak berani ngomong ke saya tentang hadiah TV dan voucher tsb. Hanya bilang kalau tadi sudah bicara dengan ibu dan sekarang kepingin bicara sama istri saya.

Lalu saya bilang, saya ini suaminya, semua urusan menyangkut rumah ini saya harus tahu juga. Saking nggak sabarnya [jengkel juga], akhirnya saya bilang ke si bapak kalau cuma mau dibeliin pulsa gratis mbok ya ‘usaha dikit’ datanglah ke rumah saya secara baik-baik. Alamat saya gampang kok dicarinya. Nanya aja ke tukang becak di depan komplek juga tahu, kan saya 9 tahun jadi pengurus RT. Ayo kita ‘ketemuan, kita ngobrol-ngobrol, ngopi, sambil silaturahmi biar dapat temen baru.

Eh langsung niat baik saya disambut dengan sumpah serapah. ‘Kebun binatangnya’ keluar semua [anjing loe, babi loe, monyet loe…] ‘ngerjain gue loe’… Saya pun langsung menimpalinya … tobatlah pak… ‘nyebut’ asma Allah pak… Telpon pun diputus seketika.

Selesaikah? Ternyata selama krisis ekonomi belum tuntas para ‘pemburu rejeki’ dengan cara menipu ya tetap ‘menjamur’ dan ‘gentayangan’ mencari korban baru.

3 hari yang lalu, tepatnya Selasa kemarin, sebuah modus penipuan yang baru lagi mengusik ketenangan istri saya. Jam 12 siang telpon rumah berdering. Seseorang yang mengaku dokter dari rumah sakit Cipto Mangunkusumo bicara ke istri saya, bahwa pak Endro Wahyu Mardiyanto saat ini sedang dalam keadaan gawat [mengalami kecelakaan] dan harus segera dilakukan tindakan operasi, kalau tidak nyawanya tak akan tertolong.

Untuk biaya ‘operasi’ mendadak ini, ibu harus segera mentransfer uang 10 juta ke rekening RS ini [sambil minta dicatat dan diulangi lagi] dalam waktu ½ jam. Pak dokter yang gaya bertuturnya meyakinkan tsb. sempat membuat istri saya kaget bercampur panic dan setengah percaya setengah nggak. Setelah memberikan nomer telepon untuk konfirmasi dan keterangan lebih lanjut, serta warning bahwa nyawa suami ibu harus segera diselamatkan, telepon pun ditutup.

Setelah mengambil nafas panjang sambil menenangkan diri [kebayang kan ‘deg-deg' annya dikhabari suaminya lagi kritis], istri pun menelpon ke HP saya. Saya yang lagi asyik fitness pun agak perlu waktu lama untuk ‘mengangkat’ HP. Terdengar istri saya mengucap puji syukur Alhamdulillah berulang-ulang. Terus nyerocos cerita kejadian tsb. Lalu saya sarankan untuk mengambil hikmah dari kejadian tsb. Istri saya sempat protes [ke Allah kalee ye…] kenapa kok selalu gue yang ‘jadi target sasaran’ modus penipuan semacam ini? Dalam waktu yang berdekatan kok sudah ‘dikerjain’ 2 kali? Saya bilang justru, kita harus bersyukur karena nggak berhasil ‘dikerjain’ dan jadi tahu modus operandi penipuannya.

Saya pun menenangkannya, bahwa dalam waktu bersamaan, bisa jadi ada ribuan orang yang menjadi ‘target sasaran’ sindikat semacam ini yang banyak gentayangan [kayak setan aja]. Karena asumsi saya mereka punya data base ribuan orang lengkap dengan teleponnya [bisa jadi ambil dari buku telepon ya???]. Kan kalau dari ratusan yang ditelepon setiap hari, ada yang kena 10 orang aja kan asyiik banget. Modal cuma pulsa bisa ‘mengeruk’ duit dengan mudahnya. Mudah-mudahan teman-teman dan keluarganya belum pernah mengalami kejadian seperti pengalaman keluarga saya ini.

