Saturday, January 5, 2008

Akhirnya, adik ipar saya take action juga...



Setiap hari selalu ada pengusaha baru. Demikianlah, kalau kita coba amati sekitar kita, atau sambil jalan melihat-lihat sekeliling, memang sepertinya setiap hari selalu ada yang buka usaha baru.

Lihat saja, di komplek kita tinggal, setiap hari selalu ada tukang sayur baru, tukang bubur ayam baru, tukang roti, tukang sate, tukang bakso. Belum lagi kalau kita sedikit keluar komplek, di depan Indomart pun silih berganti ada yang mencoba peruntungan membuka usaha baru, tadinya ada Edam Burger, diganti Siomay, lalu yang Es Cendol diganti, penjual martabak.

Amati juga di sepanjang jalan yang kita lalui, begitu ada kios or ruko baru, pasti nggak sampai hitungan minggu sudah ada yang buka usaha baru. Pernah di luar komplek saya, ada bangunan kios baru, saya baru mikirin cocoknya untuk usaha apa [kalau nge-click kepingin nanyain berapa sewanya], eh besoknya pas mau saya tanya berapa harga sewanya, ternyata sudah disewa orang untuk buka bengkel motor. Inilah bukti, yang namanya lokasi yang bagus selalu dijadikan rebutan. Siapa cepat dia dapat.

Begitu pula dengan peluang usaha, kalau nggak segera diraih dan dimanfaatkan, pastinya ada orang lain yang juga punya pemikiran yang sama yang akan memanfaatkan peluang tsb.

Inilah sepenggal cerita terkait pengalaman adik ipar saya [adik istri saya dan suaminya]. Tiga tahun lalu ia beli rumah di Jl. Bukit Duri yang cukup luas. Karena letaknya strategis di jalanan yang ramai, dan ia berencana untuk buka usaha jadi franchise-nya salah satu minimarket terkenal saat itu. Ternyata, saat rumahnya sedang dalam tahap direnovasi, beda beberapa rumah darinya dibuka sebuah minimarket seperti yang dibayangkannya saat itu. Terbukti, peluang tsb. keduluan oleh orang lain yang berpikir hal yang sama. Akhirnya, semangatnya untuk buka usaha terlupakan seiiring berjalannya waktu.

Saat bertemu sepulang Lebaran dari Jawa Timur, November lalu, saya iseng cerita tentang usaha baru saya Rental Excavator, bahwa yang namanya peluang itu ternyata ada di mana-mana termasuk saat mudik Lebaran pun bisa jadi ‘ketemu’ peluang usaha. Langsung semangat adik ipar tadi untuk punya usaha bangkit lagi [panas kali yee?]. Dia sadar, kok selama ini [4 tahun lewat begitu saja] berdiam diri dan melupakan niatnya semula saat beli rumah di Jl.Bukit Duri yang rencananya memang untuk buka usaha.

Tiba-tiba akhir Desember 2007 lalu, ia mengundang keluarga besar istri saya untuk melewatkan malam tahun baru sekaligus acara syukuran di rumahnya. Surprise, ternyata saat kami semua tiba di rumahnya pada malam 31 Desember 2007, di rumahnya telah tersedia lengkap semua peralatan & counter martabak plus crew-nya. Rupanya, di awal tahun 2008 ini, diam-diam dia sedang mempersiapkan untuk take action buka usaha Martabak langsung di 2 lokasi, di depan Giant Rawamangun dan di depan rumahnya. Jadi di malam tahun baru yang lalu, kami semua yang hadir di rumahnya diminta untuk menjadi ‘tim penilai’ sekaligus ‘kelinci percobaan’ berbagai jenis martabak [martabak manis dan martabak telor] yang nanti bakal jadi andalan jualannya [kayak pak Bondan dengan wisata kulinernya aja].

Yang menarik, tatkala ngobrol, adik ipar saya mulai menyadari bahwa kalau nunggu peluang usaha yang besar, kok nggak datang-datang, jadi ya take action aja dulu yang saat ini bisa dijalani, sekaligus buat pembelajaran. [Padahal dulu kepinginnya punya usaha langsung yang besar]. Pada akhirnya, mindset-nya berubah juga. Mau mencoba memulai usaha dengan resiko yang kecil dulu.

Kenapa martabak? Ternyata selama ini dia memang menyukai martabak, jadi tahu banget yang enak dan yang kurang enak. Makanya penasaran untuk mencoba menciptakan martabak yang ‘enak’ sesuai dengan taste-nya. Saya hanya mengucapkan selamat menjadi ‘mahasiswa S2’ dan semoga sukses!

Inilah sedikit cerita tentang adik ipar saya yang akhirnya berhasil juga untuk take action [setelah tertunda 4 tahun] menjadi pengusaha martabak. Dan mencoba memanfaatkan peluang yang berangkat dari kegemarannya makan martabak. Memang yang namanya ide usaha itu bisa berawal dari mana saja termasuk dari hobi kita jajan. Memang penjual martabak sudah banyak tersebar di Jakarta, tapi dia mencoba untuk keluar dari pakem dengan berbagai jenis martabak yang lain dari yang lain. Semoga bermanfaat.

3 comments:

Agus Suhanto said...

Pak Endro,
Martabak kayaknya belum ada yg di franchise kan seperti bakso atau bakmi yg sekarang marak. Kalau ada martabak franchise yg punya cita rasa beraneka ragam pasti menarik Pak.

Sekedar pemikiran saja...

http://suhanto.blogspot.com

endro wm sayidno said...

Terima kasih pak atas sarannya, memang saat ngobrol, adik ipar saya ini juga kepikir untuk memfranchise-kan usahanya, tapi karena masih baru banget ya kepinginnya nanti setelah perkembangannya bagus.

Rina Susanti said...

Hallo mas Endro,

saya ucapkan selamat untuk adik anda...

Sepertinya adik mas akan jadi competitor saya (kalau bisa jadi partner aja nanti ;-))... coba kunjungi aja www.yusugi.com.. kami sudah mulai memfranchisekan usaha martabak kami. Selain dibandung kami juga sudah ada di Bogor dan akan segera buka di bekasi juga Cilegon.
Alhamdulillah...
Berkat keberanian & action (mau mulai)
Berkat EU dan pak Purdi :-)

Wasalam
Yudi Esaputra