Beginilah kalau ‘keterpurukan’ ekonomi kian berlarut, kian banyak pula mereka yang ‘terdesak’ secara ekonomi menjadi kreatif untuk mencari rejeki dengan cara yang tak terpuji. Bila menunggu dan berharap pemerintah ‘bisa’ mengentas masyarakat dari ‘keterpurukan’ jelas ‘jauh panggang dari api’.

Jalan keluarnya sepertinya ya harus dari ‘kita-kita’ juga. Bila kita-kita semua yang telah tertular virus entrepreneurship masing-masing mampu membuka usaha yang bersekala menengah dan besar, setidaknya bisa membantu membuka lowongan pekerjaan. [bila ada sejuta pengusaha baru, minimal kan bisa menggaji 2 jutaan pengangguran]. Tentunya dengan harapan dan tujuan agar kiprah kita semua bisa memperkuat perekonomian bangsa dan agar Negara ini mampu lepas dari ‘krismon’ yang berkepanjangan. Kalau niat kita tulus dan mulia, pasti Allah mendengarkan doa kita semua. Semoga.

Asal ‘ngusul’ : www

Jujur saja, meskipun setiap hari bergaul dengan internet ternyata saya merasa tetap saja ‘ada jarak’ dengan teknologi yang satu ini. Persis seperti gambaran dari Karl Marx [filsuf] saat bertutur tentang alienasi [keterasingan] manusia dengan teknologi ciptaannya. Semakin kita kepingin tahu lebih jauh terkait dengan kemajuan sebuah teknologi, semakin terasa jauh jarak kita dengan teknologi itu sendiri. Akhirnya, daripada ribet ya lebih baik jadi manusia ‘sok tahu’ aja. Beres???

Begitulah, suatu kali saat lagi ‘browsing’ di internet pakai pc di rumah, anak saya iseng nanya tentang singkatan apa sih www itu? Wuah, pertanyaannya sih mudah. Tapi nyari jawabannya yang ternyata nggak mudah [meskipun setiap kali kita buka situs atau web selalu memulai dengan singkatan www tsb]. Karena lagi asyik browsing dan bukan untuk tugas sekolahannya jadinya ya males nyari ke mbah google. Dengan ‘sok tahu’ saya jawab : “welcome wonderful world, mas!”. Asumsi saya, internet tuh kan banyak memberikan kemudahan untuk menjelajahi keindahan dunia maya. Makanya kayaknya yang pas ya itu ‘welcome wonderful world’.

“Ngaco ah bapak… kalau cuma asal ‘dipas-pasin’, adik juga tahu… malahan kepanjangannya dalam bahasa Indonesia lagi, ‘wahana wira wiri’. Kan internet tempat atau sarana kita mondar-mandir nyari segala macem data dan pengetahuan,. Atau bisa juga ‘widya-wisata wacana’, kan kunjungan [browsing] untuk mencari berbagai pengetahuan dan wacana baru”, protesnya.

“Terserahlah! Yang penting nyambung…hehehe ” jawab saya.

Kakaknya [yang lagi asyik ber-friendster-ria pakai laptop di samping saya] nggak mau kalah akhirnya ikut nimbrung. “Kayaknya sih kepanjangannya ‘we win world’, kan dengan internet kita bisa menguasai dunia. Atau mungkin ‘walk world wide’, karena kita bisa berjalan-jalan & menjelajah ke seluruh dunia via internet!”.

“Wuah, urusan sepele jadi serius juga nich…” celetuk saya sambil melirik ke ibunya anak-anak. Karena selama ini istri saya adalah orang yang paling nggak urusan sama internet. Tapi dia adalah ‘polisi’ [pengawas] bagi anak-anak saya, kalau mereka sedang browsing. Maklum istri saya selalu merasa bahwa kalau anak-anak ‘diumbar’ buka internet, takutnya browsing ke situs-situs yang ‘aneh-aneh’ atau pun yang ‘nggak bener’. Lha terus nanti ‘kebablasan’ dan merasa ‘dewasa’ sebelum waktunya. Padahal mereka kan masih perlu didampingi.

Memang selama ini, anak-anak memanfaatkan sambungan internet hanya sebatas buka email, baca berita olah raga online [sepak bola], mencari data atau referensi bila ada PR, chatting via YM sama temen kalau pas mengerjakan tugas, download musik lengkap dengan lyric dan chord nya. Kalau yang agak ‘pemborosan’ paling ya ber-friendster.

Setelah berpikir sejenak istri saya ikutan komentar. “Kalau buat mama, www itu singkatan ‘waktunya was was’. Soalnya, anak-anak kalau sudah di depan computer dan buka internet jadi lupa waktu, dan lupa sholat. Asyiik sendiri, apa saja sich yang dikerjain kalau lagi internetan??. Jadi mama nggak setuju kalau anak-anak berlama-lama on line tapi bukan untuk ngerjain tugas sekolah”. Begitulah. Saat ada kesempatan untuk ‘curhat’ dan memberi nasehat, langsung saja istri saya nyerocos.

Kalau diterusin bakalan jadi lebih ngelantur lagi, akhirnya saya bilang ke istri dan anak-anak,”kapan-kapan kita cari kepanjangan sebenarnya dari www ini, oke??”

Wong nggak tahu kepanjangannya aja kita sudah bisa menjelajah dunia maya dengan tanpa batas, ngapain juga menghabiskan waktu ngurusin apa kepanjangan sebenarnya www itu. Hehehe… Sok tahu banget ya…

Terlepas dari singkatan apa sebenernya www itu, kenyataannya pertumbuhan ‘dunia on line’ saat ini di Indonesia dan dunia memang pesat. Internet memang terbukti mampu menciptakan gaya hidup baru bagi penggunanya [browsing, chatting, ngeblog, ngefriendster, bikin komunitas, bikin milis, dsb.]. Dan sebagai pengguna akhir [end user], yang namanya internet memang memberi kemudahan tiada tara. Pastinya kita semua setuju dong. Makanya, buat saya pribadi www cocoknya adalah singkatan dari ‘wild wild world’ atau dunia yang ‘liar banget gitu lho’.

So, selamat ‘berselancar’ memanfaatkan atau sekalian menaklukkan ‘wild wild world’, dunia liar yang menyediakan berjuta kemudahan ‘apa aja’ termasuk jutaan ‘peluang’ hari ini dan masa depan nanti.

Wednesday, March 5, 2008

Internet, pendobrak life style yang revolusioner


Ada data hasil penelitian yang cukup menarik, bahwa ternyata dalam hal kecepatan untuk menarik penggunanya, internet adalah media tercepat saat ini. Bayangkan, radio membutuhkan waktu selama 38 tahun untuk menarik 38 juta penggunanya. Pesawat TV yang lebih canggih dari radio, karena dilengkapi dengan gambar, membutuhkan waktu 13 tahun untuk menarik sebanyak 50 juta penggunanya. Sementara itu, internet hanya memerlukan waktu yang relative singkat, hanya butuh waktu 5 tahun, sudah mampu menarik sebanyak 50 juta penggunanya.

Di komunitas TDA pun, yang namanya kehebatan internet juga telah terbukti. Hanya dalam waktu yang relative singkat, nggak sampai 1 tahun, terbentuk komunitas & jaringan kerja TDA yang mulainya hanya dari sebuah blog [Roni Yuzirman], kini telah menyebar ke mana-mana. Perkembangannya pun juga cukup menarik. Ada kelompok yang tergabung berdasarkan minat usaha, ada kelompok mastermind, ada kelompok pengajian, ada TDA Finance, dsb.

Hebatnya, walaupun di awal perkenalan hanya lewat dunia maya, pas bikin ketemuan atau copy darat, kok ya rasanya sudah seperti teman lama [ini yang saya rasakan di komunitas TDA lho]. Semoga perkembangan komunitas TDA yang berbasiskan internet sebagai sarana utama berkomunkasi antar anggotanya, ke depannya bisa lebih dahsyat lagi. Inilah yang menjadi tugas kita bersama.

Sungguh spektakuler, karena di jaman ini, kemajuan teknologi informatika berupa internet ini layaknya sudah menjadi standar hidup bagi kebanyakan orang. Kehidupan hampir di semua kota besar telah mengalami pergeseran nilai secara dahsyat. Termasuk gaya hidup para pengguna internet juga ikut berubah mengikuti trend di dunia maya ini.Cukup duduk di depan computer yang on line dengan jaringan internet, siapapun juga bisa bersosialisasi, bisa nge-blog, bisa belajar, bisa menggali informasi hingga ke pelosok dunia manapun, bisa jualan, bisa membeli barang, bisa menjalin persahabatan dan bahkan mencari jodoh, dan masih banyak lagi.

Hampir semua computer kantor, computer rumah, laptop, dan HP dapat dipastikan mampu mengakses jaringan internet. Bahkan pemerintah pun saat ini sedang menggalakkan program internet masuk desa [lihat saja iklannya yang gencar ditayangkan di TV swasta Indoensia]. Bisa jadi nanti, kalau internet masuk desa ini sukses, nggak ada lagi penduduk Indonesia yang terbelakang [Semoga].

Anak-anak juga termasuk pengguna internet yang cukup potensial. Kedua anak saya pun banyak mengakses internet untuk mencari bahan-bahan tugas sekolahnya. Yang namanya mbah goggle & situs wikipedia, menjadi favorit bagi mereka. Yang hebat kalau sedang bikin tugas kelompok, mereka nggak perlu harus ketemu dan duduk bareng. Cukup pakai email & Yahoo Messenger untuk chatting-nya. Masing-masing bikin bab-bab yang berbeda, lalu hasilnya dikirim via email, dikoreksi bareng-bareng. Saat mulai nge-print pun, dibagi rata, anak saya ngeprint yang bagiannya, temennya ngeprint yang menjadi jatahnya [maklum tinta printer kan mahal, katanya…]. Besoknya, di sekolah dijilid menjadi satu. Dampak lain internet bagi anak-anak, kalau toh ada, ya seringnya dipakai main game on line atau ber-friendster- ria, yang bisa berjam-jam lamanya, sehingga menambah argometer langganan internet hanya untuk kegiatan yang kurang produktif.. Terlepas dari itu everything is okay, kok.

Lebih dari itu, bagi para penggunanya, internet juga menjadi sebuah fenomena lompatan gaya hidup yang sangat revolusioner. Kalau dulu orang nongkrong di kafe butuh temen untuk bersosialisasi & mencari teman ngobrol, sebaliknya sekarang sendirian pun bisa tetap asyik karena bisa berinternet ria sambil ngopi [kayaknya memang sengaja mau ngopi sambil cari gratisan internet]. Kalau dulu konsep bekerja itu harus di kantor secara fisik, saat ini hanya bermodalkan laptop dan sambungan internet, siapapun juga bisa ‘ngantor’ di kafe-kafe yang ada hot-spot-nya seperti di Starbuck. Bahkan bagi sebagian orang, model mobile office ini sudah menjadi keharusan.

Sekaligus, internet juga menciptakan ketergantungan kepada para pengunanya. Siapapun Anda pasti merasa ketinggalan ‘berita’ dan ‘nggak merasa hidup’ bila tidak membuka e-mail, nggak chatting, nggak ngeblog, nggak browsing, nggak buka friendster, selama 1 minggu. Betul nggak? Bagi yang masih menjadi karyawan kantoran, begitu sampai di kantor, yang pertama dipegang adalah keyboard computer untuk membuka email, baca berita, baru kemudia bersosialisasi dengan yang lain. Bagi yang sudah menjadi pengusaha pun, internet juga menjadi sarapan paginya. Bahkan yang kebetulan tidak berada di rumah, pun langsung mencari-cari warnet untuk ritual nge-check & reply email yang memang sudah menjadi ruitnitas & keseharian.

So, kalau saat ini ditanyakan kepada kita semua, sanggupkah kita kembali ke jaman sebelum ada teknologi internet, pasti jawabannya serentak sama : “No way, lah yaaw…!”

Endro Wahyu Mardiyanto
TNM-E20 [mastermind JakTim]